Maandag 08 Julie 2013
Biografi Avril Lavigne
Nama Asli Avril Ramona Lavigne
Tanggal Lahir
27 September 1984
Tempat Lahir
Belleville, Ontario, Kanada
Tinggi Badan
160
Kewarganegaraan
Kanada
Warna Rambut
Coklat
Warna Mata
Biru
Ayah
Jean-Claude Lavigne
Ibu
Judith-Rosanne
Saudara
Matthew Lavigne (kakak laki-laki), Michelle Lavigne (adik perempuan)
Suami/Istri
Deryck Whibley (vokalis band Sum 41, 15-Jul-06 - 16-Nov-10), Chad Kroeger (vokalis band Nickelback, sejak 01-Jul-13)
Kekasih
Brody Jenner (personal TV, awal 2010 - 2012)
Populer Sejak
Merilis single "Complicated" (2002)
Biografi Perrie Edwards
Nama Asli Perrie Louise Edwards
Tanggal Lahir
10 Juli 1993
Tempat Lahir
South Shields, Inggris
Tinggi Badan
160
Kewarganegaraan
Inggris
Warna Rambut
Pirang
Warna Mata
Biru
Ayah
Alexander Edwards
Pekerjaan Ayah
Penyanyi
Ibu
Deborah Hogg
Pekerjaan Ibu
Asisten Dosen
Saudara
Jonnie Alexander Edwards (kakak laki-laki), Caitlan Georgia (tiri, adik perempuan)
Kekasih
Zayn Malik (penyanyi, sejak 2012)
Populer Sejak
Menjuarai acara "X Factor" (2011)
Tanggal Lahir
10 Juli 1993
Tempat Lahir
South Shields, Inggris
Tinggi Badan
160
Kewarganegaraan
Inggris
Warna Rambut
Pirang
Warna Mata
Biru
Ayah
Alexander Edwards
Pekerjaan Ayah
Penyanyi
Ibu
Deborah Hogg
Pekerjaan Ibu
Asisten Dosen
Saudara
Jonnie Alexander Edwards (kakak laki-laki), Caitlan Georgia (tiri, adik perempuan)
Kekasih
Zayn Malik (penyanyi, sejak 2012)
Populer Sejak
Menjuarai acara "X Factor" (2011)
KENANGANKU
Ingat bagaimana aku melangkah pergi,
Pada kaki kecil, hari sekolah pertama ku?
Dengan tangan mungil aku melambaikan tangan,
Dan aku melihat air mata di sudut mata Anda.
Tapi kau berani dan begitu juga aku
Kami berdua berusaha keras untuk tidak menangis.
kaki kecilku membawaku ke sekolah.
Aku ingat Anda berkata, “Sekarang taat aturan setiap saat!”
tangan-tangan kecil saya membuka pintu sekolah
Di mana-mana Aku melihat, ada anak-anak berlimpah.
Aku pergi ke lorong ke merah besar “K”.
Ada Mrs.Laura untuk menunjukkan jalan.
Kami membuat keluarga besar, bersama Mrs.Laura
Dengan keluarga ini besar, kami harus saling membantu.
Saya sudah berusaha keras untuk mendengarkan sepanjang tahun.
Jadi ketika saya di kelas pertama, saya akan tidak perlu takut.
Otot-otot di tangan saya sekarang jauh lebih kuat.
Dan bahkan kaki saya terlihat jauh lebih lama.
Pada hari terakhir sekolah, seperti yang kita semua selamat tinggal gelombang,
Apakah Anda s’pose Mrs.Laura akan memiliki air mata di matanya?
Ini benar-benar telah menjadi tahun ajaran bahagia.
Dan jika bukan karena Anda, Mom dan Dad,
Saya tidak akan ada di sini!
SUMBER : GOOGLE
Pada kaki kecil, hari sekolah pertama ku?
Dengan tangan mungil aku melambaikan tangan,
Dan aku melihat air mata di sudut mata Anda.
Tapi kau berani dan begitu juga aku
Kami berdua berusaha keras untuk tidak menangis.
kaki kecilku membawaku ke sekolah.
Aku ingat Anda berkata, “Sekarang taat aturan setiap saat!”
tangan-tangan kecil saya membuka pintu sekolah
Di mana-mana Aku melihat, ada anak-anak berlimpah.
Aku pergi ke lorong ke merah besar “K”.
Ada Mrs.Laura untuk menunjukkan jalan.
Kami membuat keluarga besar, bersama Mrs.Laura
Dengan keluarga ini besar, kami harus saling membantu.
Saya sudah berusaha keras untuk mendengarkan sepanjang tahun.
Jadi ketika saya di kelas pertama, saya akan tidak perlu takut.
Otot-otot di tangan saya sekarang jauh lebih kuat.
Dan bahkan kaki saya terlihat jauh lebih lama.
Pada hari terakhir sekolah, seperti yang kita semua selamat tinggal gelombang,
Apakah Anda s’pose Mrs.Laura akan memiliki air mata di matanya?
Ini benar-benar telah menjadi tahun ajaran bahagia.
Dan jika bukan karena Anda, Mom dan Dad,
Saya tidak akan ada di sini!
SUMBER : GOOGLE
SALAM PERPISAHAN
Puisi Tanpa Nama
Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
SUMBER : GOOGLE
Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
SUMBER : GOOGLE
Mine - Taylor Swift
You were in college working part time waiting tables
Left a small town, never looked back
I was a flight risk with a fear of falling
Wondering why we bother with love if it never lasts
I say can you believe it?
As we're lying on the couch
The moment I could see it
Yes, yes, I can see it now
Do you remember we were sitting there by the water?
You put your arm around me for the first time
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
Flash forward and we're taking on the world together
And there's a drawer of my things at your place
You learn my secrets and you figure out why I'm guarded
You say we'll never make my parents' mistakes
But we got bills to payWe got nothing figured out
When it was hard to take
Yes, yes, this is what I thought about
Do you remember we were sitting there by the water?
You put your arm around me for the first time
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
Do you remember all the city lights on the water?
You saw me start to believe for the first time
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
And I remember that fight, 2:30 a.m.
As everything was slipping right out of our hands
I ran out crying and you followed me out into the street
Braced myself for the goodbye
'Cause that's all I've ever known
Then you took me by surprise
You said I'll never leave you alone
You said I remember how we felt sitting by the water
And every time I look at you, it's like the first time
I fell in love with a careless man's careful daughter
She is the best thing that's ever been mine
Hold on, make it lastHold on, never turn back
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
Do you believe it?We're gonna make it now
I can see it
I can see it now
Left a small town, never looked back
I was a flight risk with a fear of falling
Wondering why we bother with love if it never lasts
I say can you believe it?
As we're lying on the couch
The moment I could see it
Yes, yes, I can see it now
Do you remember we were sitting there by the water?
You put your arm around me for the first time
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
Flash forward and we're taking on the world together
And there's a drawer of my things at your place
You learn my secrets and you figure out why I'm guarded
You say we'll never make my parents' mistakes
But we got bills to payWe got nothing figured out
When it was hard to take
Yes, yes, this is what I thought about
Do you remember we were sitting there by the water?
You put your arm around me for the first time
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
Do you remember all the city lights on the water?
You saw me start to believe for the first time
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
And I remember that fight, 2:30 a.m.
As everything was slipping right out of our hands
I ran out crying and you followed me out into the street
Braced myself for the goodbye
'Cause that's all I've ever known
Then you took me by surprise
You said I'll never leave you alone
You said I remember how we felt sitting by the water
And every time I look at you, it's like the first time
I fell in love with a careless man's careful daughter
She is the best thing that's ever been mine
Hold on, make it lastHold on, never turn back
You made a rebel of a careless man's careful daughter
You are the best thing that's ever been mine
Do you believe it?We're gonna make it now
I can see it
I can see it now
Tanpa Arti
Karya Ulfa Tapani
Gemuruh suara mesin mobil menggetarkan kaca rumah. Mengusik kesibukan dua benda kayu yang sedang berbincang di ruangan.
“Siapa yang datang?”
“Entahlah, paling juga Ibu-ibu yang mau arisan..”
“Ohh,, untung aku sudah mempercantik diri, “
“Awas, awas, sepertinya mereka mau mendekati kita, “
“Ah, lihatlah badan mereka besar-besar, aku yakin bokongnyapun besar, ahaha,, surprize untukmu !!”
Aku terdiam. Ah, sial sekali aku hari ini harus kedatangan tamu seperti mereka, andai aku punya kaki yang bisa berlari, tak akan ada ragu dalam benakku untuk melarikan diri sekarang juga, menit ini, detik ini, secepatnya!
“Tunggu, sebentar lagi mereka akan memujiku ..”
“Tidak aneh lagi, kau jangan menyombongkan diri, aku yang lebih berguna bagi mereka ..”
“O, ya ? haha... Mereka senang, kau menderita, bukankah begitu? Haha ..Bertahun-tahun aku berdampingan denganmu, bertahun-tahun juga aku saksikan kesengsaraanmu, aku tak pernah melihatmu terhias cantik sepertiku, dengan vas yang berisi bunga segar, dengan makanan cemilan yang lezat-lezat, minuman segar, dan hidanganmu apa? Bokong orang ya? Hahaha..”
Gemuruh suara mesin mobil menggetarkan kaca rumah. Mengusik kesibukan dua benda kayu yang sedang berbincang di ruangan.
“Siapa yang datang?”
“Entahlah, paling juga Ibu-ibu yang mau arisan..”
“Ohh,, untung aku sudah mempercantik diri, “
“Awas, awas, sepertinya mereka mau mendekati kita, “
“Ah, lihatlah badan mereka besar-besar, aku yakin bokongnyapun besar, ahaha,, surprize untukmu !!”
Aku terdiam. Ah, sial sekali aku hari ini harus kedatangan tamu seperti mereka, andai aku punya kaki yang bisa berlari, tak akan ada ragu dalam benakku untuk melarikan diri sekarang juga, menit ini, detik ini, secepatnya!
“Tunggu, sebentar lagi mereka akan memujiku ..”
“Tidak aneh lagi, kau jangan menyombongkan diri, aku yang lebih berguna bagi mereka ..”
“O, ya ? haha... Mereka senang, kau menderita, bukankah begitu? Haha ..Bertahun-tahun aku berdampingan denganmu, bertahun-tahun juga aku saksikan kesengsaraanmu, aku tak pernah melihatmu terhias cantik sepertiku, dengan vas yang berisi bunga segar, dengan makanan cemilan yang lezat-lezat, minuman segar, dan hidanganmu apa? Bokong orang ya? Hahaha..”
Tanpa Arti |
Aku tak pernah mau menanggapi cercaannya. Buat apa aku balas, toh, dia selalu menjatuhkanku, meja yang sombong.
“Aduhai, cantik sekali meja ini dengan hiasan bunga segar, darimana kau dapatkan bunga ini? Cantik sekali, aku suka..”
Tak aneh, sungguh tak aneh bagiku mereka mengucapkan hal itu. Mungkin untuk yang kesekian ratus kalinya. Sejurus kemudian, Ibu-ibu lain datang berdesakkan memasuki rumah. Rupanya, badan mereka yang besar-besar itu membuat mereka kesulitan memasuki rumah yang memang memiliki ambang pintu cukup kecil itu. Aku tahu, bokong-bokong mereka yang besar itu tak lama lagi akan menindihku. Satu..dua..dan,, aww,, benar saja , dalam sekejap tubuhku tertutupi bokong-bokong itu.
Salah seorang dari Ibu-ibu yang menindih tubuhku ini sekejap mengangkat bokongnya sedikit dan terdengar suara “dduuuttt..”. Dalam sekejap, udara yang tadinya begitu segar, mendadak tercemari dengan bau yang sangat sangat menusuk-nusuk hidung. Mereka yang duduk agak jauhpun mulai menutup hidungnya. Bayangkan, jarak yang jauh pun membuat mereka batuk-batuk dan hampir muntah, dan aku? Jarak yang sangat sangat dekat, apa kata yang lebih daripada mual? Aku yang paling merasakan begitu busuknya bau itu. Si Ibu hanya nyengir, sungguh , wajah tanpa dosa! Kalau saja aku punya mulut, akan kumuntahkan seluruh isi tubuhku ! Sial !
“Haha. Aku tak menyangka Ibu itu akan melakukan hal yang konyol, sangat konyol !Bersyukurlah karena kau tak punya hidung yang tajam untuk menghirup udara bau itu. Kursi tua yang malang..”
“Manusia memang tak tau etika kawan, bukankah agama mereka mengajarkan tentang sopan santun? Tahukah kau meja, pasanganku, bahwa sopan santun itu sangat berharga di mata Tuhan, setidaknya, mereka tahu adab bertamu, aku heran dengan manusia ini, mereka belajar ilmu agama tapi tidak mengamalkannya.”
“Ya, kau memang benar. Ah, aku tak peduli dengan mereka, toh, aku tak rugi, kau yang rugi kan? Kau selalu kena batunya! Haha “
“Kau memang seperti itu, hai meja sungguh aku hanya ingin berbagi ilmu denganmu”
Tak pernah pasanganku ini memperhatikan [endapatku, tapi taka pa-apa setidaknya aku dapat membagi ilmuku padanya, meski ia tak pernah peduli. Aku mengintip keluar jendela, di sana banyak anak-anak kecil yang sedang memetik daun-daun sembarangan.
“Lihatlah anak-anak itu!”
“Memangnya kenapa? Ada yang salah?”
“Tentu saja, lihat, mereka memetik daun-daun itu sembarangan, untuk apa coba? Mereka hanya merobek-robek daunnya, kemudian membuangnya begitu saja, mereka belum puas kalau tanah itu belum jadi guunung sampah! “
“Ah, sudahlah, kau selalu seperti itu, biarkanlah mereka melakukan hal yang mereka inginkan. Mereka yang akan menanggung akibatnya sendiri. “
“Tapi, kenapa mereka tak pernah memperhatikan kita? Lingkungan mereka? Apa kau tidak sedih? Hah? Lagian, kalau datang bencana, seperti banjir, kita juga akan kena kan? Bukan hanya mereka, mereka bisa melarikan diri, tapi kita? Mereka tak akan peduli pada kita, “
“Kau benar juga. Tapi apa daya, kita tak mungkin bisa berbicara kepada mereka.”
“Tuhan punya kehendak lain untuk itu!”
Diam. Sang meja hanya diam. Kuharap itu sebagai isyarat pengertiannya pada perkataanku. Bising. Suasana rumah ini bagaikan pasar. Perbincangan-perbincangan saling sahut-menyahut. Kebanyakan membicarakan “Dimana kau membeli sepatu itu?” “Berapa harganya?” “Dapat diskon gak?”
“Ah, bising sekali suasana rumah ini!” sahut meja.
“Ya, kau benar, mereka itu hanya mengumpulkan dosa di sini. Dari tadi, tak kudengar tak satupun yang membicarakan agama. Mungkin seperti “Kapan ya kita dapat melaksanakan tablig akbar di kampong kita?” “Pengajian rutin, dan sebagainya.” Padahal itu akan sangat berguna bagi mereka. Sesungguhnya mereka di sini itu untuk menjalin tali silaturahmi, bukan untuk menggunjingkan orang atau membicarakan hal yang tak penting. Sungguh sia-sia pertemuan ini jika hanya akan merajut dosa tanpa membersihkannya.”
“Hmm, hmm, terus saja kau berceramah seperti itu, sekeras apapun, merekea tak akan bisa mendengarnya!”
“Tunggu saja, Tuhan pasti akan memberikan isyaratnya lewat kita, sampai manusia-manusia itu sadar.”
“Iya, iyalah, terserahmu saja!”
“Lihat itu, anak-anak itu masuk, “
“Wah,, lihat yang satu itu, badannya besar sekali, pipinya bergoyang-goyang kalau ia berlari, tenaganya kuat sekali, awass hati-hati, bahaya mengancammu ! kau kan sudah tua,, bisa jadi, “
“Apa??”
“Tidak ah, tidak jadi..” kata meja sembil tersenyum sinis.
Anak-anak itu berlarian kesana-kemari, membuat suasana ini berubah, yang tadinya mirip suasana pasar, sekarang malah mirip suasana Perang Dunia. Suara-suara anak ini menggema, ke sudut-sudut ruangan, benda-bergetar karena injakan mereka, terutama anak gendut itu. Tidak, aku berada di rumah ini bertahun-tahun, dan memang sekarang aku sudah tua, tubuhku suka bergoyang kalau diduduki dan bisa saja riwayatku tamat kalau sampai anak gendut itu menginjakku.
“Iya, awas !! sembunyi di sana! Lari! Wah, seru juga memperhatikan anak itu. Hei, kursi tua, kau tahu kan perbedaan kita? Mereka lebih suka mendekatimu daripada aku, mereka tak’kan menyakitiku karena kalau mereka menyakitiku, mereka akan terima akibatnya. Kulit mereka akan membiru setelah mendapay hantaman keras, dari sudut-sudut tubuhku!”
“Kita memang berbeda, tapi kita harus saling mengisi kawan. Tuhan, menciptakan kita berpasang-pasangan, kursi dengan meja, buku dengan raknya, lemari dengan baju, dan tak ayal mereka saling mengisi kekosongan. Tak maukah kau bersanding denganku? Selama bertahun-tahun aku bersamamu, berusaha membuatmu menjadi meja yang berwibawa di mata manusia, menjadi sosok benda mati yang berguna. Kita punya daya guna, tanpa kita, mereka, manusia, tak akan pernah sejahtera, mereka tak akan bisa menulis dengan nyaman kalau tidak ada meja, mereka tak akan bisa duduk nyaman kalau tidak ada kursi. Berterimakasihlah kepada Tuhan yang telah mentakdirkan kita menjadi makhluk yang berguna bagi setiap manusia..”
“Aaarrgghhtttt, kursi tua! Tak bisakah kau diam sehari saja? Tak sadarkah kau setiap menit selalu melontarkan kata-kata yang klise, menyangkut manusia yang tidak bisa menjaga kita, li8ngkungannya. Harus berapa kali aku bilang? Sekeras apapun kau bicara, mereka tak akan bisa mendengar kita, memperhatikan kita, kau tahu itu kan? Dasar kursi bodoh !”
“Lalu, apa yang kita bisa lakukan agar mereka sadar? Hah? Selain isyarat kepada mereka,”
“Isyarat apa?? Jadi kau itu inginnya apa? Hah? Ingin kau ini dibangga-banggakan? Kau syirik kan kepadaku??”
“Astagfirulloh, syirik itu perbuatan syetan! Aku tak pernah merasa seperti itu, aku terima takdirku untuk diduduki, dikentuti, diinjak-injak, aku tak pernah mengeluh, selama ini aku hanya ingin memberikan petuah kepadamu agar kamu menjadi makhluk yang pandai member isyarat, Tuhan tahu apa yang kita rasakan, andai kau merasakan apa yang aku rasakan, apa yang akan kamu lakukan selain memberi isyarat pada manusia agar menjaga kita dengan baik??”
“Bertahun-tahun aku bersamamu, hany apetuah dan petuah yang kau berikan tak membuatku mengerti apa arti sebuah isyarat, penghuni rumah ini sudah sering mengotori kita tapi apa yang bisa kita lakukan? Aku cape, kalau haru terus mendengar ceramahanmu !!”
Diam. Mungkin dengan cara ini aku menanggapinya. Selama ini aku selalu berharap agar manusia dapat menjaga lingkungannya. Aku tahu, global warming yang sedang melanda Indonesia. Panas raja siang yang membakar tubuh, begitu ganas membuat daun-daun kering, udara sesak, debu-debu mengendap di tubuhku. Bagiku, manusia itulah penyebabnya, kalau saja mereka mau melakukan penghematan, penghijauan dan sebagainya, aku yakin dunia tak’kan seperti sekarang ini.
“Sejujurnya aku ingin membantu membangun kembali kesadaran pada manusia”
“Bagaimana caranya?? Apa kau bisa?? “
“Tak ada yang tak mungkin jika Tuhan berkehendak, Dia akan menjadikan mulut kita berucap atas kehendaknya. Aku kasihan pada ala mini yang semakin hari, semakin rusak. Aku ttipkan tanggungjawabku padamu, kalau tubuhku tidak bisa lagi menopang tubuh manusia, jaga dirimu baik-baik!”
Suasana masih sangat ramai. Anak-anak masih dengan senjata mereka, berlari kesana-kemari, bersembunyi, berjinjit-jinjit , mereka mendekati. Anak gendut itu terlihat sangat lincah, tenaganya begitu besar mengalahkan lawannya . ia berlari dan terus berlari. Jaraknya semakin dekat denganku. Langkahnya semakin cepat mendekat, ia meloncat tinggi kemudian menaikiku dan..
“GUBBRAKKK..” tubuhku pecah sudah, tubuhku yang sudah reot ini menjadi berkeping-keping. Hancur sudah raga ini. Melihat keadaanku, suasana rumah mendadak sepi karena suara jatuhnya anak itu. Anak itu menangis keras karena kesakitan. Malangnya anak itu. Sementar meja hanya terdiam melihat aku yang kini tak berdaya.
“Ku tak pernah berpikir akan seperti ini kawanku..” baru kali ini aku mendengar ia mengatakan “kawanku” kepadaku,
“Kenapa?” aku bertanya
“Jadi, kau benar-benar akan meninggalkanku??”
“Ten..tu saja..”
“Ja,,jad,, jadi, tak akan ada lagi yang menasehatiku?”
“Bukankah itu yang kau mau?”
“Kalau aku punya air mata, akan kutumpahkan saat ini juga. Aku memang tak suka kau menasehatiku terlalu berlebihan, tapi sungguh aku akan meras kehilangan, aku tak punya teman, sepertimu.. ayolah bisakah kau menyatukan tubuhmu lagi?”
“Tidak mungkin, aku sudah ditakdirkan seperti ini kawan, setiap awal, pasti ada akhir, setiap kehidupan, pasti ada kematian. Kau tak perlu bersedih kawan.”
“Ku berjanji akan menuruti nasehatmu, mendengarkan petuahmu, aku janji!!”
“Sudah cukup banyak aku berpetuah, terimakasih sudah mau mendengarkanku..”
Dua orang bapak datang menggotong tubuhku, membawaku ke gudang penyimpanan barang rusak. Meja itu menjerit-jerit.
“Jangan !! jangan kau ambil sahabatku wahai manusia !! aku tak sanggup tanpanya ! ya Tuhan apa yang bisa aku lakukan tanpanya? Apalah artinya sebuah meja bila tanpa kursi? Tuhan , aku mohon, izinkan aku berbicara kepada mereka, izinkan aku berteriak saat ini juga, Tuhan apa yang harus aku lakukan??? “
Suasana yang tadinya ramai mendadak sepi, lambat laun orang-orang mulai meninggalkan rumah. Sepi , mencekam.
“Aku masih merintih di sini, ayolah kembalikan kursi itu, aku tak bisa hidup tanpanya, apalah artinya aku? Apa artinya diriku? Aku benar-benar tanpa arti..”
“Aduhai, cantik sekali meja ini dengan hiasan bunga segar, darimana kau dapatkan bunga ini? Cantik sekali, aku suka..”
Tak aneh, sungguh tak aneh bagiku mereka mengucapkan hal itu. Mungkin untuk yang kesekian ratus kalinya. Sejurus kemudian, Ibu-ibu lain datang berdesakkan memasuki rumah. Rupanya, badan mereka yang besar-besar itu membuat mereka kesulitan memasuki rumah yang memang memiliki ambang pintu cukup kecil itu. Aku tahu, bokong-bokong mereka yang besar itu tak lama lagi akan menindihku. Satu..dua..dan,, aww,, benar saja , dalam sekejap tubuhku tertutupi bokong-bokong itu.
Salah seorang dari Ibu-ibu yang menindih tubuhku ini sekejap mengangkat bokongnya sedikit dan terdengar suara “dduuuttt..”. Dalam sekejap, udara yang tadinya begitu segar, mendadak tercemari dengan bau yang sangat sangat menusuk-nusuk hidung. Mereka yang duduk agak jauhpun mulai menutup hidungnya. Bayangkan, jarak yang jauh pun membuat mereka batuk-batuk dan hampir muntah, dan aku? Jarak yang sangat sangat dekat, apa kata yang lebih daripada mual? Aku yang paling merasakan begitu busuknya bau itu. Si Ibu hanya nyengir, sungguh , wajah tanpa dosa! Kalau saja aku punya mulut, akan kumuntahkan seluruh isi tubuhku ! Sial !
“Haha. Aku tak menyangka Ibu itu akan melakukan hal yang konyol, sangat konyol !Bersyukurlah karena kau tak punya hidung yang tajam untuk menghirup udara bau itu. Kursi tua yang malang..”
“Manusia memang tak tau etika kawan, bukankah agama mereka mengajarkan tentang sopan santun? Tahukah kau meja, pasanganku, bahwa sopan santun itu sangat berharga di mata Tuhan, setidaknya, mereka tahu adab bertamu, aku heran dengan manusia ini, mereka belajar ilmu agama tapi tidak mengamalkannya.”
“Ya, kau memang benar. Ah, aku tak peduli dengan mereka, toh, aku tak rugi, kau yang rugi kan? Kau selalu kena batunya! Haha “
“Kau memang seperti itu, hai meja sungguh aku hanya ingin berbagi ilmu denganmu”
Tak pernah pasanganku ini memperhatikan [endapatku, tapi taka pa-apa setidaknya aku dapat membagi ilmuku padanya, meski ia tak pernah peduli. Aku mengintip keluar jendela, di sana banyak anak-anak kecil yang sedang memetik daun-daun sembarangan.
“Lihatlah anak-anak itu!”
“Memangnya kenapa? Ada yang salah?”
“Tentu saja, lihat, mereka memetik daun-daun itu sembarangan, untuk apa coba? Mereka hanya merobek-robek daunnya, kemudian membuangnya begitu saja, mereka belum puas kalau tanah itu belum jadi guunung sampah! “
“Ah, sudahlah, kau selalu seperti itu, biarkanlah mereka melakukan hal yang mereka inginkan. Mereka yang akan menanggung akibatnya sendiri. “
“Tapi, kenapa mereka tak pernah memperhatikan kita? Lingkungan mereka? Apa kau tidak sedih? Hah? Lagian, kalau datang bencana, seperti banjir, kita juga akan kena kan? Bukan hanya mereka, mereka bisa melarikan diri, tapi kita? Mereka tak akan peduli pada kita, “
“Kau benar juga. Tapi apa daya, kita tak mungkin bisa berbicara kepada mereka.”
“Tuhan punya kehendak lain untuk itu!”
Diam. Sang meja hanya diam. Kuharap itu sebagai isyarat pengertiannya pada perkataanku. Bising. Suasana rumah ini bagaikan pasar. Perbincangan-perbincangan saling sahut-menyahut. Kebanyakan membicarakan “Dimana kau membeli sepatu itu?” “Berapa harganya?” “Dapat diskon gak?”
“Ah, bising sekali suasana rumah ini!” sahut meja.
“Ya, kau benar, mereka itu hanya mengumpulkan dosa di sini. Dari tadi, tak kudengar tak satupun yang membicarakan agama. Mungkin seperti “Kapan ya kita dapat melaksanakan tablig akbar di kampong kita?” “Pengajian rutin, dan sebagainya.” Padahal itu akan sangat berguna bagi mereka. Sesungguhnya mereka di sini itu untuk menjalin tali silaturahmi, bukan untuk menggunjingkan orang atau membicarakan hal yang tak penting. Sungguh sia-sia pertemuan ini jika hanya akan merajut dosa tanpa membersihkannya.”
“Hmm, hmm, terus saja kau berceramah seperti itu, sekeras apapun, merekea tak akan bisa mendengarnya!”
“Tunggu saja, Tuhan pasti akan memberikan isyaratnya lewat kita, sampai manusia-manusia itu sadar.”
“Iya, iyalah, terserahmu saja!”
“Lihat itu, anak-anak itu masuk, “
“Wah,, lihat yang satu itu, badannya besar sekali, pipinya bergoyang-goyang kalau ia berlari, tenaganya kuat sekali, awass hati-hati, bahaya mengancammu ! kau kan sudah tua,, bisa jadi, “
“Apa??”
“Tidak ah, tidak jadi..” kata meja sembil tersenyum sinis.
Anak-anak itu berlarian kesana-kemari, membuat suasana ini berubah, yang tadinya mirip suasana pasar, sekarang malah mirip suasana Perang Dunia. Suara-suara anak ini menggema, ke sudut-sudut ruangan, benda-bergetar karena injakan mereka, terutama anak gendut itu. Tidak, aku berada di rumah ini bertahun-tahun, dan memang sekarang aku sudah tua, tubuhku suka bergoyang kalau diduduki dan bisa saja riwayatku tamat kalau sampai anak gendut itu menginjakku.
“Iya, awas !! sembunyi di sana! Lari! Wah, seru juga memperhatikan anak itu. Hei, kursi tua, kau tahu kan perbedaan kita? Mereka lebih suka mendekatimu daripada aku, mereka tak’kan menyakitiku karena kalau mereka menyakitiku, mereka akan terima akibatnya. Kulit mereka akan membiru setelah mendapay hantaman keras, dari sudut-sudut tubuhku!”
“Kita memang berbeda, tapi kita harus saling mengisi kawan. Tuhan, menciptakan kita berpasang-pasangan, kursi dengan meja, buku dengan raknya, lemari dengan baju, dan tak ayal mereka saling mengisi kekosongan. Tak maukah kau bersanding denganku? Selama bertahun-tahun aku bersamamu, berusaha membuatmu menjadi meja yang berwibawa di mata manusia, menjadi sosok benda mati yang berguna. Kita punya daya guna, tanpa kita, mereka, manusia, tak akan pernah sejahtera, mereka tak akan bisa menulis dengan nyaman kalau tidak ada meja, mereka tak akan bisa duduk nyaman kalau tidak ada kursi. Berterimakasihlah kepada Tuhan yang telah mentakdirkan kita menjadi makhluk yang berguna bagi setiap manusia..”
“Aaarrgghhtttt, kursi tua! Tak bisakah kau diam sehari saja? Tak sadarkah kau setiap menit selalu melontarkan kata-kata yang klise, menyangkut manusia yang tidak bisa menjaga kita, li8ngkungannya. Harus berapa kali aku bilang? Sekeras apapun kau bicara, mereka tak akan bisa mendengar kita, memperhatikan kita, kau tahu itu kan? Dasar kursi bodoh !”
“Lalu, apa yang kita bisa lakukan agar mereka sadar? Hah? Selain isyarat kepada mereka,”
“Isyarat apa?? Jadi kau itu inginnya apa? Hah? Ingin kau ini dibangga-banggakan? Kau syirik kan kepadaku??”
“Astagfirulloh, syirik itu perbuatan syetan! Aku tak pernah merasa seperti itu, aku terima takdirku untuk diduduki, dikentuti, diinjak-injak, aku tak pernah mengeluh, selama ini aku hanya ingin memberikan petuah kepadamu agar kamu menjadi makhluk yang pandai member isyarat, Tuhan tahu apa yang kita rasakan, andai kau merasakan apa yang aku rasakan, apa yang akan kamu lakukan selain memberi isyarat pada manusia agar menjaga kita dengan baik??”
“Bertahun-tahun aku bersamamu, hany apetuah dan petuah yang kau berikan tak membuatku mengerti apa arti sebuah isyarat, penghuni rumah ini sudah sering mengotori kita tapi apa yang bisa kita lakukan? Aku cape, kalau haru terus mendengar ceramahanmu !!”
Diam. Mungkin dengan cara ini aku menanggapinya. Selama ini aku selalu berharap agar manusia dapat menjaga lingkungannya. Aku tahu, global warming yang sedang melanda Indonesia. Panas raja siang yang membakar tubuh, begitu ganas membuat daun-daun kering, udara sesak, debu-debu mengendap di tubuhku. Bagiku, manusia itulah penyebabnya, kalau saja mereka mau melakukan penghematan, penghijauan dan sebagainya, aku yakin dunia tak’kan seperti sekarang ini.
“Sejujurnya aku ingin membantu membangun kembali kesadaran pada manusia”
“Bagaimana caranya?? Apa kau bisa?? “
“Tak ada yang tak mungkin jika Tuhan berkehendak, Dia akan menjadikan mulut kita berucap atas kehendaknya. Aku kasihan pada ala mini yang semakin hari, semakin rusak. Aku ttipkan tanggungjawabku padamu, kalau tubuhku tidak bisa lagi menopang tubuh manusia, jaga dirimu baik-baik!”
Suasana masih sangat ramai. Anak-anak masih dengan senjata mereka, berlari kesana-kemari, bersembunyi, berjinjit-jinjit , mereka mendekati. Anak gendut itu terlihat sangat lincah, tenaganya begitu besar mengalahkan lawannya . ia berlari dan terus berlari. Jaraknya semakin dekat denganku. Langkahnya semakin cepat mendekat, ia meloncat tinggi kemudian menaikiku dan..
“GUBBRAKKK..” tubuhku pecah sudah, tubuhku yang sudah reot ini menjadi berkeping-keping. Hancur sudah raga ini. Melihat keadaanku, suasana rumah mendadak sepi karena suara jatuhnya anak itu. Anak itu menangis keras karena kesakitan. Malangnya anak itu. Sementar meja hanya terdiam melihat aku yang kini tak berdaya.
“Ku tak pernah berpikir akan seperti ini kawanku..” baru kali ini aku mendengar ia mengatakan “kawanku” kepadaku,
“Kenapa?” aku bertanya
“Jadi, kau benar-benar akan meninggalkanku??”
“Ten..tu saja..”
“Ja,,jad,, jadi, tak akan ada lagi yang menasehatiku?”
“Bukankah itu yang kau mau?”
“Kalau aku punya air mata, akan kutumpahkan saat ini juga. Aku memang tak suka kau menasehatiku terlalu berlebihan, tapi sungguh aku akan meras kehilangan, aku tak punya teman, sepertimu.. ayolah bisakah kau menyatukan tubuhmu lagi?”
“Tidak mungkin, aku sudah ditakdirkan seperti ini kawan, setiap awal, pasti ada akhir, setiap kehidupan, pasti ada kematian. Kau tak perlu bersedih kawan.”
“Ku berjanji akan menuruti nasehatmu, mendengarkan petuahmu, aku janji!!”
“Sudah cukup banyak aku berpetuah, terimakasih sudah mau mendengarkanku..”
Dua orang bapak datang menggotong tubuhku, membawaku ke gudang penyimpanan barang rusak. Meja itu menjerit-jerit.
“Jangan !! jangan kau ambil sahabatku wahai manusia !! aku tak sanggup tanpanya ! ya Tuhan apa yang bisa aku lakukan tanpanya? Apalah artinya sebuah meja bila tanpa kursi? Tuhan , aku mohon, izinkan aku berbicara kepada mereka, izinkan aku berteriak saat ini juga, Tuhan apa yang harus aku lakukan??? “
Suasana yang tadinya ramai mendadak sepi, lambat laun orang-orang mulai meninggalkan rumah. Sepi , mencekam.
“Aku masih merintih di sini, ayolah kembalikan kursi itu, aku tak bisa hidup tanpanya, apalah artinya aku? Apa artinya diriku? Aku benar-benar tanpa arti..”
Baca juga Cerpen Sedih dan Cerpen motivasi yang lainnya
Aku Mencintaimu
AKU MENCINTAIMU
Karya Tri Cahyana Nugraha
Kutemukan siluetmu dalam memoarku. Dikala senja kemuning menyelusup pekatnya kesedihan. Waktu adalah luka terbesar dalam hidup. Luka, bagi mereka yang hidup dalam kenangan. Termasuk aku. Aku ingat, senja lalu tak pernah seperih ini. Tak ada potongan-potongan kecil memori yang mengiris hati yang rapuh. Aku mencintaimu. Dulu, kini dan nanti. Aku tidak memilih mencintaimu. Namun takdir telah memutuskan, aku akan hidup untuk mencintaimu. Meski kau tak hidup untuk menerima cintaku.
Aku masih mengingatnya. Tiga tahun yang lalu. Kala itu kau masih berupa putri kecil yang mencoba tumbuh dewasa. Sedang aku pria biasa yang kekanak-kanakan. Aku tidak pernah tahu, dari sekian banyak pria di bumi ini. Kenapa kau harus menitipkan sedikit cintamu padaku. Pada pria yang baru kau temui 4 hari. Pada pria yang baru satu jam kau ajak berbincang melalui pesan singkat. Dan entah mengapa akupun menerimanya. Mungkin ini yang dinamakan rencana tuhan.
“aku sayang kamu”
“hm gombal”
“serius”
“hm iya iya”
“kamu sayang aku ga ?”
“gatau”
“iih serius”
“hehe iya aku sayang kamu”
Aku Mencintaimu |
Kau pun berlalu dengan senyum manis berpendar di bibir tipismu. Meninggalkanku tertinggal di pekatnya jalan cipaganti. Tak banyak waktu berdua yang kau habiskan bersamaku. Satu-satunya waktu itu adalah setiap hari sebelum kita berangkat sekolah. Berbagai alasan pun muncul, sekedar mengerjakan pr, menunggu waktu sekolah, atau mempelajari sedikit materi ketika akan ujian. Namun itu tak lebih dari sekedar alasan agar aku bisa menghabiskan waktu berdua. Mendekapmu dalam bisu, atau mencumbu bibir tipismu dalam rindu.
Hari ini. Tepat tujuh tahun sejak janji itu. Aku bukan remaja kekanak-kanakan lagi. Kini aku telah menjelma pria dewasa yang siap bersaing di tengah masyarakat. Dengan gelar sarjana pendidikan yang sebentar lagi aku dapatkan, aku siap membuka sebuah cabang baru restoranku. Cukup membingungkan bukan. Cita-citaku dari kecil memang membuka sebuah restoran. Selain karena aku menyukai makanan, faktor ayahku yang seorang koki pun mendorong cita-citaku untuk menjadi kenyataan. Sehari yang lalu aku memberanikan diri memfollow twitternya. Sekaligus memention untuk memintanya hadir di acara wisudaku. Namun Tidak ada balasan dari dia. Entah dia tidak membacanya atau dia memang malas untuk membalasnya.
Hari ini aku dengan togaku bersanding dengan ibuku yang mengenakan kebaya merah berpadu kerudung krem. Sedang ayahku. Ayahku melihatku dari sana, dari dunia tempat mereka yang tiada. Dalam riuhnya susasana wisuda, aku membalas ucapan selamat dari kawan-kawanku. Diselingi sekali, dua kali jepretan dari tukang foto. Hingga acara wisuda itu selesai. Dia tak datang. Entah apa alasannya. Namun aku pun tidak terlalu mengharapkannya. Aku mengerti, enam tahun tidak berkomunikasi. Lalu tiba-tiba hadir hanya untuk memintanya datang ke acara wisuda pria yang pernah menyakiti hatinya. Ya dua kali aku menduakannya. Namun aku hanya pria kekanak-kanakan waktu itu. berbeda kini yang mengerti artinya sebuah ketulusan.
Melalui silir senja, matahari pun kembali ke belahan lain. Meninggalkan malam sebagai gantinya. Iseng-iseng aku membuka twitter. “selamat ya udah jadi sarjana. Maaf aku ga bisa dateng” sebuah balasan darinya menghiasi muka laptopku. Jujur saja, aku sangat bahagia waktu itu. Sepertinya dia sudah mulai melupakan kesalahanku dulu. “makasih ya. Iya gapapa hehe” jawabku dengan sigap. Malam itupun terasa indah seperti dulu. Malam yang tak pernah kudapatkan selama enam tahun ini.
Sejak hari itu, kamipun berbalas pesan. Aku rasakan canda tawanya yang dulu riuh diantara kita. Meski tak melihat wajahnya, namun setiap balasan yang ia buat slalu membawaku kepada memori dia tujuh tujuh tahun lalu. Sepertinya cemeti cinta mulai mengiris hatiku lagi. Dan aku bahagia. Sebulan sudah kami berkomunikasi lagi. Tidak lagi di twitter, namun kini sudah melalui pesan singkat bahkan sesekali menelfon. Tak jarang pula kami menghabiskan waktu berdua berkeliling mendatangi tempat-tempat hiburan di bandung. Dan aku rasa hubunganku pun sudah lebih membaik dengannya, dan aku pun berharap akan semakin membaik. Semoga saja ada kesempatan dimana aku bisa mengulang kembali kenangan bersamanya.
Namun malam itu aku berharap aku tak pernah bisa berkomunikasi lagi dengannya. Malam itu dia menelfonku dengan tersedu, aku sendiri bingung dengan tingkahnya. Namun tak lama kebingungan itu pun berubah menjadi kebencian dan kepedihan. Sedikit penjelasan lalu dia mengundangku untuk menghadiri acara pernikahannya esok hari. Tanpa banyak kata aku mengiyakan dan langsung menutup telfonnya. Aku kehabisan kata, malam itu aku habiskan dengan melamun sepanjang malam. Entah apa yang aku lamunkan. Hanya kosong yang ada dipikiranku. Sebulan yang lalu ketika aku mengundangnya di acara wisudaku, dia bertunangan. Bertunangan dengan pria yang sudah menjadi kekasihnya enam tahun sejak kepergianku. Sakit memang, namun inilah kenyatannya. Inilah rencana tuhan. Rencana untuk menjadikanku gangguan sebelum dia menikah dengan kekasihnya. Ya memang banyak yang bilang, ketika akan menikah akan ada gangguan yang kuat, yaitu orang dari masa lalu. Tetapi aku tidak pernah berpikir jika akulah yang akan menjadi orang masa lalu itu.
Esoknya aku datang ke pernikahannya. Menggenakan celana dan jaket jeans. Aku terlihat mencolok dibandingkan orang lain yang mengenakan batik ataupun jas. Aku terlihat lebih urakan. Di depan pintu masuk aku melihatnya tersenyum menyalami orang-orang yang datang. Senyum penuh kebahagiaan menurutku. Tapi entahlah. Sedikit demi sedikit senyum itu mulai memudar dari bibirnya, seiring dengan tubuhku yang mulai mendekat. Setiap langkahku kurasakan hatiku semakin sakit, terasa seperti dikoyak ribuan kesakitan. Aku tarik nafas sedalam-dalamnya, lalu aku tersenyum sembari menjabat tangan mempelai prianya. Ketika aku akan menyalaminya, kulihat embun dimatanya menetes. Riuh, membuat orang yang melihatnya keheranan. Sontak aku berbisik ditelinganya “kau jangan menangis, ini sudah rencana tuhan. Jika kita tak bisa bersatu di dunia, mungkin kita akan bersatu di akhirat. Aku mencintaimu, dari awal hingga nanti. slalu”. Akhirnya diapun mengusap air mata di pipinya. Dan aku pergi melihatkan diriku yang mulai membias dari kerumunan orang-orang.
Setahun adalah waktu yang dirasa tuhan cukup untukku denganmu. Namun enam tahun masih dirasa tuhan belum cukup untukku melupakanmu. Dan entah mengapa aku masih berharap bisa merasakan cinta yang dulu pernah kau berikan. Mereka slalu menanyakan, kenapa kau harus berhenti di wanita pendek, gendut dan lebih tua darimu. Sedangkan diluar sana masih banyak wanita yang lebih cantik dan lebih segalanya dari dia. Bahkan wanita yang telah kau sia-siakan pun lebih darinya bukan ? namun mereka tidak pernah mengerti. Cinta tidak perlu sebuah alasan, hanya perlu sebuah ketulusan.
PROFIL PENULIS
Nama : Tri Cahyana Nugraha
Add fb : Tri Cahyana Nugraha
Follow twitter : tricnugraha
Blog : tricahyananugraha.blogspot.com
Email : tricahyana1993@gmail.com
Add fb : Tri Cahyana Nugraha
Follow twitter : tricnugraha
Blog : tricahyananugraha.blogspot.com
Email : tricahyana1993@gmail.com
Baca juga Cerpen Sedih dan Cerpen Cinta yang lainnya
Another World - One Direction
[Liam] It's not me, it's not you, there's a reason
I'm just tryna' read the signals I'm receiving
Just like a stone on fire, can you feel it?
I don't know about you girl but I believe it
[Niall]
Words will be just words
Till you bring them to life
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Everyday, in every way
Oh
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
One for me, one for you, whatcha doing?
Girl the music sounds so good when you're movin'
Let me take you higher, let me prove it
'Cause, hey, hey, pretty girl, I believe it
[Niall]
Words will be just words
Till you bring them to life
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Everyday, in every way (in every way)
Oh
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
Take you to another world
You know I'll take you to another world
[Louis]
Baby let me find out your secret
Just let me in and let me show you that I keep it
Close to my heart jump in the deep end
Just let me in and let me show you what I'm meaning
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Everyday (everyday), in every way (in every way)
Oh
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
Take you to another world
[Zayn]
Oh yeah
You know I'll take you to another world
[Liam]
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Yeah
[Harry]
Take you to another world
[Zayn]
I'll lift you up, I'll never stop
I'm just tryna' read the signals I'm receiving
Just like a stone on fire, can you feel it?
I don't know about you girl but I believe it
[Niall]
Words will be just words
Till you bring them to life
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Everyday, in every way
Oh
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
One for me, one for you, whatcha doing?
Girl the music sounds so good when you're movin'
Let me take you higher, let me prove it
'Cause, hey, hey, pretty girl, I believe it
[Niall]
Words will be just words
Till you bring them to life
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Everyday, in every way (in every way)
Oh
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
Take you to another world
You know I'll take you to another world
[Louis]
Baby let me find out your secret
Just let me in and let me show you that I keep it
Close to my heart jump in the deep end
Just let me in and let me show you what I'm meaning
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Everyday (everyday), in every way (in every way)
Oh
[Harry]
I'll lift you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
Take you to another world
[Zayn]
Oh yeah
You know I'll take you to another world
[Liam]
I'll build you up, I'll never stop
You know I'll take you to another world
[Zayn]
Yeah
[Harry]
Take you to another world
[Zayn]
I'll lift you up, I'll never stop
Pertemuan Tak Terduga Part 3
Part
3....
Hari yang sangat melelahkan, ya
sehabis melihat konser itu aku menemani Nial berjalan-jalan diatas indahnya
langit malam. Kami makan disebuah restaurant kecil, yah tentu Nial dengan
dandanannya yang serba tertutup.
“Van,
lo abis darimana aja sih? Tau gak Nial nulis apa ditwitternya?” Ucap Chela
heboh saat aku menghempaskan tubuhku diatas kasur.
“apa?
Memang nya dia berani menulis yang bukan bukan?” Ujarku sambil menatap Chela.
“kalian
udah saling follow ya? wuaaah senangnyaaa... eh tunggu Harry telfon gue nih,
liat sendiri aja ya Nial nulis apa! Gue mau angkat telfon dulu. Haha” Papar Chela,
aku mengangkat tangan tanda tak peduli lalu pergi membersihkan diri.
Setelah
membersihkan diri aku pergi ketempat tidurku yang paling nyaman, aku pun
tertarik untuk melihat apa yang dikatakan oleh nial di sosial media miliknya.
“ thanks for
tonigth @.vanianiania , i’m so happy and all cause you. You my angel <3” what? Sumpah kalo kayak gini sih bisa-bisa
gue dibully sama semua fansnya Nial. Omelku dalam hati. Tak lama ada yang
menelfon dari smartphone pemberian Nial.
“hallo”
Ucapku, ya aku tau itu pasti nial yang menelfon.
“hallo
Van, lagi apa? Mau skype.an sama aku?”
“baru
selesai beres-beres nih, badan bau seharian nemenin kamu. Kayaknya gak bisa,
laptopnya lagi dipake Chela chatting sama Harry. Oh iya kau ngapain sih update
pake nyantumin username ku? Kalo semua niallators ngamuk aku harus apa?”
“haha,
no problem. Gak akan ada yang berani macem-macemin kamu. Apa perlu aku sediain
bodyguard untukmu?”
“jangan
berlebihan, untuk apa? Aku kan bukan artis sepertimu? Heh apa kau tak tau,
Niallators itu galak-galak banget. Aku gak mau ah jadi incaran para fans-fans
fanatikmu.”
“tenang
Van, itu gak akan terjadi. Oh yasudah aku tak mau mengganggu waktu istirahatmu.
Dan selamat tidur, have a nice dream with me ya?”
“gak
akan!” Ucapku, nial terkekeh aku pun mematikan telfonnya.
**
Sudah
seminggu aku sibuk dengan tugas-tugas, sampai tidak bisa pergi untuk hang out
bersama Chela. Sepertinya juga kali ini hubungannya dengan Harry jd semakin
menjauh karena memang the boys sedang sibuk tour album take me home-nya.
“Van,
kok aku mendadak kangen sama Harry ya? kau gimana?” Chela menghempaskan
tubuhnya dikasur empuk miliknya.
“enggak,
lagian aku sadar Chel kalo aku bukan siapa-siapa nayel. Just a lucky fans, dan akan
sangat berlebihan kalau aku kangen atau sampai suka sama dia!” Jawabku, mataku
masih berkutat dengan tumpukan kertas-kertas tugas.
“iya
memang, tapi kalau saja Harry menyatakan cintanya ke aku gimana ?” Tanya Chela.
“oh
c’mon chela, Harry itu baru putus sama Taylor Swift. Penyanyi yang bener-bener
hebat itu. Aku rasa move on dari tay itu perlu waktu yang cukup lama. Dan aku
harap kau bukan Cuma sekedar pelampiasan dari seorang Harry Styles!” Aku
menatap matanya, ia terlihat sedih. Kriingg..
ponsel yang diberikan Nial tempo hari berdering.
“Hallo?”
“Van,
oh i’m really miss you! What are you doing?”
“ya,
aku lagi ngerjain tugas. Oh iya gimana tour nya? Seru?”
“yah
lumayan, aku senang bisa menghibur directioners dari berbagai kota! Oh iya
besok aku kembali ke london, kau mau aku belikan apa?”
“tidak
usah repot-repot Nial, aku sedang tidak menginginkan apapun!”
“baiklah,
oh iya atas permintaan Liam dan Louis besok kau diharuskan datang ke basecamp
kami ya?”
“aku?
Kayaknya gak bisa, tugas ku banyak sekali nial”
“oh
ayolah, aku tak ingin membuat Liam dan Louis marah. Ajak Chela juga ya? besok
aku akan menjemputmu. Oke see you!” Nial mematikan telfonnya. Aku menghela
nafas panjang.
“Ada
apa Van? Kenapa wajahmu seperti itu?” Tanya Chela, ia memperhatikan raut
wajahku yang terlihat letih.
“Nial
mengajak kita ke basecamp besok. Aku gak tau, tapi sepertinya aku harus
menjauh. Kau tau? Aku tidak berani buka twitter sejak Nial menuliskan namaku
pada jejaring sosialnya. Dan kau tau? Ratusan mention yang masuk hanya untuk
membullyku!” Ucapku.
“bagaimana
tidak, liat ava nya Nial? Foto bersama kalian saat Nial mecium pipimu.
Bagaimana para fans fanatik itu tidak iri.” Ujar Chela enteng, aku menghela nafas
panjang.
“Nial,
kau memang pembawa masalah berat untukku!” Gumamku.
-Nial’s
POV-
Seminggu sudah aku meninggalkan
london, dan juga Vania. Entah kenapa aku merasa sangat merindukan gadis itu. ya
entah apa yang aku rasakan, apakah ini perasaan yang datang sesaat atau aku
benar-benar menyukainya.
“are
you okay Nial?” Tanya Zayn, aku menyeruput mochacinno ku dan menghela nafas.
“aku
gak tau Zayn, dari kemarin aku tak berhenti memikirkan Vania. Dan perasaan ini
juga berkecamuk saat aku belum bertemu dengannya!” Jawabku polos.
“aku
tau hal itu Nial, gak mungkin kau akan menciumnya, membelikan ia smartphone dan
juga mengganti foto disemua jejaring sosial mu dengannya kalau kau tidak
memiliki perasaan apapun bukan?”Tanya Zayn, aku menganggguk dan lagi lagi
menghela nafas panjang.
“Hey
Nial, aku tau kau mencintainya. Kejar kalau kau memang mencintainya, buktikan
perasaanmu. Jangan kecewakan gadis itu, dia gadis baik-baik kan?” Ucap Zayn
lagi.
“trimakasih
Zayn atas saranmu, dan sekarang aku tau aku harus bagaimana.!” Wajahku mendadak
sumringah saat mendengar. “baiklah, aku pergi ketoko sebelah dulu ya. aku ingin
membelikan sesuatu untuknya!” Ucapku lalu bersiap pergi.
“hey,
Pakailah ini aku tau fans mu ada dimana-mana! Okay?” Zayn memberikan Kupluk dan
juga kacamata hitam untuk mengelabuhi penampilanku. Aku berkeliling untuk
mendapatkan sesuatu untuknya, ya untuk vania. Walaupun dia bilang tak
menginginkan sesuatu tapi sebagai lelaki aku harus tau apa yang dia butuhkan
bukan. Dan akhirnya setelah kurang lebih dua jam berkeliling aku mendapatkan
sesuatu yang istimewa untuknya. Ya waktunya kembali ke tempat awal.
^^
“Hey
Nial apa kau akan langsung ke apartemen Vania setibanya kita di london?” Tanya
Louis.
“entahlah,
sepertinya tidak. Aku ingin istirahat dulu, memang kenapa lou?” Tanyaku
kembali.
“dulu
vania pernah bilang kalau ia sangat suka pada eleanor, besok kan ia dan Chela
datang jadi aku juga akan mengajak eleanor.” Jawab louis, wajahnya
berseri-seri.
“lou,
bagaimana rasanya saat kau jatuh cinta terhadap ele yang notabene nya bukan
seorang artis?” Tanyaku.
“ya,
saat aku mulai menyukainya? Pertemuan awal yang dikenalkan oleh Harry aku merasa
biasa saja. Tapi pertemuan berikutnya dia selalu membuatku ingin tau tentangnya
lebih dalam. Dan sampai suatu saat aku yakin perasaan ku ini cinta untuknya,
aku tak mau menyakitinya dan aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk
menghargainya dan terus mencintainya. Memang ada apa? Aku tau kau juga menyukai
Vania kan?” Tanya Louis, aku hanya tersenyum charming kepadanya.
“Ayolah
tunggu apa lagi, hati-hati nanti Vania aku yang rebut!” Ujar Harry yang tau-tau
sudah dibelakangku.
“Harry
c’mon. Kamu sudah ada Chela, bukannya kau bilang kau menyukainya?” Ujarku.
Harry mengambil tempat duduk tepat disebelahku.
“Entahlah,
sepertinya aku belum mau mencari pengganti tay. Aku masih mencintainya.”
Jawabnya jujur.
“dasar
pria bodoh!” Celetuk Louis lalu menjulurkan lidahnya kearah harry dan berlari.
=====================================0o0=======================================
-vania’s
POV-
Hari ini adalah hari libur dikampus
aku memutuskan masih ingin bermanja-manja dengan tempat tidurku. Hari ini Chela
ada materi tambahan dan harus pergi kekampus pagi-pagi sekali. Tiba-tiba suara
bel berbunyi aku turun dari tempat tidur, berjalan dengan langkah gontai dan
membuka pintu .. astaga...
“Good
morning!” Ucap Nial santai sesaat setelah aku membuka pintu.
“mau
apa kau pagi-pagi datang kesini?” Omelku, aku langsung masuk kedalam dan
membereskan penampilanku, menyisiri rambutku dengan sela-sela jariku. Sungguh,
penampilanku pagi ini sangat memalukan.
“apa
kau akan membiarkan aku untuk tetap berdiri disini? Aku ingin mengajakmu
mencari sarapan pagi!” Ucap Nial yang masih berdiri diambang pintu.
“Baiklah,
silahkan masuk. Aku mau mandi dulu, kedatanganmu membuat pagiku yang indah ini
menjadi rusak!” Omelku, Nial terus saja terkekeh. Ia terlihat charming saat
ini, ia memakai sweater model v-neck hitam dengan celana berwarna coklat dan
sepatu sport kesayangannya yang berwarna senada dengan sweaternya.
“hey,
apakah kau mau terus-terusan menatapku seperti itu?” Pertanyaan Nial membuatku
tersadar dari pesona ketampannannya. Yah tuhan apa yang baru saja aku perbuat
._.
“baiklah,
kau tunggu disitu dan jangan macam-macam!” Pungkasku, Nial terus saja terkekeh
melihat kelakuanku tadi. Dasar Vania bodoh!
Membutuhkan
waktu cukup lama untuk pagi ini, entahlah kenapa aku bisa mandi selama itu. aku
keluar saat aku benar-benar sudah siap dengan kemeja tanpa lenganku dan celana
jeans hitam panjang serta flatshoes yang senada.
“kita
mau kemana?” Tanyaku, aku berdiri dihadapannya.
“breakfast.
Aku lapar!” Ujarnya sambil memasang wajah paling innocentnya.
“kau
kan bisa breakfast dengan anggota the boys yang lain, kenapa harus mengganggu
pagi indahku?” Aku terduduk disebelahnya.
“maaf
kalau aku mengganggumu, tapi aku kesini juga ingin memberikan ini kepadamu. Dan
ini alamat basecampku, jika kau tidak sibuk maka datanglah. Louis juga akan
membawa eleanor. Baiklah aku pulang ya? maaf mengganggumu!” Ujarnya, ya tuhan
apakah Nial tersinggung dengan ucapanku? Bagaimana kalau nanti ia marah dan
membenciku.
“te..terima
kasih. Hey, Kau mau mengerjaiku ya? aku sudah dandan serapih ini, dan kau mau
pulang? Silahkan saja kalau kau mau pulang!” Ujarku kesal.
“bukankah
ini yang kau mau? Aku kan telah mengganggu tidurmu, maaf kalau selama ini aku
sangat suka sekali mengganggumu__” Ucapan Nial yang panjang lebar terhenti saat
aku menciumnya tepat dibibir tipisnya itu.
“vania??”
Ucapnya lirih.
“Sudah
lah, aku mau sarapan bersamamu. Ayo kita pergi.” Aku mengajaknya keluar dari
apartemen dan pergi. Wajah Niall tampak berseri-seri.
“aku
ingin kau memakai hadiahku nanti malam saat kau datang!” Ujarnya, kami ada
direstaurant hotel. Pagi ini masih terlihat sepi.
“baiklah
tuan Horan, nanti malam aku akan kesana. Apakah benar Ele juga datang?” Tanyaku
antusias.
“iya,
Louis mengajaknya karena ia tau kau sangat menyukai Elenor! Betulkan?”
“Eleanor
itu lucky girl, sangat sangat beruntung bisa mendapatkan louis. Dan mereka itu
sangat serasi!” Ujarku kagum, mataku menerawang jauh ke langit-langit
restaurant ini.
“kau
juga beruntung, kau kan memilikiku sekarang?” Ungkapnya.
“maksudmu?
Aku tidak mengerti!” Aku bertingkah seperti orang bodoh.
“apa
kau tidak menyukaiku? Apa kau tidak merasa kangen saat aku tak ada bersamamu?
Dan apakah ciuman itu tidak berarti apa-apa untukmu Vania?” Tanyanya.
“aku..aku..emmh..maaf
Nial__” Ucapanku terhenti saat pramusaji membawa pesanan kami.
“baiklah
sebaiknya tidak usah dibahas. Nanti malam kalau kau bisa datang ya?” Ucapnya.
“Akan
ku usahakan!” Gumamku. Lalu kami sama sama sibuk dengan sarapan pagi ku ini.
Pertemuan Tak Terduga Part 2
Part
2....
Kami sampai disebuah tempat konser
dengan panggung yang megah dan Rapih. Aku berdecak kagum, karena mungkin ada
ribuan bahkan ratusan ribu directioners yang akan hadir melihat the boys
tampil.
“hey,
kemana kalian? Kita kan akan ada meet and greet bersama lima directioners!”
Ujar Liam, aku dan chela menatap canggung para personil the boys.
“oh,
enjoy daddy. Dua diantara lima orang itu sudah ada dihadapan kita!” Nial dan
Harry merangkul kami, yah mungkin agar kami bisa terlihat santai.
“jadi
kalian yang menolong baby nandos saat dikejar fans fans fanatik itu?” Ucap
Zayn, aku dan chela hanya mengangguk pelan.
“mengapa
kalian diam? Apa tampang kami sangat menyeramkan sehingga kalian tidak mau
berbicara pada kami?” kali ini Louis bersuara, aku dan chela terkekeh melihat
pemandangan para the idiot boys :D
“boleh
aku bertanya? Dimana kekasih kalian? Aku sangat mengagumi kecantikan mereka
terutama Eleanor.” Ujarku, ya aku memang sangat mengagumi kecantikan Ele,
kekasih Louis.
“dia
sedang ada ujian dikampusnya dan tidak bisa ikut!” Jawab louis.
“oh
sementara perrie harus mengantar ibunya.” Kali ini Zayn memasang wajah yang
sama seperti louis.
“and
dani?” Kali ini Chela bertanya pada Liam, ia tersenyum dan berkata..
“sedang
ada pekerjaan yang sama! Baiklah mari kita menuju keruang ganti, kalian bisa
menuju ruang meet and greet bukan?” Papar Liam, kami tersenyum dan mengangguk.
-Nial’s
POV-
“sebenarnya
siapa Mereka nay? Mengapa kau seperti punya perasaan lain terhadap gadis itu!”
Tanya Liam saat aku dan yang lainnya berganti baju.
“i
dont know dad, pertama melihat dia ada sesuatu yang istimewa yang ku tangkap
saat menatapnya. Dan kami bertemu atas dasar ketidak sengajaan!” Jawabku
santai.
“do
you loves her?” kali ini Louis menatapku dan menyerangku dengan pertanyaannya.
“oh,
mungkin ini hanya cinta sesaat saja. Aku tak mungkin menyukainya, ia bukan
tipeku.” Jawabku santai.
“Ayolah
nayel, kau jangan coba-coba berbohong pada kami.” Zayn pun ikut bersuara.
“mengaku
saja, aku juga sepertinya menyukai Chela. Dia memberiku jam favorite dan
bertemu tanpa harus berteriak!” Harry terus saja menata rambutnya yang keriting
itu, agar tetap terlihat charming.
“ayolah
Hazz, kau memang seorang playboy. Dan semua tau itu!” Jawabku terkekeh.
“the
boys, lima menit lagi kalian harus siap untuk meet and greet okay?” Ujar
manajer kami, lalu kami mengangguk sambil mengacungkan ibu jari. Dan kami pun
pergi keruangan yang dituju.
-Vania’s
POV-
Entah mengapa jantungku berdetak
kencang, saat seseorang bilang MnG diadakan lima menit lagi. Aku teringat
kejadian dua hari yang lalu saat Nial mencium bibir tipisku, ciuman yang
singkat namun berkesan. Ya tuhan, apa yang sedang aku fikirkan.
“Hello
guys!” Sapa semua anggota theboys. Lima orang ini adalah orang dari
masing-masing fansclub yang berhasil memenangkan tiket undian. Dan aku
beruntung.
“Woaaaa...
youre so handsome! Woaaa...” Teriak tiga orang lain, aku dan chela memang
sengaja menjauh karena aku tak suka dengan kebisingan. Menurutku itu hal yang
sedikit norak.
“bisakah
kalian agar tidak berteriak seperti itu?” Ujar Nial.
“hello,
aku senang bisa bertemu dengan kalian. Semoga kalian bisa mewakilkan semua
directioner diluar sana!” Ucap Liam dengan gaya bijaknya.
“baiklah,
kita disini mempunyai kesempatan untuk berfoto bersama dan juga ada sesi tanya
jawab untuk masing-masing idola. Tau kenapa MnG ini dibuat sedikit rahasia?” Tanya
zayn, kami semua menggelengkan kepala.
“karena,
kami tidak mempunyai ruangan yang cukup luas. Dan agar sedikit lebih bebas
untuk membahas apapun.” Louis menjelaskan.
“nah
siapa yang mau bertanya padaku?” Harry memulai sesi pertanyaan.
“Chel,
inget pertanyaanmu waktu itu? sana tanyakan ke harry!” Godaku, aku mencolek
dagu Chela.
“Apa
kau sudah gila, gak mungkin aku berani. Kau saja sana sama nialmu! Aku tau yang
ia lakukan terhadapmu saat diapartemen. Dia menciummu bukan?” Tembak Chela, aku
mendadak menghentikan tawa kecilku.
“hey
nona, apa kalian sedang sibuk?” Tanya harry. “Oh iya, apakah kamu mau bertanya
padaku?” Sambung Harry ia mengarahkan pandangannya ke chela.
“oh
tentu ada, waktu itu dia ingin sekali bertanya seperti ini would you be mine harry? Yah kira-kira seperti itu lah.” Aku
mengatakan itu pada harry, Chela mencubit lenganku. Wajahnya bersemu merah.
“sungguh?
Atau kamu yang mau mengatakan itu padaku?” Nial pun angkat bicara, oke kali ini
aku menyerah dan diam.
“hey
Chela, apa benar yang dikatakan oleh Vania?” Harry menghampiri sahabatku,
sementara anggota yang lain sedang sibuk untuk berfoto dan mengobrol.
Sepertinya kami memang the lucky people.
“emm,
ya benar. Tapi itu Cuma candaan saja kok, kau tidak tersinggung kan?” Tanya
chela, Harry menggeleng dan terkekeh.
“bagaimana
kalau kita berfoto saja?” Harry mengeluarkan handphonenya lalu berpose bersama
Chela.
“hey,
apa kau tidak ingin bertanya sesuatu padaku?” Tanya Nial padaku yang sedang
sibuk memperhatikan anggota theboys yang lain.
“apalagi
yang akan ku tanyakan? Aku kan sudah tau semua tentangmu. Oh iya apa boleh aku
minta sesuatu?” Tanyaku.
“apa?
Selagi bisa, akan kukabulkan!” Jawabnya. Aku memutar otakku.
“maukah
kau menyanyikan aku sebuah lagu?” Pintaku.
“ya,
tapi tidak sekarang. Suatu saat akan ku kabulkan permintaan mu.” Jawabnya “oh
iya apakah kau tidak penasaran kenapa aku menciummu tempo hari?” Sambungnya.
“tidak,
yah aku sering membaca fakta tentangmu. Kau suka memperlakukan fans mu seperti
itu kan? Memeluk dan mencium nya mungkin.” Jawabku asal, nial tertawa sambil
menggelengkan kepalanya .
“sudahlah,
apa kau mau melewatkan kesempatan untuk berfoto bersama ku? Belum tentu kita
bisa bertemu lagi kan?” Ujarnya, entah kenapa saat ia mengatakan itu aku merasa
sedih.
“okey,
ayo kita berfoto-foto ria!” Ujarku, aku mengambil kamera ku dan nial juga
mengeluarkan kamera serta handphone nya. Segala pose telah kami lakukan.
“The
boys, lima menit lagi kalian siap untuk perform ya? dan kalian yang ikut MnG
bisa menunggu di bangku penonton.” Ucap seorang FD, lalu meninggalkan kami. Ya
aktifitas mengobrol dan berfoto-foto sudah selesai.
“Nanti
setelah konser tunggu aku dibackstage ya? aku ingin berbicara sesuatu.” Ucap
Nial padaku, aku mengangguk.
Aku dan chela tiba dibangku VVIP,
yah dari sini memang terlihat jelas dan cukup dekat. Tapi aku masih saja
memikirkan ucapan Nial.
“Van,
tau gak tadi gue ngomong apa aja sama harry?” Tanya Chela, aku mengggeleng.
“gue
tanya apa Nial suka mencium fans nya, dan tau? Lo itu lucky girl, Cuma elo fans
yang dicium Nial.”Jawab Chela dengan hebohnya. Tapi aku sama sekali tidak
tertarik.
“eh
eh liat deh , itu the boys. Woaaaa gantengnyaaaaa.....” Ucap salah seorang
fans. Semua menikmati konser ini, sesekali aku melihat Nial. Apa iya sehabis
konser ini kita tak pernah bisa bertemu lagi? Yatuhan aku harusnya sadar, nial
itu seorang bintang dan aku bukan siapa-siapa.
Konser
berlangsung kurang lebih dua jam, semua lagu dari album Up all Nigth dan Take
Me Home dinyanyikan. Sampai harry pun harus shirtless karena panas nya udara
disini.
“Van,
kita mau langsung pulang?” Tanya Chela kami saat ini sedang menunggu tempat ini
agak sepi.
“kayaknya
ke backstage deh Chel. Tadi Nial mau bicara sesuatu, lo mau ke apartemen duluan
gak papa kok.” Ujarku, aku melihat wajah Chela yang sangat letih.
“yaudah
beneran nih gak papa. Cape banget loh soalnya! Salam buat Harry ya.” Ucapnya.
“gak
nitip minta nomer Harry? Atau yang lain mungkin?”
“Udah
punya dong. Duluan ya? bye!” Paparnya. Aku berjalan kearah backstage. Apa kah
ada yang masih tersisa ditempat ini.
“hey,
im here! Chela mana?” Tanyanya, backstage pun sudah sepi.
“dia
pulang duluan, capek katanya. Oh iya ada apa?” Tanyaku, ia tersenyum.
“yuk,
mau ngajak makan malem dulu. Aku laper, oh iya nih buat kamu!” Ia memberiku
sebuah smartphone.
“ini
apa? Untuk apa? Kau merendahkan ku? Aku kan sudah punya handphone!” Ucapku agak
sedikit membentak.
“sorry,
aku Cuma gak mau pertemuan kita sampai disini. Kontakku sudah ada disitu, dan
kontakmu pun sudah ada diponselku. Jangan bilang siapa-siapa ya? anggap saja
ini ucapan terima kasihku atas bantuanmu. Oh iya dan tulis username twittermu,
aku mau follow kamu.” Ucapnya sambil berjalan meninggalkan ruangan ini. Aku
menghentikan langkahku.
“apa
kau tidak berlebihan? Bagaimana kalau fans mu yang lain tau? Aku tidak mau jadi
bahan bully-an mereka nayel.” Bantahku. Aku senang Nial bisa memperlakukanku
seperti ini.
“tidak
akan Vania, kau bisa memegang ucapanku. Ayo kita makan dan kembali ke
apartemen!” Ajaknya, aku menuruti langkah kakinya.
Teken in op:
Plasings (Atom)