~~~
Aku
merebahkan tubuhku dikasur mungil yang berada dikamarku, ku buka jendela agar
bisa melihat bintang. Aku mengingat ucapan Rabel tadi yang membuatku tenang.
Aku tau kamu masih mikirin dia, tapi yang jelas
jangan pernah kamu jadiin dia beban dihidup kamu. Biarin aja semua berjalan
seperti air yang ada disungai ataupun laut. Dan juga kamu gak perlu khawatir,
tanpa dia akupun masih bersedia untuk ngejaga kamu dan nemenin kamu Rena. Aku
sayang sama kamu!
Ucapan itu seolah menghancurkan tembok keraguan
yang berada dipalung hatiku, yah mungkin ini saatnya aku membuka lembaran baru
dengan orang yang baru pula. Bukankah memang lebih baik melihat ke masa depan,
daripada terus terus meratapi masa lalu. Ahh terimakasih Rabel, aku mengambil
ponsel yang berada tepat disampingku, aku mengetikan sebuah pesan singkat
untuknya.
To : Rabel (+62813565xxx)
Makasih buat lima tahun ini ya bel, makasih udah
ngejaga aku dan udah jadi pahlawan buat aku, terimakasih untuk semuanya Rabel
Arizona :)
Setelah mengetik itu, aku meng-klik tombol
send. Dan tanpa disadari aku pun sudah terbawa ke alam mimpi ..
^_^
“Re, ada
Rabel tuh nungguin kamu diluar. Kayaknya dia mau jemput kamu!” Ujar Mama
sambil mengerlingkan sebelah matanya kepadaku, ya mama tau sedekat apa aku dan
Rabel, dan mama pun tau semenjak kepergiannya Rabel lah yang menjadi
pahlawanku.
“mama apa sih, Aku temuin Rabel dulu ya ma?”
Jawabku, mama hanya mengangguk sambil tersenyum maklum.
“hey? Kok kamu kesini? Kenapa Bel?” Tanyaku, ia
terlihat duduk santai dambil memainkan telapak tangannya.
“aku mau jemput kamu, udah selesai sarapannya?
Berangkat yuk?” Ajaknya, aku lagi lagi melirik arloji yang melingkari tanganku.
“ini kan masih jam enam Bel. Emang gak
kepagian?” Tanyaku kembali, Rabel tersenyum dan mendekatiku.
“aku mau nunjukin sesuatu buat kamu. So, skrg
mending kamu ambil tas dan kita berangkat!” ia berbisik halus tepat
ditelingaku. Lalu ia tersenyum nakal kearahku, aku masuk kembali kedalam rumah.
Mengambil perlengkapan sekolahku dan pamit kepada orang tua ku.
“Kita mau kemana Bel?” Tanyaku saat kami berada
disuatu jalan yang tak ku kenal.
“nanti kamu juga tau, sekarang kamu diam aja
ya?” ia menjawab sambil mengusap tanganku yang melingkari pinggangnya.
Rabel
memarkirkan motornya disuatu jalan, jalanan ini sama sekali tak ku kenal,
bahkan aku tak tau ini didaerah mana. Tiba tiba saja Rabel menutup mataku
dengan kain berwarna merah. Dan menuntunku.
“Kita mau kemana sih Bel? Kok pake tutup mata
segala?” Aku bertanya sambil tetap memegang tangan rabel.
“tenang aja ya? nanti kamu juga tau, sebentar
lagi kita sampe kok!” beberapa saat Rabel menghentikan langkahnya. Dan tepat
saat itu pula ia membuka penutup mataku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali,
yah kulihat didepan mataku ada beberapa rangkaian bunga mawar pink, kuning dan
biru bertuliskan ILOVEYOU RENATA. Aku terdiam sejenak, mataku mulai berkaca
kaca.
“Rabel ini___” Kalimatku menggantung, rasanya
aku sudah sulit sekali untuk melanjutkan kata kata itu.
“Iya Rena? Apa kamu belum mengerti juga apa
maksudku?” Ujar Rabel sambil menatapku.
“Sejak kapan Bel?” Tanyaku lagi, aku masih
terkejut dengan semua yang ia siapkan.
“mungkin sejak kita bertemu, sejak itu aku tau
apa artinya menyukai seseorang. Awalnya aku hanya berfikir bahwa cinta ini
hanyalah cinta monyet jaman kita anak anak dulu, tapi semakin lama perasaan ku
semakin bertambah Re, apalagi sejak dia mencampakkan mu. Dulu memang aku
berfikir dia yang terbaik, tapi aku rasa sekarang dia hanya pengecut. Dia orang
bodoh yang udah nyia nyiain kamu!” Papar Rabel, ia menggenggam erat tanganku.
“Rabel, aku gak pernah tau kalo kamu___” aku
benar benar shock dengan pengakuannya.
“ya, Aku mencintaimu Renata! Lebih dari
besarnya dunia ini!” Ujarnya lagi, Aku masih terdiam mematung. Ini sebuah
kejutan untukku, bahkan slama ini aku tak pernah membayangkan kalau kejadian
ini akan terjadi.
“Tapi bel, aku___” Ujarku tergagap, aku tak tau
harus mengatakan apalagi.
“aku gak maksa kamu buat jawab sekarang Re, aku
tau kamu pasti kaget. Sekarang kita berangkat ke sekolah yuk!” Paparnya sambil
mengulurkan tangan. Aku masih terdiam dan menatapnya.
“kok bengong? Ayo ah, kamu gak mau dihukum karna
telat kan?” Ujarnya lagi, kali ini ia menarik tanganku.
^_^
Pelajaran
hari ini berlalu dengan cepat, bahkan aku tak mengerti satu pun pembahasan yang
tadi diajarkan dikelas. Entah, otakku serasa blank dengan pengakuan yang diucapkan Rabel tadi. Apa benar Rabel
mencintaiku? Ah aku bingung. Aku termenung di gazebo rumahku, mengingat kembali
kejadian pertama saat aku mengenal Rabel. Aku mengingat bagaimana aku kenal
dengan Rabel, cowok itu menjadi murid baru disekolahku, lalu guru ku
menyuruhnya duduk disebelahku, Rabel yang manis duduk dan mengulurkan tangannya
serta menyebutkan namanya. “namaku Rabel
Arizona, kamu boleh panggil aku Rabel” itu kata kata pertamanya. Semenjak
itu Kami mulai dekat dan menjadi sahabat, bersahabat dengan seorang Rabel tentu
suatu anugrah terindah, sampai akhirnya aku mengenal ‘dia’. orang yang katanya mencintaiku, tapi justru lebih
menyakitiku.
“Rena? Makan malam dulu yuk?” Ucapan mama
membuyarkan lamunanku.
“Ma? Rena mau tanya boleh?” Ujarku hati hati,
aku menundukkan kepalaku.
“kamu kenapa sayang? Ada masalah ya?” Tanya
mama hati-hati, bukannya menjawab aku malah memeluk mamaku.
“loh loh, kenapa sayang cerita coba sama mama!”
“menurut mama Rabel itu kayak gimana sih?”
Tanyaku sambil melepaskan pelukanku pada mama, mama menyernyitkan alisnya.
“Rabel? Dia baik, setia kawan, dan yang pasti
sayang sama kamu”
“kok mama bisa bilang dia sayang sama Rena?”
“Rena, mama kenal Rabel dan juga dia , sejak kepergian orang itu Cuma
Rabel yang menjaga kamu, bahkan Rabel rela kan untuk membatalkan sekolahnya di
singapura Cuma untuk satu sekolah sama kamu. Tatapan Rabel ke kamu juga beda
sayang. Memang ada apa sama Rabel?” Jawab Mama sambil mengusap kepalaku, yah
pengorbanan Rabel terlalu banyak untukku.
“tadi pagi Rabel bilang, kalo Rabel cinta
banget sama Rena. Pengakuannya tadi cukup bikin Rena kaget ma. Karena selama
ini Rena Cuma anggap dia sebagai sahabat Rena aja. Lagian Rena juga masih takut
buat memulai suatu hubungan.”
“Renata, kamu pernah punya pengalaman buruk
tentang cinta. Tapi jangan biarkan itu semua menghambat perkembangan kamu,
jangan biarkan kamu takut untuk memulai sebuah hubungan. Mama tau kamu pernah
sakit hati, mama tau kamu pernah kehilangan. Tapi jangan pernah kamu menatap
lagi kebelakang. Cukup lihat kedepan dan bagaimana kamu menata masa depan
dengan kenangan yang pernah kamu rasakan dulu. Jadi tentang Rabel, mama tau
sebenarnya kamu juga punya rasa yang sama. Mungkin sekarang perasaan itu belum
kamu rasakan. Nah mending sekarang kita makan malam dulu yuk. Papa udah nunggu
nih!” Ujar mama, aku mengangguk dan berjalan mengekori mama.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking