Lupakan
dia re, dia sudah pergi jauh dan mengkhianatimu! Apa kah pantas dia untuk tetap
kamu tunggu? Apa pantas lelaki brengsek seperti dia kamu cintai?
Rere
, kamu tau kan aku sangat mencintai kamu? Ingatlah aku dan kamu akan menemukan
semua jawaban atas perasaanku. Aku akan kembali suatu saat, dan kamu akan tau,
aku mencintaimu RENATA!!
Tiba...Tiba nafas teratur Renata berubah
menjadi nafas tertahan yang semakin lama semakin cepat. Lalu bagaikan mengalami
sesak nafas yang tak tertahankan Renata tersentak bangun.
“Ya tuhan mimpi itu lagi!” Rere Mengubah posisi
tidurnya menjadi duduk ditepi ranjang, perlahan kaki nya berdiri dan berjalan
menuju jendela yang ada dikamarnya. Jam kini menunjukan pukul dua pagi, Rere
menghela nafas lelah. Yah lelah karena mimpi itu terus terusan menghantui
kehidupannya selama lima tahun ini. Entah omongan dan wajahnya slalu berada
dimimpi itu.
Rere akhirnya duduk ditepi jendela, menikmati
angin malam yang menyentuh seluruh tubuhnya, yang juga membuat anak rambut itu
bergerak gerak, perlahan buliran bening kembali menetes di wajah halusnya.
“sampai kapan aku begini tuhan?” rutuknya dalam
hati.
**
“Re, bangun! Udah siang nak!”
Heningg..
“Re!!!”
Tetap hening.
“Rena, kamu mau sekolah apa engga?” Teriak seorang
wanita paruh baya dari luar kamar.
“mm, iyaa ma Rena bangun kok!”
Nama
gadis itu Renata Alvina, Gadis manis berkulit putih bersih, Rambutnya lurus berwarna
hitam kecoklatan, bermodel layer panjang, matanya yang berbentuk biji almond
dengan warna coklat dan saat ia mengerjapkan matanya akan terasa bulu mata
lentik miliknya, dan yang paling membuatnya istimewa adalah saat ia tersenyum
akan muncul sepasang lesung pipi yang menambah pesona kemolekan yang
dipancarkannya.
“Renaaa, cepetan sayang. Papa kamu udah
nungguin tuh!” Ujar wanita itu lagi, yah wanita itu bernama angel ia adalah
mama kandung Renata, wanita yang sudah berusia kepala tiga itu juga sudah rapih
dengan pakaian kantornya.
“Iya ma, ini Rena udah siap kok. Rena berangkat
dulu ya ma!” Pamitnya sambil mencium tangan dan pipi mama nya itu.
“Rena Rena, kalo kayak gini papa bisa telat
kekantor dong nak!” Sang papa mulai memarahi anak bungsunya. Yah lagi-lagi rena
hanya bisa tersenyum manja kepada sang papa.
“maaf ya pa, kali ini aja deh! Janji” Ujarnya,
sang papa hanya tersenyum maklum lalu mobil juke berwarna silver itu menembus
ramainya jalanan kota.
Rena melewati koridor-koridor
sekolah yang masih ramai, ia melirik arloji yang melingkari tangan kirinya. Yah
jam masih menunjukan pukul tujuh, sekolah ini memang mempunyai jadwal masuk
kelas pada pukul setengah delapan.
“hey, tumben telat!” seseorang menepuk pundakku
dari belakang.
“iya, tadi aku kesiangan. Kamu juga tumben
telat?” Tanyaku pada pria yang kini berjalan disampingku. Namanya Rabel, ya
Rabel Arizona. Cowok berkulit coklat bersih, bermata sipit dan berambut hitam
tebal juga pendek.
“iya, tadi abis bantuin mama dulu Re. Yuk
kekelas bareng!” Rabel menggandeng tanganku. Hal ini memang sudah biasa kami
lakukan, aku dan dia kenal sudah cukup lama. Kami berteman sejak duduk dikelas
satu smp, dan dia tau tentang apa saja yang telah aku alami. Seluruh murid yang
ada dikoridor memperhatikan kami, yah mungkin memang terlihat aneh seseorang
tanpa status bersikap sedekat ini.
“ciyee Rena, makin deket aja ya sama Rabel!”
Goda salah satu sahabatku, Raya.
“iyaa ya? kalah kayaknya kita Ray!” sambung
Dika.
“Raya, Dika apa sih kalian? Kami Cuma bertemen,
iya kan Bel?” Tanyaku meminta persetujuan dari Rabel, yang sedang sibuk dengan
kertas origaminya.
“masa sih kita Cuma Temen Re? Bukannya waktu
itu kamu udah nembak aku ya?” Godanya, bukannya menjawab pertanyaanku dia malah
balik menggodaku.
“Rabel rese!” Pungkasku pendek, yah aku pura
pura marah padanya.
“yah kok ngambek sih sayang? Aku kan Cuma
bercanda” dia kembali menggodaku dengan merangkul pundakku.
“Rabeeeelllll...”aku gemas dengan tingkahnya,
ia, raya dan dika pun tergelak mendengar teriakanku.
~
“pulang sama siapa Re?” Tanya Raya, aku masih
sibuk memasuki buku-buku pelajaranku ke dalam tas.
“gak tau nih Ray, kayaknya naik angkot!”
“Guys, kita nonton yuk? Udah lama juga kan gak
jalan bareng?” Dika membuka suara, ia dan Rabel berjalan mendekati aku dan juga
Raya.
“Nah ide yang bagus tuh! Kamu gak ada acara kan
Re?” kali ini Rabel bertanya kepadaku.
“enggak sih, kebetulan mama sama papa kan lg
kerja. Ayo deh!” Ujarku yang di jawab oleh teriakan gembira dari mereka.
Aku dan Raya berpisah, Raya
naik motor bersama Dika, kekasihnya. Sementara aku menaiki motor Rabel. Kami
memutuskan untuk pergi ke mall didaerah pondok indah. Pergi bersama Rabel dan
naik motor dalam jarak yang sedekat ini membuatku cukup grogi, yah semoga saja
Rabel tak mendengar getaran getaran yang menjalar disekitar jantungku.
Dari sekian banyak pria yang dekat denganku
hanya Rabel dan dia lah yang bisa
membuatku merasa nyaman.
“hey? Kamu bengong ya? kita udah sampe loh!”
Suara Rabel membuyarkan lamunanku. Yah lagi lagi dejavu itu muncul.
“eh, udah lama ya sampenya? Kok aku gak ngeh
ya?” Jawabku, aku menggaruk garukan kepalaku yang tidak gatal ini.
“ngelamunnya kelewat serius sih, lagi mikirin
apa sih?” Tanyanya lagi, aku hanya tersenyum kecut dan menggedikan bahu.
“yaudah yuk, Raya sama dika udah nunggu di
lobby loh!” dia menggenggam tanganku, dan kami berjalan menuju lobby. Kami
berjalan dengan santai dan mencari dua makhluk ajaib yang bernama Raya dan
Dika.
“Nah itu orangnya. Yuk kesana!” Rabel menarikku
agar kami lebih cepat sampai bersama mereka.
“Re, Bel, kita nonton The amazing spiderman
yuk!” Raya membuka topik pembicaraan.
“dari sinopsis yang gue baca ceritanya lebih
seru deh kayaknya. Udah gitu tokoh peter parkernya tuh lebih ganteeeenggg!”
Raya masih berceloteh tentang film itu, ya kini aku tak peduli mereka ingin
menonton apa. Yang aku tau sekarang aku ingin menenangkan fikiranku yang entah
berada dimana.
“Renaaa? Kok malah diem sih? Kamu mau gak
nonton itu?” Tanya Raya ia mengguncangkan bahuku berkali kali.
“eh? Iya aku mau kok nonton itu. yaudah yuk
beli tiketnya!” Aku menjawab ucapan Raya, Raya tersenyum senang dan menarik Dika
untuk membeli tiketnya.
“kamu disini sama aku, Raya, dan Dika buat
refreshing, dan buat bersenang senang. Jadi tolong Rena jangan hancurkan hari
ini hanya untuk lamunanmu tentang dia! jangan jadi orang bodoh yang terus
terusan memikirkannya. Ingat apa yang tlah ia perbuat lima tahun lalu. Lihat
apa yang sudah kamu korbankan untuknya. Dan ingat, apa yang kamu dapatkan
selama ini Rena? Jadilah orang yang cerdas untuk hal ini.” Rabel menyudahi
kata-katanya. Aku menelan ludah, bagaimana ia tau kalau aku sedang memikirkan
orang itu. ahh rabel memang sosok yang sulit untuk dibohongi.
“Re, bangkunya gak ada yang berempat. Kita
pisah nih kamu gak papa kan duduknya sama Rabel?” Tanyanya, aku mengangguk dan
tersenyum begitu pula dengan Rabel.
“eh aku laper nih, gimana kalo makan aja dulu?”
Ujar Rabel sambil mengusap usap perutnya, aku terbahak melihat ekspresi
wajahnya. Rabel merangkul ku dan kami berjalan. Entah kenapa aku tak leluasa
menolak apapun yang dilakukan oleh Rabel, bahkan aku merasa kalau itu adalah cara
nya untuk menjagaku. Sejak kejadian lima tahun silam memang Rabel lah satu satu
nya orang yang mengerti aku dan slalu menjagaku, bahkan ia pun rela satu
sekolah lagi denganku.
Sejak kejadian itu, Rabel takkan membiarkan aku
dekat dengan lelaki manapun yang belum ia kenal, ia selalu menjagaku dimana pun
aku berada. Rabel memang sosok yang bisa diandalkan, entah kenapa semenjak dia membuatku sakit Rabel-lah yang
menjadi pahlawan dihidupku, yah aku menyayangi sahabatku itu.
“re? Apa mimpi buruk itu masih saja
menganggumu?” Rabel berbisik menanyakan hal yang selama ini aku sembunyikan
dari siapapun, kecuali darinya. Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Rabel tak
menjawab lagi, yang aku dengar hanya desahan nafas kecewa dari dirinya.
“heh makannya jangan lama lama, film mulai dua
puluh menit lagi. Oh iya ini tiket kalian!” Ujar Dika sambil memberikan aku dan
rabel tiket filmnya.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking