Vrydag 31 Oktober 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEORANG KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN

1.      Faktor Sosial
a. Grup
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Pengaruh Keluarga
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
c. Peran dan Status
Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat(Kotler, Amstrong, 2006, p.135).

2.      Faktor Personal
a. Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b. Gaya Hidup
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c. Kepribadian dan Konsep Diri
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Umur dan Siklus Hidup
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis.(Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207)

3.      Faktor Psikologi
a. Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama(Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d. Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).

4.      Faktor Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a. Subkultur
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
b. Kelas Sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).


PENGERTIAN DAN TUJUAN MEMPELAJARI PERILAKU KONSUMEN (TUGAS 1)

Pengertian Perilaku Konsumen menurut para Ahli

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, perilaku konsumen diartikan “…. Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action” (p.3). Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.
Menurut Loudon dan Bitta Mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan, penggunaan dan mendapatkan barang atau jasa.
Menurut Hawkins, Best dan Coney Merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok atau organisasi melakukan proses pemilihan, pengamanan, penggunaan dan penghentian produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya terhadap konsumen dan masyarakat.
Menurut Schiffman dan Kanuk Merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

Tujuan Perilaku Konsumen

Tujuan mempelajari perilaku konsumen untuk melaksanakan semua kegiatan dalam proses manajemen pemasaran, pemasar perlu mengetahui perilaku konsumen. Sasarannya supaya kiat-kiat pemasaran yang dilakukan benar-benar mengarah pada profitability dari perusahaan.


Sumber :


Woensdag 19 Februarie 2014

Apalah Arti Menunggu**

Menunggu..
Sebuah kata yang cukup membosankan untuk didengar, atau malah untuk dijalankan. Mengapa aku sebut membosankan? Karena aku telah menjalankan itu selama sekitar enam tahun. Menunggu apa yang aku rasa harus ku tunggu. Namun tidak jelas akan kepastiannya.

Tahukah kamu?

Tidak ada hal yang lebih membosankan daripada harus menunggu. Menunggu tanpa kepastian. Menunggu hal yang buram, yang tidak jelas bahkan semua pun seperti warna abu-abu. Tapi, aku terus dan tetap bertahan.
Apakah kamu tau, perasaan kuat apa yang mendorongku terus bertahan untukmu? Tahukah kamu perasaan apa yang kuat untuk terus berdiri tanpa mengenal lelah? Perasaan ini yang aku sebut Cinta.

Cinta.

Satu perasaan tidak berwujud, tapi sangat berharga. Perasaan itu yang mendorongku untuk tetap menunggu dirimu. Tidak perduli bagaimana akhirnya. Aku tetap berpegang teguh pada janjimu. Janji akan setia padaku, dan akan kembali menemuiku nanti.

Janji itu. Ingatkah kamu. Malam dimana sehari sebelum kepergianmu, kamu berjanji padaku. Disaksikan oleh cahaya bulan dan bintang yang gemerlap menghiasi angkasa. Ingatkah kamu. Malam itu kamu mengucapkan janji yang membuatku tidak kuat untuk menahan air mata yang berdesakan ingin keluar? Ingatkah kamu. Malam itu kamu terus merengkuhku kedalam pelukanmu. Menenangkan hati dan jiwaku yang resah atas kepergianmu.

Ingatkah kamu.

Malam itu kamu berjanji akan terus ada untukku. Karena katamu jarak tidak akan pernah membuat kita terpisah? Tapi nyatanya? Kamu menghilang. Bagai matahari yang tergusur oleh awan kelabu dan air hujan. Bagai tulisan pasir yang terhempas oleh ombak.

Kamu seakan sirna. Seakan hilang ditelan bumi. Tahukah kamu? Aku masih setia berkunjung ke tempat dimana pertama kali kamu bilang kamuu mencintai aku. Aku masih berdiri tegak. Aku tidak perduli apa yang mereka katakan tentang kamu. Yang aku tau, kamu tidak seperti yang mereka katakan. Yah. Itu yang masih aku percayai. Sampai saat ini.

Satu tahun.

Aku masih berdiri dengan tegak. Masih mengharapkan kehadiranmu. Ditempat yang sama. Menunggu kamu. Di waktu yang pernah kamu utarakan dulu. Hari ini adalah hari jadi kita. Dan lagi-lagi dulu kamu berjanji akan menemuiku saat hari special kita tiba. Aku terus menunggu.

Tahukah kamu?

Aku datang sebelum matahari terbit, dan aku pulang setelah lewat tengah malam. Tapi, kamu tidak kunjung datang. Bahkan tidak ada tanda-tanda kedatanganmu sama sekali. Apakah kamu lupa? Atau malah kamu memang sengaja tidak ingin menemuiku? Atau mungkin kamu terlalu sibuk? Yah. Mungkin kamu memang terlalu sibuk. Mungkin aku terlalu percaya kepadamu.

Tahun-tahun berikutnya.

Selamat hari jadi yang kesekian kalinya. Tahukah kamu? Aku tetap merayakan hari jadi kita. Ditemani lilin-lilin kecil yang aku hias untuk menggantikan sinar lampu. Dan tidak lupa aku membawa sepotong kue tart dan lilin berbentuk angka sesuai umur hubungan kita. Tahukah kamu? Aku selalu meminta pada tuhan untuk membawamu kembali ketempat ini. membawamu kembali kedalam pelukanku. Membawamu kembali dikehidupanku yang nyata. Namun sepertinya sia-sia.

Lagi-lagi aku meniup lilin dan memakan kue itu sendirian. Menatap indahnya bulan dan bintang ditemani beberapa butiran air mata yang terus menetes. Tahukah kamu? Melewati hal seperti ini sangat menyakitkan untukku. Tidakkah kamu mengetahuinya? Apakah disana kamu merindukanmu? Apakah disana kamu mengingatku? Apa disetiap doamu masih terselip namaku? Seperti yang selama ini aku lakukan. Seperti aku yang selalu mengingatmu, merindukanmu, bahkan selalu menyebut namamu disetiap hembusan nafasku.

Apakah aku ini masih penting? Hal itu yang selalu terucap dalam ingatanku. Apakah aku ini masih cukup pantas untuk diingat? Tidak. Ku rasa itu jawaban yang pantas. Aku tidak cukup atau bahkan memang sangat tidak pantas untuk diingat. Aku mengerti.

Kepergianmu beberapa tahun yang lalu tentu bukan keinginanmu. Itu keinginan orang tuamu. Mereka menginginkan kita berpisah bukan? Itu sebabnya mereka mengirimkan kamu ke negeri yang entah berantah. Ayah dan ibumu tidak menyetujui hubungan kita. Hanya karena aku ini bukan orang  yang berada seperti keluargamu. Mereka menilaiku hanya berdasarkan materi. Mungkin aku memang tidak pantas. Sangat tidak pantas.

Aku mencintaimu. Bukan karena kamu orang yang kaya raya. Bukan karena alasan-alasan lainnya. Memangnya kenapa kalau kamu itu orang kaya atau miskin? Aku tidak harus memperdulikannya bukan?

Kita bersatu karena cinta. Atas dasar perasaan yang membuat kita bahagia. Kamu mencintaiku dan begitupun sebaliknya. Atau malah aku lebih mencintai kamu. Lebih dari perasaan orang lain terhadapmu.
Namun, keputusan orang tuamu sepertinya membuat kamu menyerah. Berhenti mencintaiku. Atau mungkin janji yang pernah kamu ucapkan hanya sekedar basa-basi agar aku tidak tersakiti. Kalau memang iya, kamu salah besar. Kepura-puraanmu membuat aku jauh lebih terpuruk dan  tersakiti.

Puaskah kamu?
Puaskah kamu melihat kehancuran yang aku alami saat ini? puaskah kamu melihat aku tidak bisa lagi mencintai orang lain? Puaskah kamu membuatku terbang dan akhirnya terhempas? Puaskah kamu?
**
Enam tahun setelah kepergianmu.

Aku kembali mengunjungi tempat ini dengan kebaya berwarna merah. Tahukah kamu? Hari ini adalah hari pertunanganku. Aku sadar tidak ada lagi yang bisa aku harapkan. Tidak ada lagi hal yang harus membuatku tetap menunggumu. Semua telah sirna. Aku sudah menguburkan segala angan-angan indah bersama-mu.

Pria itu. Dia adalah sahabat kita.

Ingatkah kamu? Dia ternyata memendam perasaan cinta kepadaku. Menurutku, tidak ada yang salah dengan melepaskanmu dan menjalani lembaran baru bersamanya. Mungkin kini aku sudah merasa lelah mencintaimu. Atau mungkin, kini saatnya aku merasakan indahnya dicintai dengan tulus oleh orang lain.

Dia adalah sahabatku, tentu sahabatmu juga. Dan menurutku tidak cukup susah untuk mencintainya. Yah, hanya memerlukan waktu. Seiring berjalannya waktu aku tentu akan mencintainya dan melupakan kenangan kita.
Tangan halus nan kekar merangkul pinggangku, dengan senyuman khasnya ia mengajakku pulang. Jam sudah menunjukan pukul delapan. Satu jam lagi aku akan meresmikan pertunanganku. Semoga jalan ini memang yang terbaik. Untukku dan untukmu yang sudah meninggalkanku tanpa jejak.

Pertunangan itu berjalan sangat lancar. Senyum merekah dari wajah semua yang menyaksikannya. Dan tahukah kamu, aku melihat sosok ibumu datang ke pesta pertunanganku dengannya. Ia terlihat sangat bahagia. Aku tau, ini memang yang ia inginkan.

Dan Hari pernikahan itu tiba.

Satu tahun setelah pertunangan, dia, keluarganya, dan juga keluargaku merencanakan pernikahan tersebut. Aku tidak menolak. Bukan karena aku pecundang atau wanita yang tidak berani. Namun satu hal yang membuatku kuat untuk berbahagia bersamanya. Aku mulai mencintainya.

Perhatiannya, cinta kasihnya, dan semua yang ia lakukan tulus untuk membuatku bahagia. Dan itu adalah point penting dalam hidupku. aku sadar, sudah tidak ada gunanya menunggumu. Menunggu harapan kosong yang pernah kau tebar padaku. Dan aku sadar. Betapa bodohnya aku terus menunggu tanpa ada kepastian.

Kamu menang.

Kamu pemenangnya. Puaskah kamu sudah membuatku seperti ini? tuhan selalu menyayangi umatnya yang selalu sabar, bukan? Dan sekarang adalah saatnya tuhan menunjukan jalan kebahagiaan untukku.

Kemeja putih, Dasi kupu-kupu, Jas abu-abu, Celana bahan hitam.
Gaun pengantin putih, heels berwarna gading, make-up natural.

Hari pernikahan itu benar-benar tiba. Janji suci itu pun terucap. Janji akan menjalani hidup bersama, selamanya. Janji akan saling setia, dan janji akan tetap bersama walaupun badai menghadang. Aku bahagia. Air mata haru turun berdesakan. Dia mengecup singkat bibirku. Membuat seluruh tamu tersenyum ikut merasakannya.

Tahukah kamu apa yang aku rasakan?

Aku bahagia. Sangat bahagia. Ternyata ini jauh lebih membahagiakan dibanding saat kamu menyatakan perasaanmu kepadaku. Kamu tau? Dia benar-benar membuatku merasa sempurna. Dia memperlakukanku layaknya ratu.
Dihari pernikahan ini, aku menatap bahagia kepada para tamu. Para teman-teman yang datang dan menanyakan bagaimana bisa aku menikah dengannya. Aku bingung. Tetapi kemudian aku bilang, ini semua rahasia tuhan.

Dan hal yang tak kusangka. Kamu hadir.

Kamu hadir dalam balutan jas yang membuat ketampananmu menyeruak keluar. Kamu menghampiri aku dan suamiku. Mengucapkan kata selamat serta memberikan kado yang cukup besar. Kali ini aku berterimakasih. Berterimakasih dengan tegas. Karena kamu menerima akhir bahagia yang aku rasakan.
“maaf. Maaf untuk beberapa tahun membuatmu menunggu. Maaf untuk ucapan, ataupun sikap yang  sudah membuatmu tersakiti. Sekarang bahagialah, sayang” kamu mengucapkan itu dengan lirih. Sangat lirih.
“tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku melakukan ini semua karena kemauanku. Dan saat ini, carilah kebahagiaanmu. Aku tentu sangat bahagia dengan rencana tuhan. Dan kini, kamu pun harus mendapatkan kebahagiaanmu” Aku menyahut tak kalah lirih. Berbagai kenangan bersamamu tiba-tiba saja berganti dengan apa yang aku alami satu tahun ini bersamanya. Bersama suamiku. Bersama imam dimasa depanku.

Aku rasa kini kamu benar-benar harus mencari kebahagiaanmu. Berbahagialah dengan siapapun yang akan menjadi jodohmu. Karena disini, akupun sudah berbahagia dengan suamiku.


The end **

Sondag 26 Januarie 2014

KENAPA KOPERASI BISA BERTAHAN DI SAAT KRISIS MONETER DI TAHUN 1998 ?

Koperasi sejak awal diperkenalkan di
Indonesia memang sudah diarahkan untuk
berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang
dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini
biasanya berasal dari kelompok masyarakat kelas
menengah ke bawah. Eksistensi koperasi memang
merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak
satu lembaga sejenis lainnya yang mampu
menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi
penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya.
Lembaga koperasi oleh banyak kalangan, diyakini
sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan
bangsa Indonesia.
Pada saat Era Reformasi ditandai dengan
berhentinya pemerintahan Orde Baru dan krisis
moneter pada tahun 1997. Krisis moneter masa ini
mengakibatkan hancurnya sistem ekonomi
terutama di Indonesia. Sehingga koperasi lebih
mempunyai peranan pada masa ini. Namun perlu
pula diadakan pembangunan untuk koperasi,
karena inilah sumber ekonomi rakyat kecil.
 Pembangunan koperasi pada masa ini diarahkan
kepada:
Pemulihan produksi dan distribusi
pangan.
Memperbesar akses kredit.
Penataan kelembagaan.
Redistribusi aset.
Membangun industri berbasis sumber
daya.
Ekonomi berbasis iptek.
Operasional dari pembangunan tersebut
dibuat program pemberdayaan koperasi
dan UKM.
Faktor-faktor yang membuat koperasi di Indonesia
masih bertahan ditengah krisis moneter antara
lain:
Alasan keadilan yang cukup mantap
pelaksanaannya dalam koperasi.
Karena koperasi mampu mengumpulkan
berbagai sumber untuk membentuk kekuatan
bersama dalam menghadapi persaingan badan
usaha lain. Dana tersebutb berasal dari
Pemerintah maupun dari pengusaha UMKM
yang menjadi anggota koperasi.
Keberhasilan koperasi bukanlah semata-mata
peran pelaku koperasi dan pemerintah saja
tetapi peran keseluruhan masyarakat untuk
dapat menjadikan lingkungan yang kondusif
untuk koperasi dapat hidup dan berkembang
dengan sehat. Oleh karena itu, setiap lapisan
masyarakat beserta keseluruhan aparat
pemerintah perlu untuk senantiasa
bergandengan tangan di dalam menghidupkan
kembali dan menyuburkan koperasi
Indonesia.
Pada tahun 1999 terjadi perubahan
mendasar dalam pembangunan koperasi dari
perubahan Departemen Koperasi menjadi Menteri
Negara Koperasi dan PKM. Perubahan ini
bertujuan untuk mengurangi peranan pemerintah
dalam pembangunan koperasi yang dinilai terlalu
dominan pada masa orde baru. Tugas Menteri
Negara dalam pembangunan koperasi adalah
menjadi regulator, fasilitator, stabilisator, dan
dinamisator. Terbukti sampai dengan bulan
November 2001, misalnya, berdasarkan data
Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM), jumlah koperasi di seluruh Indonesia
tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan
jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000
orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah
koperasi per Desember 1998 mengalami
peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah
koperasi aktif juga mengalami perkembangan yang
cukup menggembirakan, yaitu per November 2001
sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun
2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai
28,55%, sedangkan yang menjalan rapat tahunan
anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data
terakhir tahun 2006 ada 138.411 unit dengan
anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif
94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703
unit.
Pada periode tahun 2001-2003, pembinaan
koperasi berada pada kedudukan lembaga non
pemerintah Non Departemen (Keputusan Presiden
No 103 Tahun 2001) yaitu Kementerian Koperasi
dan UKM. Pembangunan koperasi pada periode ini
merupakan kelanjutan dari pembangunan nasional
tanpa BPS-KPKM. Pada masa ini program-program
pokok ditujukan dalam rangka melaksanakan lima
pembangunan nasional, salah satunya terkait
dengan pembangunan ekonomi yaitu “Mempercepat
Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Landasan
Pembangunan Berkelanjutan dan Berkeadilan
berdasarkan Sistem Ekonomi Kerakyatan”.
Pendekatan strategis dalam propenas ditujukan
dengan mengutamakan langkah-langkah
kebijakan dan program yang lebih menekankan
kepada pentingnya penguatan kelembagaan.

Sumber : Google

mohamadihsan03.blogspot.com/2014/01/kenapa-koperasi-bisa-bertahan-di-saat.html?m=1#!/2014/01/kenapa-koperasi-bisa-bertahan-di-saat.html