Perkenalkan namaku Pramita Rizki
Nasution, aku adalah seorang cewek tomboy, dan berasal dari sebuah keluarga
broken home. Kenapa broken home? Yah mamaku lebih memilih pergi meninggalkanku
dan papa saat umurku menginjak 12 tahun. Aku juga tak tau kenapa mama lebih
memilih laki laki brengsek itu dan meninggalkan papa, untung saja papa ku masih
mau untuk mengurusku, dan ia sangat menyayangiku. Aku juga punya dua orang
sahabat lelaki yang slalu ada disaat saat terburuk dalam hidupku. Sebut saja
mereka Tristan Sudiro dan juga Randy Pratama, mereka lah dua orang yang sangat
berharga setelah papaku.
Kami
kenal saat SD, diantara banyak anak anak disekolah hanya mereka yang tulus
menjadi sahabatku. Aku bangga karena mereka aku bisa merasakan lagi arti
senyuman indah yang dulu sempat hilang karena perceraian itu.
“Mitaa..
kamu jadi bareng ayah gak sayang?” tanya papaku, ia mengetuk pintu kamarku dari
luar. Kini aku telah duduk dibangku SMA kelas XII, yah selangkah lagi menuju
kelulusan. Dan selama itu pula aku tak pernah lagi merasakan belaian hangat
seorang ibu dalam kehidupanku, biarpun ada tante irena yang sudah menganggapku
anaknya sendiri tapi aku tetap tidak merasakan kehangatan dari sosok yang aku
rindukan. Beliau adalah teman dekat ayah, mereka dekat lagi sekitar tahun lalu.
“engga
yah, nanti Randy sama Tristan jemput Mita kok! Ayah berangkat duluan aja ya!”
Jawabku sambil membuka pintu.
“yaudah
kamu belajar yang rajin ya Mit. Ayah berangkat dulu!” Pamit ayahku, aku mencium
tangannya dan ia pun berlalu. Aku bangga pada ayahku, ia bisa membesarkanku
selama ini dan hanya seorang diri, berulang kali aku menyuruhnya untuk menikah
lagi jika memang ada seseorang yang baik untuknya, yah sekedar untuk
memperhatikan ayah. Aku tak tega melihat ayah sendirian, pasti sakit sekali. Ah
iya kenapa aku malah bengong, aku kan harus menunggu mereka diluar, duh lemot
lagi deh. Aku menyambar tas gemblok ku yang berwarna merah dengan corak bendera
inggris kesukaan ku dan tak lupa sepatu england kesayanganku.
“heh
lemot, lama banget sih lo! Lumutan nih gue-_-” Omel Tristan ia memainkan kunci
mobil ditangannya.
“tau,
telat nih kita bisa bisa!” Sambung Randy lalu menarik tanganku menuju mobil.
“ihh
pada bawel banget sih! Gak akan telat kok, lagian kan baru jam setengah tujuh!”
ucapku sambil membela diri.
“nona
bendera inggris gak tau ya jakarta itu suka macet! Udah deh ayo masuk.”
“nama
gua Mita bukan nona bendera inggris!”
“apa
coba kalo bukan nona bendera inggris? Gak liat tuh dari handphone, tas, sepatu,
jam tangan, sama handband gambarnya bendera inggris? Kamar lo ada corak bendera
inggris, kasur, terus bed cover sampe sprei dan sarung bantal guling pun
bendera inggris! Segitu cintanya sama inggris?” ledek Randy diperjalanan menuju
sekolah.
“puas?
Kenapa emang kalo gua suka inggris? Masbuloh?” Jawab Mita sambil menjulurkan
lidahnya.
“udah
deh Ran, Mit gak usah kayak anak kecil gitu. Berantem Cuma karena bendera
inggris” Ucap Tristan menengahi perdebatan antara kedua temannya. Untung saja
pagi ini tidak terlalu macet jadi kami bisa sampai tepat waktu. Kami berjalan
melewati koridor koridor kelas yang dipenuhi oleh anak anak yang sedang
menunggu bel. Dulu saat aku masih kelas empat sd, mama sering mengantarkan aku
sampai kelas, memeluk dan mencium kepalaku sebelum aku memulai pelajaran. Yah
itu hanya kenangan yang tak mungkin akan kembali. Rasanya kalau tuhan
memberikanku satu permintaan, maka aku akan meminta untuk mengembalikan
keutuhan keluargaku lagi. Sejujurnya tante irena juga sosok ibu yang baik, ia
juga seorang single parents dengan satu
anak lelaki yang umurnya lebih tua dariku sekitar dua tahun. Tante iren
ditinggalkan oleh suaminya karena kecelakaan pesawat saat suaminya pergi keluar
kota.
“heh,
kok lo bengong aja sih?” Ujar randy saat aku melamun dimejaku. Aku menoleh
kearahnya dengan ucapan tanda tanya.
“eh
nona bendera inggris, bu mira lagi ngejelasin tuh didepan!” omel Randy lagi
kepadaku.
“Randy
Pratama, kalau kamu ingin mengobrol silahkan keluar! Jangan mengobrol saat
pelajaran saya dimulai!!” Omelan bu Mira terhadap Randy cukup membuat aku
terhibur, sukuriiin rese sih dia haha.
“sukurin,
makanya jangan gangguin gue lagi ngelamun!” Sambungku, lalu aku kembali lagi
dengan lamunanku yang sempat terputus.
~~
“heh
kok bengong sih? Nih minum dulu!” Ujar Tristan ia memberi ku segelas orange jus
kesukaanku, malam ini aku memang sudah berjanji akan kerumahnya. Aku ingin
bercerita kepadanya.
“makasih
ya tan!”
“lo
kenapa sih Mit? Ada masalah apa lagi? Kok murung sih?” Tanya nya lagi, Tristan
memang bisa lebih cepat membaca suasana hatiku dibanding Randy, kalo ia sih
lebih cocok menjadi pengkritik dan tukang ledek.
“tadi
ayah sama tante iren bilang kalau mereka mau menikah Tan, gue shock! Kenapa
mesti tante irena yang jadi pilihan ayah?” Ucapku dengan terbata bata, aku
memang sering menyuruh ayah menikah, tapi aku kaget pilihan papa jatuh kepada
tante irena. Tristan mendekapku dalam pelukannya. Pelukan hangat itu.
“mungkin
emang cinta ayah lo udah terlanjur jatuh ke tante irena. Lo tau kan Mit, cinta
itu gak bisa dipaksain bakal jatuh ke siapa. Lagian ya kalo menurut gue tante
Irena cocok jadi ibu lo kok. Dia sayang dan perhatian banget sama lo,
keliatannya juga beliau tulus sayang sama lo!” Jawab Tristan sambil mengusap
usap kepalaku, cinta memang gak bisa dipaksa. Dan kita juga gak bisa menentukan
kepada siapa cinta itu akan dipilih.
“heh
ada apaan nih kok peluk pelukan segala?” Tanya Randy yang baru saja sampai dan
melihat aku sedang memeluk erat Tristan.
“ih
ngapain sih lu dateng kesini? Merusak season curhat sama mood gue tau gak!” Omel
ku padanya. Aku melihat ada sedikit gurat kekecewaan yang ditunjukan Randy saat
aku mengatakan hal itu.
“gue
tuh kesini Cuma mau balikin buku catetan Tristan yang gue pinjem!!” Ucap Randy,
lalu selepas mengembalikan buku itu ia langsung pamit pulang. Yatuhan apa
memang ucapanku tadi itu membuatnya sakit hati? Tapi Randy bukan type cowok
mudah tersinggung ataupun cowok ambekan.
“Mit,
mending lo kejar deh si Randy. Dia kecewa tuh kayaknya sama ucapan lo tadi!”
Ucap Tristan seakan tau apa yang sedang aku fikirkan, tanpa fikir panjang aku
pun mengejar Randy dan pamit pulang dari rumah tristan.
“Randy...
tungguin dong!”
“mau
apa lagi Mit? Bukannya tadi lo bilang gue ngerusak mood lo ya?” ucapnya lagi,
nada suarany terlihat serius.
“lo
beneran marah ya sama gue? Yaampun maafin gue ya?” Ucapku, baru kali ini aku
melihat Randy marah. Yah karena memang sebelumnya sejelek apapun ucapanku
terhadapnya ia gak pernah marah.
“udahlah
Mit, lupain aja! Mungkin emang gue mah slalu bikin mood lo ancur, gue emang gak
akan pernah bisa jadi tristan yang slalu ngertiin lo!” Jawabnya lalu pergi
meninggalkanku yang tak mengerti dengan ucapannya.
===========================o0o===========================
Dua bulan kemudian,
Bulan
lalu ayah sudah menikah dengan tante irena. Yah aku cukup nyaman dengan
kehidupanku yang sekarang, setidaknya aku sudah tenang karena ayahku tidak
perlu kerepotan sendiri dengan keperluan kantornya.
“Mit,
minggu depan kakak tiri kamu pulang dari lombok dan akan tinggal bersama kita
disini!” Ucap ayahku memulai pembicaraan, aku mengamatinya dengan seksama. Yah
cepat atau lambat pasti akan ada sosok orang baru yang belum pernah aku lihat.
“semoga
Mita bisa nerima kedatangan tommy disini ya?” sambung tante Irena, yah mungkin
saja nantinya aku bisa mendapatkan satu kasih sayang dari kakak tiriku.
“dengan
senang hati Mita akan nerima kak tommy kok yah, ma. Oh iya Mita berangkat dulu
ya, Randy sama Tristan udah nunggu diluar. Mita berangkat!” Pamitku dan mencium
kedua tangan orang tuaku.
“Pagi
sahabat sahabatku! Gue ada kabar gembira loh!” ucapku memulai pembicaraan.
Tristan menatapku seakan meminta penjelasan atas apa kabar yang kusebut tadi.
Sementara Randy hanya menatapku sekilas, entah mengapa semenjak kejadian itu
Randy agak sedikit acuh padaku, walaupun pertemanan kami masih berjalan lancar.
“Tommy,
kakak tiri gue mau pindah kesini minggu depan! Yey nambah lagi kan superhero
gue!” jelasku dengan berbinar binar.
“wah
selamat ya Mit, gue harap tommy bisa jadi kakak yang bertanggung jawab,
walaupun dia Cuma kakak tiri lo!” Jawab Tristan bijak, dia mengacak pelan
rambutku.
“emang
lo udah tau kayak gimana Tommy? Sifat dia kayak apa? Udah ketemu sebelumnya?”
Tanya Randy, aku menggeleng yah memang aku belum pernah bertemu sebelumnya tapi
ayah sudah menemuinya saat ayah melamar mama iren.
“kok
lo yakin banget dia bakal jadi superhero lo? Ketemu aja belom pernah!” sambung
Randy lagi, tatapannya kini tertuju pada komik yang ia baca.
“lo
kenapa sih Ran? Kayaknya gak suka banget liat gue seneng! lo emang perusak mood
gue Ran! Gue benci sama lo!!”
#
“
gak usah dimasukin kehati ya Mit ucapan Randy tadi. Dia gak sungguh sungguh kok
ngomong kayak gitu!”
“tapi
Tan, gue sakit lah denger omongannya Randy. Randy dulu gak kayak gini kan, dia
berubah!” aku menyandarkan tubuhku dibangku panjang yang berada digazebo rumah
Tristan.
“gue tau Mit,
Randy berubah karena dia gak mau ada orang lain yang bisa bikin lo bahagia
kecuali dia. Bodoh lo mit gak peka sama perasaan randy!” gumam Tristan
dalam Hati.
“kenapa
sih Randy gak bisa kayak elo Tan, yang bisa ngerti gimana perasaan gue yang
slalu ngedukung setiap langkah gue. Kenapa Randy sekarang terlalu egois?” tanya
ku, aku memeluk tubuh Tristan. Yah aku menangis lagi, tristan mengusap rambutku
berulang kali. Aku merasa nyaman berada dipelukannya, apa mungkin aku mencintai
Tristan? Kalau memang iya bagaimana dengan perasaannya saat tau aku
mencintainya?
“ups,
gue ganggu ya? Gue Cuma mau minjem laptop lo Tan, punya gue lagi diservis!”
Ujar Randy, aku melepaskan pelukan ku pada Tristan. Aku menatap mata Randy, ada
setitik tatapan kecewa yang bisa ku baca pada matanya.
“gue
ambilin dulu ya Ran, lo tunggu sini aja!” Jawab Tristan lalu pergi meninggalkan
ku hanya berdua saja dengan Randy, aku kembali teringat dulu Randy slalu bisa
mencairkan suasana saat kami sedang diam seperti ini. Entah kenapa menurutku ia
satu satunya orang yang tak pernah kehabisan akal untuk menciptakan banyolan
atau gurauan yang bisa memancing kami untuk tertawa.
“gue
tau kok gue gak akan pernah bisa jadi Tristan! Dan gue tau kok kenapa lo lebih
nyaman buat cerita ke tristan. Maaf ya kalo ucapan gue tadi pagi bikin lo sakit
hati, gue Cuma gak mau lo ngebayangin orang yang belom lo kenal sebelumnya. Gue
gak mau kalo lo kecewa lagi, Cuma karena orang yang lu harepin gak sesuai sama
kenyataannya!” Ucap Randy tiba tiba, aku menoleh dan menatapnya. Baru kali ini
juga aku melihat Randy berbicara dengan nada yang sangat serius.
“Ran,
nih laptopnya. Pake aja dulu sebutuh lo!”
“oke
thanks bro, Mit gue duluan ya!”
**
Sebulan berlalu, kak tommy sudah
datang dan tinggal disini. Dia begitu baik dengan ku dan menurutku kami berdua
memang ditakdirkan sebagai seorang kakak adik, aku selalu bercerita soal
keseharian ku termasuk apa yang aku rasakan dengan Tristan. Tommy dan Tristan
pun cukup akrab, berbeda dengan Randy dia saat ini sulit sekali untuk diajak
berkumpul bersama. Mungkin semenjak ada tommy Randy jadi menyibukkan dirinya
sendiri, disekolah dan dikelas pun tak ada lagi banyolan yang keluar dari
mulutnya itu. kenapa aku jadi merindukannya? Bukan kah aku harusnya bersyukur
tak ada lagi yang mengejekku?
“Mita?”
panggil seorang lelaki, aku menoleh kearah suara itu.
“kak
tommy? Kenapa kak?”
“kamu
dipanggil gak nyaut nyaut sih, ayah sama mama ngajak makan malem tuh dibawah!”
“Mita
gak laper kak. Kakak, Ayah, sama Mama makan duluan aja ya?”
“kamu
kenapa? Ada masalah lagi?” Tanya kak Tommy, ia berjalan menghampiriku yang
sedang duduk menatap layar laptopku.
“Randy
kak, dia akhir akhir ini bikin aku gak ngerti sama sikapnya. Dulu dia gak secuek,
seangkuh, dan sependiam ini! Apa mungkin ya dia ada masalah?”
“kamu
udah nanya sama dia langsung?” tanya kak tommy, aku menggeleng. Bagaimana mau
bertanya sekarang saja dia seperti menghindariku, kalau aku ingin mendekatinya
ia pasti langsung menghindar.
“gimana
kamu mau tau, coba tanya langsung sama dia. Atau kamu tanya sama Tristan.
Sekarang makan dulu yuk!” Ajak kak tommy, aku mengangguk pelan.
-dua
bulan kemudian-
Ujian nasional telah berlalu, kini aku
tinggal menunggu hasil dari semua jerih payahku. Malam ini aku memutuskan untuk
hangout bersama kak tommy, tristan dan juga Randy. Tapi Randy menolak ajakanku,
yah dengan alasan dia ingin dirumah saja. Baiklah itu terserah dia, aku tak mau
tau apa yang terjadi, aku bahkan sudah bosan menanyakan hal yang sama hampir
setengah tahun ini tapi nyatanya jawaban yang ku butuhkan tak ia berikan.
“Mit,
lo makan apa?” Tanya Tristan sambil memberiku daftar menu, kami kini sedang
disebuah tempat makan usulan kak tommy.
“sama
aja tan kaya lo!” jawabku singkat, tristan dan kak tommy pun larut dengan
obrolan mereka. Aku merasa jenuh, yah kali ini aku benar benar merindukan sosok
Randy dengan tingkah konyolnya. Kini saat Tristan memelukku rasa nyaman dan deg
degan dijantungku pun sudah menghilang, dan tak tau kenapa setiap aku mengingat
Randy hati ini seperti sesak, aku merindukannya, seperti ada perasaan lain
dalam hatiku untuknya. Aku tak pernah tau apa itu. Aku berdiri dari tempat ku,
aku merasa bosan dan rasanya aku ingin pergi dari sini, bahkan mata teduh
Tristan dan Kata Kata bijak kak Tommy juga tak bisa menenangkan hati ini.
“kamu
mau kemana Mit?” Tanya kak Tommy.
“toilet
kak!” jawabku singkat. Aku melangkahkan kaki-ku, berjalan jalan tak tentu arah
masuk ke toko ini dan keluar dari toko itu. saat aku melewati toko aksesories
aku melihat sosok yang tak asing untukku, aku mendekatinya. Jleb, dan itu benar
benar Randy, dia bersama seorang wanita asing yang sama sekali tak ku kenal.
“Randy?”
reflek aku memanggilnya, jarak kami hanya berkisar 3 meter. Randy menoleh
kearahku.
“Mita?
Kok lo disini? Sama siapa?” tanya nya kembali, ia mendekat kearahku. Sementar
gadis itu tetap pada posisi dimana ia berdiri.
“lo
bohong sama gua Ran, lo bilang lo mau dirumah aja! Tapi kenapa lo skrg malah
pergi, sama cewek pula!!”
“gue
fikir buat apa gue sama lo, toh udah ada Tristan sama Tommy kan? Gue apa sih
Mit artinya dihidup lo? Gak ada kan?”
“demi
tuhan ya Ran, gue kecewa sama lo! Gue kira lo sahabat gue, tp skrg lo udah
kayak musuh dihidup gue! GUE BENCI ELO RANDY GUE BENCI LO!!” Ucapku, lalu pergi
meninggalkan tempat itu. aku benar benar kecewa dengan sikapnya.
~
“kamu
semalem kemana sih Mit? Ditelfon malah gak aktif, kakak sama Tristan tuh
nyariin kamu, kakak khawatir!” Omel kak tommy saat masuk kekamarku. Aku tak
menjawab omelannya, aku tetap bersembunyi dibalik selimut tebal dikamarku.
“kamu
kenapa? Jawab kakak Mita!!” kali ini kak tommy menarik selimut yang menutupi
semua tubuhku.
“Mita?
Kamu nangis? Kenapa sih?” Tanyanya lagi lalu menarikku dalam pelukannya, ini
yang aku butuhkan. Pelukan seorang kakak yang bisa aku andalkan bagaimanapun
keadaanku.
“kalo
emang kamu mau nangis silahkan nangis sepuas hati kamu! Tapi janji, setelah ini
kamu harus cerita apa yang terjadi semalam!” Paksanya, aku mengangguk
mengiyakan permintaannya.
-dilain
tempat-
“Ran,
lo tau Mita kemana semalem?”Tanya Tristan, ia sedang berkunjung kerumah Randy,
yah mencari kabar tentang Mita.
“Mita?
Semalem gue ketemu dia sih, Cuma dia marah marah sama gue terus pergi gitu aja!
Emang kenapa Tan?”
“semalem
gue, tommy sama dia jalan dan dia pergi alasannya sih ketoilet, tapi kok lama
banget. Ditelfonin hpnya gak aktif, terus kita cari juga gak ketemu. Sebenarnya
lo sama Mita ada apa sih? Jangan kira gue gak tau perubahan sikap lo sama
Mita!”
“semua
bisa berubah Tan, termasuk perasaan!” pungkas Randy.
“Ran,
jangan fikir gue gak tau kalo lo itu sebenarnya cinta kan sama Mita? Sikap lo
yang dingin ini semata mata Cuma buat nunjukin kalo elo itu cemburu kan?” cecar
Tristan, Randy menatap wajahnya tajam.
“cinta
gue itu sama sekali gak penting buat Mita! Semua yang gue lakuin Cuma merusak
suasana hati dia kan? Gue sadar sampe kapanpun Cuma elo Tan yang dicintai sama
Mita!”
“Ran,
jangan pernah berasumsi sesuatu yang lo belom tau kebenarannya. Kata siapa Mita
cinta sama gue? Kalo emang iya dia cinta sama gue, harusnya kemaren dia gak
ninggalin gue kan? Semenjak lo berubah, Mita tuh jadi ikut berubah! Lebih
banyak diem dan sering ngelamun. Gue rasa ini saatnya buat elo jujur sama
perasaan lo Ran. jangan biarin semua menggantung tanpa adanya kepastian!” Ucap
Tristan lalu pergi meninggalkan randy yang terpaku mendengar ucapannya.
Randy
teringat kejadian semalam, bagaimana Mita mengungkapkan rasa kekecewaannya,
rasa kesalnya, dan mungkin rasa rindunya.
~~
“kak
tommy, makasih ya semenjak kakak disini aku jadi gak pernah kesepian! Kak tommy
slalu aja bisa diandalkan buat aku selain Tristan!!” Ucapku memeluk kak tommy,
aku memang bahagia kini ada orang spesial lagi dalam hidupku, selain Tristan,
dan Randy!
“sama
sama Mit, oh iya gimana sama Randy? Kamu kapan mau jelasin tentang...”Ujar nya
sambil menggantung kalimat yang ia ucapkan.
“kakak
apaan sih!” timpalku lalu mencubit pinggangnya, lalu kami tertawa bersama.
“permisi,
maaf gue mungkin ganggu kalian! Boleh gue ngomong sama lo Mit?” Tiba tiba saja
Randy sudah berada didepan teras rumahku.
“okey,
skrg saat nya kalian bicara berdua deh! Gue kedalem dulu ya Ran. Tuh yang kamu
tunggu udah dateng! Good luck Mita!” Jawab kak Tommy, yah untung saja kalimat
yang belakang ia hanya membisikannya ditelingaku.
“masih
berani lo dateng kesini? Gua kan udah bilang gua benci sama lo!” Paparku sambil
membelakangi wajahnya, tentu saja yang aku ucapkan tidak sepenuhnya dari hati.
“hey,
sejak kapan lo ngomong membelakangi lawan bicar lo Mit? Lo itu slalu natap mata
lawan bicara lo!” Ucap Randy pelan lalu memalingkan wajahku kearahnya.
Terlambat air mataku menetes lagi, aku teringat kejadian itu saat ia lebih
memilih pergi dengan wanita lain, daripada menemaniku yang notabene nya adalah
sahabatnya.
“lo
nangis Mit?” Tanya Randy pelan, ia mengajakku duduk dihalaman rumahku.
“engga,
ini Cuma kelilipan debu aja! Lo ada apa kesini malem malem?”
“loh
biasanya juga gini kan?”
“engga
tuh! Lo kan udah berubah, sibuk sendiri sama urusan lo, sibuk sama cewek lo,
mana pernah lagi lo peduli sama gue, tristan? Buat pergi bareng kemaren aja lo
bohongin gue? Ckck!”
“emang
lo masih butuh gue Mit? Bukannya lo yang bilang ya kalo gue ini mood breaker
lo? Gue kan slalu nyakitin lo dengan ucapan ucapan gue? Iya kan Mit?”
“emang
iya, tapi gue kangen sama lo Ran. gue kangen banyolan lo, gue kangen ejekan
ejekan lo, gue kangen dipanggil nona bendera inggris! Gue kangen itu Randy, gue
kangen elo yang dulu! Gue kangen.. lo lebih banyak berubah!” Ujarku setengah
berteriak sambil memukul tubuhnya, yah ini semua luapan kerinduanku padanya.
“ssst,
gue gak pernah berubah Mit. Gue masih Randy yang dulu, yang sayang sama lo! Gue
masih Randy yang dulu, yang tetap jadi sahabat lo!” Randy menarikku kedalam
pelukannya, dan menenangkanku. Nyaman? Tentu, lebih dari saat Tristan dan kak
Tommy memelukku. Dan jantung ini? Kenapa detak jantung ini terasa lebih cepat?
“maafin
gue ya Mit, maaf kalo perasaan sayang sebagai sahabat ke elo udah berubah. Maaf
mit, kalo gue udah lancang cinta sama sahabat gue sendiri!” sambung Randy, aku
melepaskan pelukannya dan menatap wajahnya. Yah mencari kebenaran atas ucapan
nya barusan.
“bego!
Kenapa sih lo gak jujur sama perasaan lo! Kenapaa? Apa karna cewek kemaren
itu?”
“buat
apa Mit, gue liat Cuma Tristan yang bisa bahagiain lo! Gue rela kalo lo sama
Tristan, karena emang gue gak akan pernah bisa jadi tristan!”
“asumsi
lo salah Ran, ckck-, ternyata lo masih sok tau kayak dulu. Mungkin gue emang
nyaman sama Tristan, tapi gue gak bisa cinta sama dia! Gue ..”
“gue
tau kok kalo lo cinta sama gue kan?” potong Randy memotong ucapanku. Aku
tertunduk malu dan kembali memeluknya.
“gue
cinta sama lo Mit, mungkin gue emang bukan orang yang romantis kayak tristan,
atau pun bijak kayak tommy. Tapi gue akan mencintai lo dengan cara gue
sendiri!” Ujarnya lagi sambil mencium keningku.
Yah
cinta memang indah, dan harus berakhir happy sepertinya, aku sadar aku
mencintai Randy , dan aku sadar Tristan bukanlah orang yang tepat untuk menjadi
kekasihku, tapi ia orang yang tepat untuk menjadi sosok pahlawan cinta kami.
Dan
kak tommy, ia juga orang yang berjasa dalam hidup dan cinta kami.
Terima
kasih semuanya :)
-end-