Dinsdag 18 Junie 2013

Bayangan Masa Lalu Part 2


~~~
            Aku merebahkan tubuhku dikasur mungil yang berada dikamarku, ku buka jendela agar bisa melihat bintang. Aku mengingat ucapan Rabel tadi yang membuatku tenang.

Aku tau kamu masih mikirin dia, tapi yang jelas jangan pernah kamu jadiin dia beban dihidup kamu. Biarin aja semua berjalan seperti air yang ada disungai ataupun laut. Dan juga kamu gak perlu khawatir, tanpa dia akupun masih bersedia untuk ngejaga kamu dan nemenin kamu Rena. Aku sayang sama kamu!

Ucapan itu seolah menghancurkan tembok keraguan yang berada dipalung hatiku, yah mungkin ini saatnya aku membuka lembaran baru dengan orang yang baru pula. Bukankah memang lebih baik melihat ke masa depan, daripada terus terus meratapi masa lalu. Ahh terimakasih Rabel, aku mengambil ponsel yang berada tepat disampingku, aku mengetikan sebuah pesan singkat untuknya.

To : Rabel (+62813565xxx)
Makasih buat lima tahun ini ya bel, makasih udah ngejaga aku dan udah jadi pahlawan buat aku, terimakasih untuk semuanya Rabel Arizona :)

Setelah mengetik itu, aku meng-klik tombol send. Dan tanpa disadari aku pun sudah terbawa ke alam mimpi ..

^_^

“Re, ada  Rabel tuh nungguin kamu diluar. Kayaknya dia mau jemput kamu!” Ujar Mama sambil mengerlingkan sebelah matanya kepadaku, ya mama tau sedekat apa aku dan Rabel, dan mama pun tau semenjak kepergiannya Rabel lah yang menjadi pahlawanku.
“mama apa sih, Aku temuin Rabel dulu ya ma?” Jawabku, mama hanya mengangguk sambil tersenyum maklum.
“hey? Kok kamu kesini? Kenapa Bel?” Tanyaku, ia terlihat duduk santai dambil memainkan telapak tangannya.
“aku mau jemput kamu, udah selesai sarapannya? Berangkat yuk?” Ajaknya, aku lagi lagi melirik arloji yang melingkari tanganku.
“ini kan masih jam enam Bel. Emang gak kepagian?” Tanyaku kembali, Rabel tersenyum dan mendekatiku.
“aku mau nunjukin sesuatu buat kamu. So, skrg mending kamu ambil tas dan kita berangkat!” ia berbisik halus tepat ditelingaku. Lalu ia tersenyum nakal kearahku, aku masuk kembali kedalam rumah. Mengambil perlengkapan sekolahku dan pamit kepada orang tua ku.
“Kita mau kemana Bel?” Tanyaku saat kami berada disuatu jalan yang tak ku kenal.
“nanti kamu juga tau, sekarang kamu diam aja ya?” ia menjawab sambil mengusap tanganku yang melingkari pinggangnya.
            Rabel memarkirkan motornya disuatu jalan, jalanan ini sama sekali tak ku kenal, bahkan aku tak tau ini didaerah mana. Tiba tiba saja Rabel menutup mataku dengan kain berwarna merah. Dan menuntunku.
“Kita mau kemana sih Bel? Kok pake tutup mata segala?” Aku bertanya sambil tetap memegang tangan rabel.
“tenang aja ya? nanti kamu juga tau, sebentar lagi kita sampe kok!” beberapa saat Rabel menghentikan langkahnya. Dan tepat saat itu pula ia membuka penutup mataku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, yah kulihat didepan mataku ada beberapa rangkaian bunga mawar pink, kuning dan biru bertuliskan ILOVEYOU RENATA. Aku terdiam sejenak, mataku mulai berkaca kaca.
“Rabel ini___” Kalimatku menggantung, rasanya aku sudah sulit sekali untuk melanjutkan kata kata itu.
“Iya Rena? Apa kamu belum mengerti juga apa maksudku?” Ujar Rabel sambil menatapku.
“Sejak kapan Bel?” Tanyaku lagi, aku masih terkejut dengan semua yang ia siapkan.
“mungkin sejak kita bertemu, sejak itu aku tau apa artinya menyukai seseorang. Awalnya aku hanya berfikir bahwa cinta ini hanyalah cinta monyet jaman kita anak anak dulu, tapi semakin lama perasaan ku semakin bertambah Re, apalagi sejak dia mencampakkan mu. Dulu memang aku berfikir dia yang terbaik, tapi aku rasa sekarang dia hanya pengecut. Dia orang bodoh yang udah nyia nyiain kamu!” Papar Rabel, ia menggenggam erat tanganku.
“Rabel, aku gak pernah tau kalo kamu___” aku benar benar shock dengan pengakuannya.
“ya, Aku mencintaimu Renata! Lebih dari besarnya dunia ini!” Ujarnya lagi, Aku masih terdiam mematung. Ini sebuah kejutan untukku, bahkan slama ini aku tak pernah membayangkan kalau kejadian ini akan terjadi.
“Tapi bel, aku___” Ujarku tergagap, aku tak tau harus mengatakan apalagi.
“aku gak maksa kamu buat jawab sekarang Re, aku tau kamu pasti kaget. Sekarang kita berangkat ke sekolah yuk!” Paparnya sambil mengulurkan tangan. Aku masih terdiam dan menatapnya.
“kok bengong? Ayo ah, kamu gak mau dihukum karna telat kan?” Ujarnya lagi, kali ini ia menarik tanganku.

^_^
            Pelajaran hari ini berlalu dengan cepat, bahkan aku tak mengerti satu pun pembahasan yang tadi diajarkan dikelas. Entah, otakku serasa blank dengan pengakuan yang diucapkan Rabel tadi. Apa benar Rabel mencintaiku? Ah aku bingung. Aku termenung di gazebo rumahku, mengingat kembali kejadian pertama saat aku mengenal Rabel. Aku mengingat bagaimana aku kenal dengan Rabel, cowok itu menjadi murid baru disekolahku, lalu guru ku menyuruhnya duduk disebelahku, Rabel yang manis duduk dan mengulurkan tangannya serta menyebutkan namanya. “namaku Rabel Arizona, kamu boleh panggil aku Rabel” itu kata kata pertamanya. Semenjak itu Kami mulai dekat dan menjadi sahabat, bersahabat dengan seorang Rabel tentu suatu anugrah terindah, sampai akhirnya aku mengenal ‘dia’. orang yang katanya mencintaiku, tapi justru lebih menyakitiku.
“Rena? Makan malam dulu yuk?” Ucapan mama membuyarkan lamunanku.
“Ma? Rena mau tanya boleh?” Ujarku hati hati, aku menundukkan kepalaku.
“kamu kenapa sayang? Ada masalah ya?” Tanya mama hati-hati, bukannya menjawab aku malah memeluk mamaku.
“loh loh, kenapa sayang cerita coba sama mama!”
“menurut mama Rabel itu kayak gimana sih?” Tanyaku sambil melepaskan pelukanku pada mama, mama menyernyitkan alisnya.
“Rabel? Dia baik, setia kawan, dan yang pasti sayang sama kamu”
“kok mama bisa bilang dia sayang sama Rena?”
“Rena, mama kenal Rabel dan juga dia , sejak kepergian orang itu Cuma Rabel yang menjaga kamu, bahkan Rabel rela kan untuk membatalkan sekolahnya di singapura Cuma untuk satu sekolah sama kamu. Tatapan Rabel ke kamu juga beda sayang. Memang ada apa sama Rabel?” Jawab Mama sambil mengusap kepalaku, yah pengorbanan Rabel terlalu banyak untukku.
“tadi pagi Rabel bilang, kalo Rabel cinta banget sama Rena. Pengakuannya tadi cukup bikin Rena kaget ma. Karena selama ini Rena Cuma anggap dia sebagai sahabat Rena aja. Lagian Rena juga masih takut buat memulai suatu hubungan.”
“Renata, kamu pernah punya pengalaman buruk tentang cinta. Tapi jangan biarkan itu semua menghambat perkembangan kamu, jangan biarkan kamu takut untuk memulai sebuah hubungan. Mama tau kamu pernah sakit hati, mama tau kamu pernah kehilangan. Tapi jangan pernah kamu menatap lagi kebelakang. Cukup lihat kedepan dan bagaimana kamu menata masa depan dengan kenangan yang pernah kamu rasakan dulu. Jadi tentang Rabel, mama tau sebenarnya kamu juga punya rasa yang sama. Mungkin sekarang perasaan itu belum kamu rasakan. Nah mending sekarang kita makan malam dulu yuk. Papa udah nunggu nih!” Ujar mama, aku mengangguk dan berjalan mengekori mama.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking