Kado Spesial Diusia Tujuh Belas
Satu bulan lagi, satu bulan lagi adalah bulan desember, tepat ditanggal 27 desember . Bulan yang selalu ditunggu oleh gadis yang akan berusia tujuh belas tahun. Gadis itu menyematkan gaun yang akan ia pakai bulan depan . Gaun yang selalu ia harapkan agar membuatnya menjadi gadis yang paling cantik. Gadis yang mungkin saja bisa menarik perhatian lelaki idamannya .
"Dev, bisa gak
udahan nyoba gaunnya? Katanya mau ke toko buku?" Suara nyaring yang
ditimbulkan gadis yg satu tahun lebih tua darinya. Devi menoleh dan tersenyum
lebar.
"Okay my sweet
sister. Gue kan cuma lagi nyoba gaun ini" Jawab Devi, gadis itu menaruh
kembali gaun kedalam lemarinya.
"Uhm, kalo gak
salah elo selalu nyoba gaun itu setiap hari kan? Apa perlu? Tuh gaun gak akan
berubah, dear" Devi kembali terkekeh.
"Okay, udh
cukup ya ceramahnya. Skrg ayo kita ke toko buku" Pungkas Devi.
Devi
Rahmawati, yang kini menjadi siswi disekolah SMA pelita hati kelas dua belas
memang sedang sibuk mencari buku untuk ujian nasional. Dan perempuan
disebelahnya adalah Gladys, sepupu yang umurnya satu tahun lebih tua, namun ia
masih bersekolah ditempat yg sama dengan devi.
"Gimana sama
Bayu? Beneran mau ngundang dia?" Tanya Gladys , Devi menoleh kearah
sepupunya yg sedang menyetir.
"Gak tau, dys.
Dia kan cowok populer, kalo dia nerima undangan gue aja udh syukur banget
ck" Jawab Devi putus asa.
"Biar gue yang
ngasih. Lagian, sepupu lo ini kan termasuk cewek populer. Remember?" Tutur
Gladys terkekeh.
"Ya, siapa sih
yang gak kenal Gladys Anindita? Pacar dari Andross Pratama, si ketua
osis?" Ledekku, Gladys pun ikut tertawa.
**
Disekolah.
Lagi-Lagi Devi duduk ditepi lapangan basket, menatap penuh perasaan cinta, dan
juga kagum kepada Bayu Orlando Rahardian. Si kapten team basket. Devi sudah
menyimpan perasaan suka semenjak Bayu menolongnya.
Sore
itu ada kegiatan PMR, salah satu ekskul yang diikuti devi. Sementara Gladys
harus absen karena ibunya masuk rumah sakit. Sementara sore itu Devi menunggu
angkutan umum, kurang lebih satu jam, sudah hampir putus asa. Akhirnya Bayu
yang kebetulan lewat menawarkan bantuan untuk mengantar devi pulang. Dan sejak
saat itu, ia memilih untuk mengincar Bayu. Menyukainya dalam diam. Bahkan
mengaguminya dari jauh.
"Hey? Bagi
minumnya ya?" Suara itu mengalihkan lamunan Devi. Suara yang benar-benar
khas ditelinganya.
"Loh, sejak
kapan elo disini Bay?" Tanya Devi seraya menggaruk kepalanya.
"Sejak liat
elo terus ngeliatin gue sambil melamun" Jawab Bayu sambil terkekeh. Wajah
Devi memerah yang mendengar jawaban Bayu. Dan itu membuat bayu semakin geli.
"Thanks
minumnya, anyway, muka lo merah tuh" Bayu kembali ke lapangan, namun
sebelum kembali ia mengacak pelan rambut devi .
**
"Bayu ngambil
minuman elo terus ngacak rambut elo? Itu kemajuan dong?" Seru Gladys, Devi
menutup mulut Gladys.
"Ssh, jangan
kenceng-kenceng! Kalo anak-anak pada denger kan gue gak enak, dys!" Gladys
memberengut.
"Ini kabar
baik dev! Bayu udh mulai sadar keberadaan elo!" Seru Gladys sekali lagi.
"Ini ada apa
sih?" Suara andross membuat gladys tersenyum simpul.
"Itu loh yang,
si bayu udh mulai nganggep si Devi" tutur Gladys senang.
"Wah, kabar
bagus tuh dev. Udh lama kan ngarepin itu?" Sambung Andross.
"Please ya
ndross, dys, gak usah bikin gue malu deh!" Tutur Devi.
"Hey, seru
banget? Gue boleh gabung?" Suara seorang pria itu membuat Devi salah
tingkah. Bayu. Lelaki itu kini berdiri dengan senyum lebarnya.
"ohh
hey bay. Iya nih, kita lagi ngomongin acara ultahnya devi bulan depan!"
Sahut Gladys.
"Oh ya? Wah,
ultah yang ke berapa dev?" Tanya Bayu, mata coklat milik bayu menatap
hangat Devi.
"Eh? Ultah
yang ke tujuh belas, bay. Iya tujuh belas" dalam jarak yang sedekat ini
tentu membuat Devi salah tingkah, ditambah jantungnya yang tak kunjung
berhenti. Oh, devi ingin lari saja rasanya.
"Semua
anak-anak diundang?" Tanya bayu lagi.
"Tentu bay,
elo juga pasti diundang" jawab Andross, devi kontan melotot mendengar ucapan
Andross. Ia tidak menyangka Andross akan menyampaikan undangan tersebut.
"Kayaknya elo
salah deh Ndross. Muka devi aja kayak gak setuju lo bilang gue diundang"
sambung Bayu.
"Eh? Enggak
Bay, bukan gitu. Cuma gue masih belom fix aja soal pestanya. Soalnya rencana
awal cuma orang terdekat aja sih yang diundang" Tutur Devi, mendengar
ucapan Bayu hatinya mendadak jadi tidak enak.
"Itu mah pasti
Dev, gue kan udh bicarain ini sama nyokap lo sebelumnya! Tinggal terima beres
deh" Ujar Gladys disertai senyuman jailnya.
##
Minggu,
20 Desember 2013.
Seminggu
sebelum acara ulang tahunnya Devi malah terlihat santai. Ia bahkan dibilang
tidak terlalu perduli. Menurutnya apa yang direncanakan oleh Ibu dan juga
Gladys sangat lah berlebihan. Ia tau dan mengerti kalau ulang tahun nya ini
harus menjadi ulang tahun yg berkesan. Angka tujuh belas bukan kah selalu
penting dalam perayaan ulang tahun?
"Dys! Gue udah
punya Gaun, dan gaun gue udh cukup untuk bikin gue nyaman." Ujar Devi,
sore itu Gladys memaksanya untuk membeli gaun baru.
"Enggak! Gaun
lo itu agak norak, terlalu jaman dulu banget deh" Jawab Gladys, memang
gaun yang dimiliki devi bisa dibilang gaun model lama. Namun Devi menyukainya.
"Norak? Dys,
inget gak? Dulu kan elo juga suka sama gaun itu?" Devi masih tidak habis
fikir dengan tingkah sepupunya.
"No! Pokoknya
besok gue bakal anterin elo ke butik langganan gue! Kita pesen gaun baru! Gue
mau elo keliatan special di hari yang special!" Tanpa menunggu persetujuan
devi, gladys keluar meninggalkan kamarnya.
"Selalu deh!
Dasar egois!" Rutuk Devi.
**
"Suntuk
banget? Kenapa?" Suara Bayu yang khas membuat lamunan Devi buyar. Hari ini
hari yang sangat sial. Bagaimana tidak? Seharian ini dia lebih banyak melamun
dibanding mendengarkan guru-gurunya. Bahkan ia hampir dikeluarkan dari kelas.
"Eh, Bayu. Gak
papa bay. Cuma lagi bete aja!" Jawab Devi seraya tersenyum. Lagi-lagi ia
merasakan jantungnya berdetak lebih kencang.
"Ohiya, gimana
persiapan pestanya? Semua anak kelasan lo diundang ya? Anggota PMR juga? Terus
gue gimana? Gue kan bukan kelasan lo + bukan anak PMR" Tutur Bayu, devi
menoleh sejenak. Gadis itu tersenyum melihat sosok yang sudah ia kagumi sejak
lama.
"Tentu aja lo
diundang! Bukannya Andross udh pernah bilang ya?" Balas Devi.
"Yah, kan gue
cuma mau diundang secara langsung sama elo. Yaudah gak usah bete ya dev. Anyway
gue harus ke lapangan indoor nih. Rapat team basket! Duluan ya" lagi-lagi
Bayu mengacak pelan rambut Devi. Dan selepasnya Devi hanya ternganga tak
percaya.
Sore
ini Gladys benar-benar memenuhi ucapannya. Ia memaksa Devi untuk ikut membeli
gaun dibutik langganannya. Butik yang terletak disebuah mall besar itu membuat
Devi tidak nyaman. Gaun disini terlalu mewah, itu fikirnya.
"Dev, gaun
yang ini gimana?" Gladys menunjukan satu gaun selutut dengan tali silang
dibelakang, dan berwarna
"PINK? Dys,
elo tau gue dari kecil kan?" Seru Devi, namun Gladys hanya terkekeh.
"Okay, wait.
Gue bakal cari gaun yang paling bagus buat elo!" Tutur Gladys.
Devi mengedarkan
pandangannya, ia sama sekali merutuk diri. Bagaimana jika ia tidak pantas
memakai gaun sebagus ini.
"Cobain yang
ini" Gladys mendekati Devi dengan sebuah gaun ditangannya. Devi
memperhatikan gaun berwarna merah itu dengan seksama. Gaun dengan tali
spagetti, serta tali dibagian perut, dan ada corak mawar.
"Tapi,
dys!"
"Gak pake
tapi-tapi.an! Skrg coba deh!" Paksa Gladys, Devi menurutinya. Ia berjalan
dengan membawa gaun itu menuju ruang ganti. Setelah gaun itu menempel
dibadannya, ia memperhatikan dengan seksama.
"Gimana
dys?" Tanya Devi, Gladys menatap sepupunya dengan wajah berbinar.
"Sempurna!
Tinggal vermak muka lo aja dev! Haha" jawab Gladys. Devi tidak menjawab
namun ia membuang wajah dari sepupunya.
"Oke, kita
ambil gaun ini." Sambung Gladys.
***
Hari
yang dinanti pun tiba, rumah Devi telah disulap sedemikian rupa untuk pesta
ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ibu, ayah, dan juga Gladys sudah
mempersiapkan yang terbaik untuk pesta ulang tahun ke tujuh belasnya.
Jam sudah
menunjukan pukul tujuh, semua tamu undangan sudah datang dari tadi. Ucapan
serta kado pun sudah menumpuk untuknya. Namun matanya masih mencari. Mencari
seseorang yang sedang ia tunggu.
"Dev, ayo
sayang. Waktunya tiup lilin" Seorang wanita paruh baya menepuk pundak
Devi. Gadis itu menatap mata ibunya dengan tatapan memohon.
"Sebentar lagi
ya, ma. Masih ada yang harus ditunggu" tutur Devi.
"Oke, mama
kasih waktu lima menit. Kalo yang ditunggu belom datang juga, kamu harus tetap
tiup lilinnya" Ujar sang mama. Devi mengangguk.
Gadis itu masih
menatap pintu rumahnya dengan harapan Bayu akan segera datang. Ia sudah
berkorban untuk di make over oleh Gladys. Gladys mengubah Devi layaknya seorang
princess di disneyland. Dan ini semua demi Bayu. Demi seseorang yang sudah ia
kagumi, bahkan ia cintai dalam diam.
"Dev, lima
menit lo udah berakhir. Nyokap sama bokap lo nyuruh gue nyamperin lo! Anak-anak
yg lain juga udah nunggu lo buat tiup lilin" Gladys menepuk pundak Devi.
Ia melihat tatapan Devi yang nanar.
"Dia gak
dateng, dys. Dia ingkar janji" tutur Devi, lalu melangkah menuju kue ulang
tahunnya.
Devi
berdiri tepat dihadapan kue ulang tahunnya. Kue yang berbentuk Elmo dengan
lilin ber-angka 17 sama sekali tidak terlihat menggairahkan dimata Devi. Semua
itu tampak biasa saja. Mengapa ia bisa sesakit ini mengetahui kalau Bayu tidak
datang?
"Tiup lilinnya
.. Tiup lilinnya .. Tiup lilinnya sekarang juga.. Sekarang jugaaaaa"
seluruh tamu bernyanyi layaknya anak kecil, devi mengucapkan harapan
terakhirnya sebelum meniup lilin.
'Aku cuma ingin dia
sebagai kado terindah diusia 17 ini tuhan. Hanya dia. Hanya Bayu Orlando
Rahardian' ucap devi dalam hati. Lalu ia pun meniup lilin tersebut.
"Nah, potongan
kue pertama buat siapa?" Celetuk rachel, teman sekelasku.
"Tentu buat
kedua orang tua gue dong!" Jawab Devi sambil menunjukan senyumnya. Ia
memberikan potongan kue pertama kepada kedua orang tuanya.
"Sekarang udah
tujuh belas tahun kan? Tandanya gak boleh males, makin dewasa, makin rajin
belajarnya" Ujar sang ayah lalu mencium pipi anak semata wayangnya.
"Iya, jangan
marah-marah mulu. Prestasi disekolah juga jangan sampe turun" sambung sang
ibu. Devi mengangguk.
"Nah potongan
ketiga ini buat sepupu gue yang super Bawel!" Devi menghampiri Gladys dan
memberinya kue.
"Aaah thankyou
so much, sweetie." Gladys mencium pipi Devi.
"Ur wellcome,
baby" Balas Devi terkekeh.
"Nah, buat gue
mana?" Tanya Andross.
"Kalo mau
potong aja sendiri" jawab devi sambil tertawa.
"By the way,
ada satu kado lagi nih buat lo dev! Yang ini kado special, sesuai permintaan
elo" Tutur Gladys.
"Hah? Special?
Jangan bilang elo ngundang bryan adams? Haha" balas Devi.
"Ini sih lebih
special dari Bryan Adams! Lo pasti suka" sambung Andross. Devi hanya bisa
mengangkat bahu dan mengikuti kemana arah Gladys dan Andross pergi. Dan
ternyata ditaman belakang ada sebuah panggung kecil, ada beberapa tamu yang
sudah memenuhi tempat duduk.
"Lo ngundang
artis? Siapa?" Tanya Devi.
"Duduk aja,
nanti juga lo tau" Jawab Gladys singkat.
Devi duduk di
barisan tengah, ia menatap lekat-lekat seorang pria yang menggunakan kemeja dan
sebuah gitar yang duduk di panggung mini tersebut.
"Itu
Bayu?" Tanya Devi.
"Ssh, dengerin
aja dulu!" Jawab Andross.
Look
into my eyes. You will see .
What
you mean to me.
Search
your heart. Search your soul.
And
when you find me there you'll search no more.
Don't
tell me, its not worth tryin for.
You
can't tell me its not worth dyin' for.
You
know its true. Everything I do.
I
do it for you.
Look
into my heart. You will find.
There's
nothing there to hide.
Take
me as I am. Take my life.
I
would give it all. I would sacrifice.
Don't
tell me its not worth fighting for.
I
can't help it. There's nothing I want more.
Ya
know its true. Everything I do.
I
do it for you.
There's
no love. Like your love.
And
no other could give more love.
There's
nowhere. Unless you're there.
All
the time. All the way.
Oh-
you can't tell me its not worth tryin for.
I
can't help it. There's nothing I want more.
I
would fight for you. I'd lie for you.
Walk
the wire for you. Ya I'd die for you.
Ya
I know its true. Everything I do.
I
do it for you.
Suara riuh tepuk
tangan membuat air mata devi semakin mengalir. Jadi Bayu sudah berada disini
sejak tadi? Dan ia begitu bodoh tidak menyadarinya.
"Lagu tadi gue
persembahkan buat yang lagi ulang tahun hari ini. Maaf kalo gue gak nemenin elo
tiup lilin + potong kue dev. Gue cuma mau kado dari gue yang paling special
diulang tahun lo yang ke tujuh belas" tatapan Bayu dan Devi bertemu, air
mata devi kembali jatuh.
"Oh iya, ada
satu hal lagi yang mau gue ungkapin. Gue sayang sama elo dev, gue cinta sama
elo. Maukah elo jadi pacar gue?" Pertanyaan Bayu seolah membuat Devi mati
kutu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Jawab
dev!" Seru Gladys. Devi tersentak kemudian mengangguk.
"Gue mau jadi
pacar lo!" Jawab Devi yang disusul oleh tepuk tangan serta pelukan dari
Bayu.
**
Seminggu setelah
ulang tahunnya devi baru menyadari, gaun yang ia kenakan itu adalah gaun yang
dipesan oleh Bayu secara khusus. Bayu yang memilihnya. Dan selama ini usaha
bayu mendekati nya memang sudah terancang dengan apik dengan bantuan gladys dan
juga Andross tentunya.
"Ngelamunin
apa sih? Cowok lain ya?" Suara bayu yang khas membuat Devi menoleh.
Kekasihnya baru saja selesai bermain basket.
"Enggak! Cuma
beruntung aja bisa jadi pacar elo!" Jawab devi sambil terkekeh.
"Haha, thanks
banget buat gladys sama andross yang udah bantuin gue!l" ujar Bayu.
"Gue kira cuma
gue yang suka sama elo, tapi ternyata tuhan baik. Dia mau ngabulin doa gue. Dia
mau ngasih elo sebagai kado special di ulang tahun gue yang ke tujuh
belas" tutur Devi.
"Yah, tuhan
memang selalu baik kan?" Balas Bayu seraya mengacak rambut kekasihnya itu.
Setelah berpacaran
Devi baru tau, Gladys sudah mengetahui bahwa Bayu juga memiliki perasaan yang
sama. Bahkan semua yang ada dipesta ulang tahunnya—gaun yang indah, bucket
mawar yang banyak, serta panggung mini itu Bayu yang mengusulkan. Bayu ingin
membuat Devi terkesan dengan hadiah darinya. Bayu dan Devi akan selalu menjadi
pasangan kekasih yang berbahagia, bukan hanya perasaan yang sudah lama tumbuh.
Namun rasa ingin memiliki dan harus mempertahankan yang membuat mereka jauh
lebih kuat.
“Oh iya Dev, ada
kado lain yang belom sempet gue kasih buat lo” Bayu mengambil tas nya dan
mencari sebuah kotak bersegi panjang.
“apa?” Tanya Devi
ketika Bayu memberikannya kotak tersebut.
“Buka aja. Semoga
suka ya, dear.” Jawab Bayu, Devi
membuka kotak tersebut dengan seksama. Kotak tersebut berisi sebuah kalung
dengan liontin mawar berwarna merah pekat, serta ada inisial nama mereka
didalamnya. BaD.
“BaD? Kok
kedengerannya gak asik ya?” Ujar Devi.
“itu Unik tau. Sini
biar aku yang pakein!” Jawab Bayu.
“oh ngomongnya
mulai aku-kamu nih? Mau belajar romantis ya? Haha” Goda Devi.
“berisik” Pungkas
Bayu lalu mencium pipi kanan Devi. Kontan gadis itu langsung tersipu.
“BAYUUUUUU!!!”
* END *
Sebelumnya gue mau
ngucapin Happy Birthday buat adik tersayang gue, Devy Rahmawati. Gue tau
kadonya telat, tapi mendingan telat kan daripada gak sama sekali. Hehe.
Happy Sweet
Seventeen Birthday ya Dep, udah mulai dewasa dong ya? Udah punya ktp juga,
hehe. Pokoknya wishnya udah pernah gue sampein lewat sms, inbox, twitter, eh
lebay ya gue.
Oh iya, cerpen ini
gue bikin darurat, dua hari jadi. Makanya maaf kalo alur cerita atau bahkan
tulisannya gaje :p yang jelas ini gue bikin dengan sepenuh hati.
Gue Cuma bisa
ngasih kado cerpen ini, selain doa. Semoga lu semakin dewasa, baik, pokoknya
yang ++ ya :)
Salam Hangat.
Putri Wulandari :D
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking