Dinsdag 31 Desember 2013

I Knew I Loved You -Chapter5-


**
This isn’t goodbye, even as I watch you leave..
This isn’t goodbye, I swear I won’t cry..
Even as tears fill my eyes, I swear I won’t cry..
( What makes a man – Westlife )

            Seminggu lagi tepat satu tahun kepergian Fero, semenjak aku kehilangannya aku lupa caranya tersenyum, aku lupa caranya bisa bahagia dengan sepenuh hati. Kini jessy meninggalkanku, ia kembali kejakarta bersama Daniel. Yah ternyata Daniel harus mengambil alih perusahaannya dijakarta. Walaupun disini ada Melly dan juga Ditya aku tetap merasa kesepian. Ingin rasanya aku pergi kejakarta untuk mendatangi Fero di peristirahatannya yang terakhir. Jujur saja aku sangat merindukan Fero, renyah tawanya, lesung pipinya, gayanya yang sangat keren, dan juga sikapnya yang menyenangkan.
“Rani, boleh aku masuk?” Suara Ditya menggema dibalik pintu yang aku tutup rapat. Bicara tentang Ditya hubungan kami semakin dekat, kadang ia mengajakku jogging, berjalan-jalan, sampai makan malam berdua. Ditya juga rasanya sudah seperti saudara kandungku, walaupun sampai saat ini yang aku ketahui hanya cerita tentang kecelakaannya.
“masuk saja, pintunya tidak terkunci” Jawabku, aku berpura-pura memainkan ponselku. Aku membaca kembali pesan singkat yang mama Fero kirimkan untukku. Ia memintaku untuk hadir diacara satu tahun kepergian Fero.
“kau sudah makan?” Tanya Ditya. Aku mengangguk.
“kapan? Sepertinya makanan masih terpampang rapih dimeja makan, dan menurut bibik kau memang belum makan dari kemarin siang” Tutur Ditya, bagaimana aku napsu makan. Melihat nasi saja aku sudah mual.
“aku sedang tidak lapar” Jawabku singkat.
“kau ini bagaimana, kalau punya masalah jangan disangkut pautkan dengan pola makan dong. Kalau sakit bagaimana? Aku ambilkan ya? Atau mau aku suapin?” Goda Ditya, melihat wajah ditya yang seperti itu tiba-tiba saja wajahku bersemu merah.
“aku bisa makan sendiri. Lagian siapa bilang aku punya masalah? Sok tau sekali kau” Elakku, Ditya tertawa Geli.
“dasar tukang bohong. Tunggu disini, aku akan mengambilkan makanan untukmu” Tuturnya.
            Beberapa menit kemudian ditya kembali kekamarku dengan membawa piring yang penuh dengan makanan. Aku cukup terharu, ternyata dia memperhatikanku.
“sini ayo aku suapi” Ujarnya, ia duduk disebelahku dan sudah siap menyuapiku dengan makanan favorite ku.
“aku bisa makan sendiri Dit” Komentarku. Aku mengambil alih piring yang dipegang oleh Ditya.
“akhir-akhir ini kau selalu melamun, sebenarnya ada apa?” Tanya Ditya, aku menaruh piring diatas meja.
“melamun? Itu perasaanmu saja. Aku baik-baik saja Ditya” Jawabku.
“Benarkah? Baiklah, mungkin memang perasaanku saja” Tuturnya. ia kembali berkutat dengan laptopku. Seperti biasa ia menggunakannya untuk bermain games.
“dua minggu lagi aku harus kembali kejakarta. Ibu memintaku untuk kembali, ia bilang aku sudah cukup lama merepotkan Tante tiwi.” Ucapan Ditya membuat makanan yang baru saja aku telan kembali ke tenggorokan. Kaget? Tentu saja, hanya ditya yang aku punya disini. Hanya dia yang membuatku lupa akan kesedihanku.
“haruskah kau pergi? Lalu bagaimana denganku?” Gumamku pelan.
“Apa katamu?” Tanya Ditya, aku menggeleng.
“tidak, aku tidak berkata apa-apa” Elakku, sekilas raut kecewa ditunjukan oleh lelaki berambut yang hampir panjang itu. Bagaimana sekarang? Ditya akan pergi Dari sini, pertemuan kami memang tidak diharapkan, tapi kenapa sekarang aku harus kehilangan orang yang –cukup- berharga untukku. Aku ---Ah entahlah aku sulit menjelaskan perasaanku saat ini.
**
-author’s POV-
            Sehari sebelum Ditya pergi ke Jakarta, ia mengajak Rania untuk melewati satu hari bersamanya. Walaupun Ditya menyadari banyak yang disembunyikan Rani darinya, tapi ia tetap memilih diam sampai Rani siap untuk menceritakannya. Ditya kini mulai merasakan getaran lain dalam hatinya pada Rani, perasaan ini ia rasakan sekitar beberapa bulan yang lalu, tepat dimana ia mengajak gadis berambut lurus sebahu itu ke satu restaurant favoritenya disini. Rania yang dibalut sebuah dress berwarna cream dengan make up tipis cukup membuat hatinya berdebar. Membuat perasaannya itu menjadi serba salah, bahkan saat sang gadis merangkul dirinya secara tiba-tiba jantungnya seakan meloncat kesegala arah. Begitulah cinta, muncul secara tiba-tiba. Ditya maupun Rania tidak pernah tau akan dipertemukan, apalagi untuk jatuh cinta rasanya terlalu sulit untuk dibayangkan.
“Ditya. Kau jangan lupa untuk mengabariku ya!” Ujar Rania saat sosok ditya menghilang, masuk kedalam mobil jemputannya.
“aku pasti akan mengabarimu sesampainya aku dijakarta. Jaga dirimu baik-baik. Jika ada kesempatan aku akan kembali untuk menemuimu” Balas pria itu. Pria yang dibalut polo shirt, celana jeans dan rambutnya yang mulai panjang ia ikat kebelakang. Entah melihat Ditya yang seperti itu Rani malah melihat perbedaan yang sangat jelas, Ditya adalah Ditya, bukan Fero ataupun orang lain. Mobil yang dikendarai Ditya kini perlahan menghilang, ibu memeluk Rani dengan erat. Akankah Rani kembali kehilangan seseorang yang –mungkin- dicintainya.
“ibu, kenapa Rani menangis?” Tanya Melly, Rani mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

“Rani hanya sedang kesepian sayang” jawab ibunya diplomatis. Ranib mengulas sedikit senyuman, hanya sedikit.

Saterdag 28 Desember 2013

Hadiah Untuk Devi :-)



Kado Spesial Diusia Tujuh Belas


Satu bulan lagi, satu bulan lagi adalah bulan desember, tepat ditanggal 27 desember . Bulan yang selalu ditunggu oleh gadis yang akan berusia tujuh belas tahun. Gadis itu menyematkan gaun yang akan ia pakai bulan depan . Gaun yang selalu ia harapkan agar membuatnya menjadi gadis yang paling cantik. Gadis yang mungkin saja bisa menarik perhatian lelaki idamannya .

"Dev, bisa gak udahan nyoba gaunnya? Katanya mau ke toko buku?" Suara nyaring yang ditimbulkan gadis yg satu tahun lebih tua darinya. Devi menoleh dan tersenyum lebar.

"Okay my sweet sister. Gue kan cuma lagi nyoba gaun ini" Jawab Devi, gadis itu menaruh kembali gaun kedalam lemarinya.

"Uhm, kalo gak salah elo selalu nyoba gaun itu setiap hari kan? Apa perlu? Tuh gaun gak akan berubah, dear" Devi kembali terkekeh.

"Okay, udh cukup ya ceramahnya. Skrg ayo kita ke toko buku" Pungkas Devi.


Devi Rahmawati, yang kini menjadi siswi disekolah SMA pelita hati kelas dua belas memang sedang sibuk mencari buku untuk ujian nasional. Dan perempuan disebelahnya adalah Gladys, sepupu yang umurnya satu tahun lebih tua, namun ia masih bersekolah ditempat yg sama dengan devi.

"Gimana sama Bayu? Beneran mau ngundang dia?" Tanya Gladys , Devi menoleh kearah sepupunya yg sedang menyetir.

"Gak tau, dys. Dia kan cowok populer, kalo dia nerima undangan gue aja udh syukur banget ck" Jawab Devi putus asa.

"Biar gue yang ngasih. Lagian, sepupu lo ini kan termasuk cewek populer. Remember?" Tutur Gladys terkekeh.

"Ya, siapa sih yang gak kenal Gladys Anindita? Pacar dari Andross Pratama, si ketua osis?" Ledekku, Gladys pun ikut tertawa.


**

Disekolah. Lagi-Lagi Devi duduk ditepi lapangan basket, menatap penuh perasaan cinta, dan juga kagum kepada Bayu Orlando Rahardian. Si kapten team basket. Devi sudah menyimpan perasaan suka semenjak Bayu menolongnya.

Sore itu ada kegiatan PMR, salah satu ekskul yang diikuti devi. Sementara Gladys harus absen karena ibunya masuk rumah sakit. Sementara sore itu Devi menunggu angkutan umum, kurang lebih satu jam, sudah hampir putus asa. Akhirnya Bayu yang kebetulan lewat menawarkan bantuan untuk mengantar devi pulang. Dan sejak saat itu, ia memilih untuk mengincar Bayu. Menyukainya dalam diam. Bahkan mengaguminya dari jauh.

"Hey? Bagi minumnya ya?" Suara itu mengalihkan lamunan Devi. Suara yang benar-benar khas ditelinganya.

"Loh, sejak kapan elo disini Bay?" Tanya Devi seraya menggaruk kepalanya.

"Sejak liat elo terus ngeliatin gue sambil melamun" Jawab Bayu sambil terkekeh. Wajah Devi memerah yang mendengar jawaban Bayu. Dan itu membuat bayu semakin geli.

"Thanks minumnya, anyway, muka lo merah tuh" Bayu kembali ke lapangan, namun sebelum kembali ia mengacak pelan rambut devi .


**


"Bayu ngambil minuman elo terus ngacak rambut elo? Itu kemajuan dong?" Seru Gladys, Devi menutup mulut Gladys.

"Ssh, jangan kenceng-kenceng! Kalo anak-anak pada denger kan gue gak enak, dys!" Gladys memberengut.

"Ini kabar baik dev! Bayu udh mulai sadar keberadaan elo!" Seru Gladys sekali lagi.

"Ini ada apa sih?" Suara andross membuat gladys tersenyum simpul.

"Itu loh yang, si bayu udh mulai nganggep si Devi" tutur Gladys senang.

"Wah, kabar bagus tuh dev. Udh lama kan ngarepin itu?" Sambung Andross.

"Please ya ndross, dys, gak usah bikin gue malu deh!" Tutur Devi.

"Hey, seru banget? Gue boleh gabung?" Suara seorang pria itu membuat Devi salah tingkah. Bayu. Lelaki itu kini berdiri dengan senyum lebarnya.

"ohh hey bay. Iya nih, kita lagi ngomongin acara ultahnya devi bulan depan!" Sahut Gladys.

"Oh ya? Wah, ultah yang ke berapa dev?" Tanya Bayu, mata coklat milik bayu menatap hangat Devi.

"Eh? Ultah yang ke tujuh belas, bay. Iya tujuh belas" dalam jarak yang sedekat ini tentu membuat Devi salah tingkah, ditambah jantungnya yang tak kunjung berhenti. Oh, devi ingin lari saja rasanya.

"Semua anak-anak diundang?" Tanya bayu lagi.

"Tentu bay, elo juga pasti diundang" jawab Andross, devi kontan melotot mendengar ucapan Andross. Ia tidak menyangka Andross akan menyampaikan undangan tersebut.

"Kayaknya elo salah deh Ndross. Muka devi aja kayak gak setuju lo bilang gue diundang" sambung Bayu.

"Eh? Enggak Bay, bukan gitu. Cuma gue masih belom fix aja soal pestanya. Soalnya rencana awal cuma orang terdekat aja sih yang diundang" Tutur Devi, mendengar ucapan Bayu hatinya mendadak jadi tidak enak.

"Itu mah pasti Dev, gue kan udh bicarain ini sama nyokap lo sebelumnya! Tinggal terima beres deh" Ujar Gladys disertai senyuman jailnya.


##


Minggu, 20 Desember 2013.


Seminggu sebelum acara ulang tahunnya Devi malah terlihat santai. Ia bahkan dibilang tidak terlalu perduli. Menurutnya apa yang direncanakan oleh Ibu dan juga Gladys sangat lah berlebihan. Ia tau dan mengerti kalau ulang tahun nya ini harus menjadi ulang tahun yg berkesan. Angka tujuh belas bukan kah selalu penting dalam perayaan ulang tahun?

"Dys! Gue udah punya Gaun, dan gaun gue udh cukup untuk bikin gue nyaman." Ujar Devi, sore itu Gladys memaksanya untuk membeli gaun baru.

"Enggak! Gaun lo itu agak norak, terlalu jaman dulu banget deh" Jawab Gladys, memang gaun yang dimiliki devi bisa dibilang gaun model lama. Namun Devi menyukainya.

"Norak? Dys, inget gak? Dulu kan elo juga suka sama gaun itu?" Devi masih tidak habis fikir dengan tingkah sepupunya.

"No! Pokoknya besok gue bakal anterin elo ke butik langganan gue! Kita pesen gaun baru! Gue mau elo keliatan special di hari yang special!" Tanpa menunggu persetujuan devi, gladys keluar meninggalkan kamarnya.

"Selalu deh! Dasar egois!" Rutuk Devi.


**

"Suntuk banget? Kenapa?" Suara Bayu yang khas membuat lamunan Devi buyar. Hari ini hari yang sangat sial. Bagaimana tidak? Seharian ini dia lebih banyak melamun dibanding mendengarkan guru-gurunya. Bahkan ia hampir dikeluarkan dari kelas.

"Eh, Bayu. Gak papa bay. Cuma lagi bete aja!" Jawab Devi seraya tersenyum. Lagi-lagi ia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang.

"Ohiya, gimana persiapan pestanya? Semua anak kelasan lo diundang ya? Anggota PMR juga? Terus gue gimana? Gue kan bukan kelasan lo + bukan anak PMR" Tutur Bayu, devi menoleh sejenak. Gadis itu tersenyum melihat sosok yang sudah ia kagumi sejak lama.

"Tentu aja lo diundang! Bukannya Andross udh pernah bilang ya?" Balas Devi.

"Yah, kan gue cuma mau diundang secara langsung sama elo. Yaudah gak usah bete ya dev. Anyway gue harus ke lapangan indoor nih. Rapat team basket! Duluan ya" lagi-lagi Bayu mengacak pelan rambut Devi. Dan selepasnya Devi hanya ternganga tak percaya.


Sore ini Gladys benar-benar memenuhi ucapannya. Ia memaksa Devi untuk ikut membeli gaun dibutik langganannya. Butik yang terletak disebuah mall besar itu membuat Devi tidak nyaman. Gaun disini terlalu mewah, itu fikirnya.

"Dev, gaun yang ini gimana?" Gladys menunjukan satu gaun selutut dengan tali silang dibelakang, dan berwarna

"PINK? Dys, elo tau gue dari kecil kan?" Seru Devi, namun Gladys hanya terkekeh.

"Okay, wait. Gue bakal cari gaun yang paling bagus buat elo!" Tutur Gladys.

Devi mengedarkan pandangannya, ia sama sekali merutuk diri. Bagaimana jika ia tidak pantas memakai gaun sebagus ini.

"Cobain yang ini" Gladys mendekati Devi dengan sebuah gaun ditangannya. Devi memperhatikan gaun berwarna merah itu dengan seksama. Gaun dengan tali spagetti, serta tali dibagian perut, dan ada corak mawar.

"Tapi, dys!"

"Gak pake tapi-tapi.an! Skrg coba deh!" Paksa Gladys, Devi menurutinya. Ia berjalan dengan membawa gaun itu menuju ruang ganti. Setelah gaun itu menempel dibadannya, ia memperhatikan dengan seksama.

"Gimana dys?" Tanya Devi, Gladys menatap sepupunya dengan wajah berbinar.

"Sempurna! Tinggal vermak muka lo aja dev! Haha" jawab Gladys. Devi tidak menjawab namun ia membuang wajah dari sepupunya.

"Oke, kita ambil gaun ini." Sambung Gladys.


***


Hari yang dinanti pun tiba, rumah Devi telah disulap sedemikian rupa untuk pesta ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ibu, ayah, dan juga Gladys sudah mempersiapkan yang terbaik untuk pesta ulang tahun ke tujuh belasnya.

Jam sudah menunjukan pukul tujuh, semua tamu undangan sudah datang dari tadi. Ucapan serta kado pun sudah menumpuk untuknya. Namun matanya masih mencari. Mencari seseorang yang sedang ia tunggu.

"Dev, ayo sayang. Waktunya tiup lilin" Seorang wanita paruh baya menepuk pundak Devi. Gadis itu menatap mata ibunya dengan tatapan memohon.

"Sebentar lagi ya, ma. Masih ada yang harus ditunggu" tutur Devi.

"Oke, mama kasih waktu lima menit. Kalo yang ditunggu belom datang juga, kamu harus tetap tiup lilinnya" Ujar sang mama. Devi mengangguk.

Gadis itu masih menatap pintu rumahnya dengan harapan Bayu akan segera datang. Ia sudah berkorban untuk di make over oleh Gladys. Gladys mengubah Devi layaknya seorang princess di disneyland. Dan ini semua demi Bayu. Demi seseorang yang sudah ia kagumi, bahkan ia cintai dalam diam.

"Dev, lima menit lo udah berakhir. Nyokap sama bokap lo nyuruh gue nyamperin lo! Anak-anak yg lain juga udah nunggu lo buat tiup lilin" Gladys menepuk pundak Devi. Ia melihat tatapan Devi yang nanar.

"Dia gak dateng, dys. Dia ingkar janji" tutur Devi, lalu melangkah menuju kue ulang tahunnya.

Devi berdiri tepat dihadapan kue ulang tahunnya. Kue yang berbentuk Elmo dengan lilin ber-angka 17 sama sekali tidak terlihat menggairahkan dimata Devi. Semua itu tampak biasa saja. Mengapa ia bisa sesakit ini mengetahui kalau Bayu tidak datang?

"Tiup lilinnya .. Tiup lilinnya .. Tiup lilinnya sekarang juga.. Sekarang jugaaaaa" seluruh tamu bernyanyi layaknya anak kecil, devi mengucapkan harapan terakhirnya sebelum meniup lilin.

'Aku cuma ingin dia sebagai kado terindah diusia 17 ini tuhan. Hanya dia. Hanya Bayu Orlando Rahardian' ucap devi dalam hati. Lalu ia pun meniup lilin tersebut.

"Nah, potongan kue pertama buat siapa?" Celetuk rachel, teman sekelasku.

"Tentu buat kedua orang tua gue dong!" Jawab Devi sambil menunjukan senyumnya. Ia memberikan potongan kue pertama kepada kedua orang tuanya.

"Sekarang udah tujuh belas tahun kan? Tandanya gak boleh males, makin dewasa, makin rajin belajarnya" Ujar sang ayah lalu mencium pipi anak semata wayangnya.

"Iya, jangan marah-marah mulu. Prestasi disekolah juga jangan sampe turun" sambung sang ibu. Devi mengangguk.

"Nah potongan ketiga ini buat sepupu gue yang super Bawel!" Devi menghampiri Gladys dan memberinya kue.

"Aaah thankyou so much, sweetie." Gladys mencium pipi Devi.

"Ur wellcome, baby" Balas Devi terkekeh.

"Nah, buat gue mana?" Tanya Andross.

"Kalo mau potong aja sendiri" jawab devi sambil tertawa.

"By the way, ada satu kado lagi nih buat lo dev! Yang ini kado special, sesuai permintaan elo" Tutur Gladys.

"Hah? Special? Jangan bilang elo ngundang bryan adams? Haha" balas Devi.

"Ini sih lebih special dari Bryan Adams! Lo pasti suka" sambung Andross. Devi hanya bisa mengangkat bahu dan mengikuti kemana arah Gladys dan Andross pergi. Dan ternyata ditaman belakang ada sebuah panggung kecil, ada beberapa tamu yang sudah memenuhi tempat duduk.

"Lo ngundang artis? Siapa?" Tanya Devi.

"Duduk aja, nanti juga lo tau" Jawab Gladys singkat.

Devi duduk di barisan tengah, ia menatap lekat-lekat seorang pria yang menggunakan kemeja dan sebuah gitar yang duduk di panggung mini tersebut.

"Itu Bayu?" Tanya Devi.

"Ssh, dengerin aja dulu!" Jawab Andross.


Look into my eyes. You will see .

What you mean to me.

Search your heart. Search your soul.

And when you find me there you'll search no more.


Don't tell me, its not worth tryin for.

You can't tell me its not worth dyin' for.

You know its true. Everything I do.

I do it for you.


Look into my heart. You will find.

There's nothing there to hide.

Take me as I am. Take my life.

I would give it all. I would sacrifice.


Don't tell me its not worth fighting for.

I can't help it. There's nothing I want more.

Ya know its true. Everything I do.

I do it for you.


There's no love. Like your love.

And no other could give more love.

There's nowhere. Unless you're there.

All the time. All the way.


Oh- you can't tell me its not worth tryin for.

I can't help it. There's nothing I want more.

I would fight for you. I'd lie for you.

Walk the wire for you. Ya I'd die for you.

Ya I know its true. Everything I do.

I do it for you.


Suara riuh tepuk tangan membuat air mata devi semakin mengalir. Jadi Bayu sudah berada disini sejak tadi? Dan ia begitu bodoh tidak menyadarinya.

"Lagu tadi gue persembahkan buat yang lagi ulang tahun hari ini. Maaf kalo gue gak nemenin elo tiup lilin + potong kue dev. Gue cuma mau kado dari gue yang paling special diulang tahun lo yang ke tujuh belas" tatapan Bayu dan Devi bertemu, air mata devi kembali jatuh.

"Oh iya, ada satu hal lagi yang mau gue ungkapin. Gue sayang sama elo dev, gue cinta sama elo. Maukah elo jadi pacar gue?" Pertanyaan Bayu seolah membuat Devi mati kutu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Jawab dev!" Seru Gladys. Devi tersentak kemudian mengangguk.

"Gue mau jadi pacar lo!" Jawab Devi yang disusul oleh tepuk tangan serta pelukan dari Bayu.


**

Seminggu setelah ulang tahunnya devi baru menyadari, gaun yang ia kenakan itu adalah gaun yang dipesan oleh Bayu secara khusus. Bayu yang memilihnya. Dan selama ini usaha bayu mendekati nya memang sudah terancang dengan apik dengan bantuan gladys dan juga Andross tentunya.

"Ngelamunin apa sih? Cowok lain ya?" Suara bayu yang khas membuat Devi menoleh. Kekasihnya baru saja selesai bermain basket.

"Enggak! Cuma beruntung aja bisa jadi pacar elo!" Jawab devi sambil terkekeh.

"Haha, thanks banget buat gladys sama andross yang udah bantuin gue!l" ujar Bayu.

"Gue kira cuma gue yang suka sama elo, tapi ternyata tuhan baik. Dia mau ngabulin doa gue. Dia mau ngasih elo sebagai kado special di ulang tahun gue yang ke tujuh belas" tutur Devi.

"Yah, tuhan memang selalu baik kan?" Balas Bayu seraya mengacak rambut kekasihnya itu.

Setelah berpacaran Devi baru tau, Gladys sudah mengetahui bahwa Bayu juga memiliki perasaan yang sama. Bahkan semua yang ada dipesta ulang tahunnya—gaun yang indah, bucket mawar yang banyak, serta panggung mini itu Bayu yang mengusulkan. Bayu ingin membuat Devi terkesan dengan hadiah darinya. Bayu dan Devi akan selalu menjadi pasangan kekasih yang berbahagia, bukan hanya perasaan yang sudah lama tumbuh. Namun rasa ingin memiliki dan harus mempertahankan yang membuat mereka jauh lebih kuat.

“Oh iya Dev, ada kado lain yang belom sempet gue kasih buat lo” Bayu mengambil tas nya dan mencari sebuah kotak bersegi panjang.

“apa?” Tanya Devi ketika Bayu memberikannya kotak tersebut.

“Buka aja. Semoga suka ya, dear.” Jawab Bayu, Devi membuka kotak tersebut dengan seksama. Kotak tersebut berisi sebuah kalung dengan liontin mawar berwarna merah pekat, serta ada inisial nama mereka didalamnya. BaD.

“BaD? Kok kedengerannya gak asik ya?” Ujar Devi.

“itu Unik tau. Sini biar aku yang pakein!” Jawab Bayu.

“oh ngomongnya mulai aku-kamu nih? Mau belajar romantis ya? Haha” Goda Devi.

“berisik” Pungkas Bayu lalu mencium pipi kanan Devi. Kontan gadis itu langsung tersipu.

“BAYUUUUUU!!!”


* END *



Sebelumnya gue mau ngucapin Happy Birthday buat adik tersayang gue, Devy Rahmawati. Gue tau kadonya telat, tapi mendingan telat kan daripada gak sama sekali. Hehe.

Happy Sweet Seventeen Birthday ya Dep, udah mulai dewasa dong ya? Udah punya ktp juga, hehe. Pokoknya wishnya udah pernah gue sampein lewat sms, inbox, twitter, eh lebay ya gue.

Oh iya, cerpen ini gue bikin darurat, dua hari jadi. Makanya maaf kalo alur cerita atau bahkan tulisannya gaje :p yang jelas ini gue bikin dengan sepenuh hati.

Gue Cuma bisa ngasih kado cerpen ini, selain doa. Semoga lu semakin dewasa, baik, pokoknya yang ++ ya :)


Salam Hangat.

Putri Wulandari :D