When your gone The pieces of my heart are
missing you..
When your gone The face I came to know is
missing too..
When your gone The words I need to hear to
always get me trough the day..
And make it OK. I miss you :’)
(
When Your Gone – AvrilLavigne)
Aku berlari menuju sebuah hutan yang dipenuhi
dengan kunang-kunang, danada sebuah kunang-kunang yang sangat menarik. Aku
terus berlari sampai akhirnya menemukan sebuah danau berair bersih dan tenang. Entah mengapa disana aku
merasa bebanku menghilang. Tapi sosok Fero muncul ditengah danau membuatku
tersentak.
“jangan hiraukan apa yang mengganggu
fikiranmu, Rani. Tetaplah berjalan mengikuti alur takdir tuhan. Ingat. Apapun
yang terjadi mungkin saja dia memang jodoh-mu. Dan dia lebih pantas untuk
menggantikan aku. Berbahagialah, sayangku”
“FEROOO” Lagi-lagi
aku bermimpi tentangnya. Mengapa
disaat aku terpuruk, ia terus hadir dalam mimpiku untuk memberi tahu apa yang
terjadi. dan apakah benar, Ditya orang yang pantas untukku?
“rani? Kau tidak
apa-apa?” Sosok Ditya muncul setelah pintu kamarku terbuka. Sepertinya
teriakanku terlalu keras.
“ya, tidak
apa-apa. Hanya sebuah mimpi buruk” Jawabku, Ditya mendekat kearahku. Kenapa
sedekat ini bersamanya membuatku cukup aman dan nyaman? Bagaimana bisa Ditya
yang baru aku kenal hari ini bisa membuatku merasa seperti ini?
“Tidurlah, aku
akan menjagamu” Tutur Ditya, ia benar-benar menjagaku. Ia duduk disampingku
sambil mengusap kepalaku. Itu adalah satu kebiasaan yang dimilik Fero. Dan
mungkin aku harus terbiasa dengan ini.
Pagi ini aku terbangun dan Ditya
sudah tidak ada didekatku, kemana dia? Apakah semalam aku hanya bermimpi saat
ia menemaniku tertidur. Saat aku masih sibuk dengan fikiranku seseorang membuka
pintu, dan tepat saat itu pula aku
melihat Ditya dengan cengiran khas fero, bahkan tatapan yang khas juga.
“good morning,
Raniia. Bagaimana? Apa tidurmu nyenyak?” Tanyanya, aku mengangguk dan
membenarkan posisiku.
“terimakasih kau
sudah mau menjagaku semalam.” Jawabku singkat. Lelaki itu mengangguk.
“tidak masalah,
jika kau membutuhkanku cukup panggil aku
saja. Ohiya, ayo kita sarapan. Setelah itu aku akan ikut denganmu
mengantar melly” Paparnya. Aku memandangi sosok lelaki itu, sungguh lelaki yang
menyenangkan.
“apakah ayah dan
ibuku sudah pergi kekantor?” Tanyaku, Ditya mengangguk.
“sebaiknya kau
cepat mandi lalu kita sarapan bersama. Melly sudah menunggu” Jawab Ditya lalu
meninggalkan aku dikamar.
Suasana bandung pagi ini cukup
cerah, setelah mengantar Melly kesekolahDityamengajakkupergikesuatutempat.
Ternyata dulu Ditya pernah tinggal di bandung sebelum ia dan keluarganya
memutuskan untuk pindah kejakarta. Aku senang, ternyata Ditya typical lelaki yang
mudah bergaul. Ia bercerita tentang rasa sukanya pada pemandangan, dan ia
pernah menemukan satu danau yang letaknya berada di pedalaman sebuah
pohon-pohon kayu jati. Ia menemukan tempat itu bersama mendiang kekasihnya.
Ditya mengendarai mobilku melewati
hamparan kebun teh disisi kanan-kiri jalanan. Sungguh pemandangan yang sangat
indah, ditambah udara dingin yang menusuk tulang. Bandung memang sangat berbeda
dengan Jakarta. Dan aku sangat bersyukur karena Jessy mengajakku pindah kesini.
Kini aku berusaha untuk tidak memikirkan siapa sebenarnya Ditya, mengapa ia mirip sekali dengan
almarhum Fero. Yang jelas aku akan menerimanya sebagai Ditya Nuraga, sepupu
tiriku dan juga seorang teman baru dalam hidupku.
“apa kau lelah?
Tidur saja dulu, perjalanan kita masih membutuhkan waktu yang cukup lama” Ujar Ditya,
pandangannya masih jauh kedepan. Aku menggeleng, sebenarnya aku memang agak
mengantuk tapi tidak adil rasanya jika aku membiarkan Ditya mengendarai mobil
tanpa teman untuk mengobrol.
“Nanti juga kau tau,
satu tempat yang sangat indah” Jawabnya misterius.
~~
Ditya memberhentikan mobilnya
disebuah area parkir. Aku mengerutkan keningku, untuk apa Ditya membawaku
kesini?
“Dit, sebenarnya
kau mau membawaku kemana?” Tanyaku.
“sekarang masih
jam delapan, kira-kira kita akan menjemput melly jam berapa?” Tanya Ditya
kembali.
“sekarang hari
kamis, melly pulang jam setengah empat sore karena ada les tambahan. Kita
memangnya mau kemana? Kenapa mobilnya diparkir disitu Ditya?” Tanyaku gemas.
“Cerewet. Sudah
ayo ikut saja denganku” Jawab Ditya sambil mengacak rambutku, aku
menggembungkan pipiku tanda kesal. Ia menggandengku tanganku, kini kami
berjalan disebuah jalan setapak yang ada dihamparan pohon pohon yang menjulang
tinggi. Pertanyaanku belum dijawab oleh Ditya, ia memang typical lelaki yang
mungkin susah ditebak. Lelaki ini menuntunku dengan lembut, tunggu dulu
sepertinya aku pernah melewati hutan ini, tapi kapan? Dejavu itu kini hadir,
pohon-pohon ini sangat familiar dalam ingatanku. Apa kah artinya ini?
“kau lelah?” Tanya
Ditya, ia menghentikan langkahnya.
“uhm, lumayan.
Memangnya seberapa lama lagi kita akan berjalan?” Tanyaku kembali.
“mungkin sekitar
sepuluh menit lagi. Kalau kau lelah bilang saja, biar aku menggendongmu”
Ujarnya sambil tersenyum. Menggendongku? Dia pasti bercanda. Aku ini kan bukan
anak kecil.
“kau meledekku ya?
Aku ini perempuan yang kuat tau” Tuturku, Ditya terkekeh. Kami melanjutkan
perjalanan ini.
“yang ku dengar
dari tante Tiwi kau sempat tinggal dijakarta? Kenapa kau pindah kesini?” Tanya
Ditya, kami masih berjalan melewati jalan setapak dihutan.
“Ya, ada sesuatu
yang membuatku memutuskan pindah ke bandung. Sesuatu yang cukup menyedihkan
mungkin” Jawabku. ditya berhenti berjalan, dia menatapku. Entah mengapa
tatapannya itu seperti orang yang sedang membaca isi hatiku.
“Oh begitu”
Komentarnya lalu kembali berjalan.
Cukup lama kami berjalan akhirnya
Ditya berhenti disebuah halaman luas, halaman yang dipenuhi oleh bunga-bunga
yang tumbuh subur, dan yang paling mencengangkan adalah saat aku melihat sebuah
danau dengan air yang sangat jernih dan juga tenang. Aku terpaku dalam
lamunanku sesaat, sampai genggaman tangan Ditya menyadarkanku.
“Kau baik-baik
saja, Rania?” Tanya Ditya. Aku mengangguk, hembusan nafasku kini sudah
berangsur pulih. Saat pertama melihat danau itu aku merasa tercekat, nafasku
memburu.
“Ditya, darimana
kau tau tempat ini?” Tanyaku pelan. Aku benar-benar tidak mengerti, danau ini
sangat mirip dengan danau yang muncul dimimpiku semalam.
“kau lupa ceritaku
tadi ya? Ini lah danau yang aku maksud, Rani” Jawabnya sambil tersenyum. Aku
baru sadar ada yang berbeda dari senyuman ditya dengan Fero. Ditya mempunyai
tiga guratan saat ia tersenyum.
“tidak mungkin”
Gumamku.
“apa kau bilang?
Kau tidak suka dengan pemandangan ini?” Tanya dita hati-hati. Kini tangan ditya
menggenggam tanganku erat.
“bu..bukan begitu.
Aku suka sekali, dijakarta mana ada pemandangan seperti ini” Jawabku kalap.
Ditya tersenyum, ia mengajakku duduk dipiinggiran danau. Sesekali ia memainkan
air, aku tertawa kecil melihat ditya yang seperti itu. Sungguh, wajahnya sangat
menggemaskan.
“kau tau tidak?
Pada malam hari didanau ini banyak sekali kunang-kunangnya. Jika kita bisa
menangkapnya kemungkinan apa yang kita inginkan akan terkabul” Tutur Ditya.
“termasuk meminta
seseorang yang sudah tidak ada kembali lagi didunia?” Gumamku pelan, aku sama
sekali tidak berniat mengatakan ini pada Ditya. Tapi, lelaki itu menghentikan
aktifitasnya dan menatapku hangat.
“Kita ini hidup
Cuma sekali rani, Jika tuhan mengabulkan permintaan seperti itu aku juga ingin
meminta Tara kembali lagi disini. Bersamaku. Tapi itu semua tidak akan mungkin.
Sekeras apapun kita meminta, sesering apapun kita berdoa, mereka yang sudah meninggal tidak akan kembali lagi.” Aku terhenyak
mendengar kata-kata Ditya. Siapa Tara? Apa ia juga kehilangan kekasihnya?
“siapa Tara?”
Tanyaku. Ditya tersenyum pedih, tapi ia tetap bersikap tenang.
“Kekasihku. Dia
meninggal ditempat saat kami kecelakaan. Sebuah mobil menabrak mobil yang kami
kendarai, aku terpental keluar sementara Tara terjebak didalam mobil, sampai
akhirnya mobil itu terbakar. Yang aku tau mobil yang menabrak kami pun
meninggal dunia setelah beberapa minggu koma. Aku tau disini tidak ada yang
bisa disalahkan, lelaki itu mengendarai mobilnya dengan cepat sementara saat
itu aku dan Tara sedang bertengkar. Aku yang memegang kemudi pun tidak bisa
berbuat apa-apa. Semua terjadi begitu cepat. Aku tau, dimana pun Tara berada
sekarang, aku akan berusaha untuk membuat ia bahagia” Jawab Ditya, aku meremas
jemarinya berusaha menguatkannya.
“bagaimana bisa
kau tau dia bahagia disana, Ditya?” Tanyaku polos.
“mengikhlaskannya,
mengirimkan doa untuknya, dan juga menjalani kehidupan yang baru. Bukan
maksudku mengkhianati cinta kami, tapi aku hanya berusaha menjalankan yang
terbaik untuk diriku.” Jawab Ditya. Aku mengangguk mengerti. Apakah aku bisa
menjadi setegar ditya?