Woensdag 03 April 2013

sepasang mata #3

Seminggu setelah aku dan Adit bertemu dan nonton bareng ia jadi sering menghubungiku melalui telfon, bbm, dan juga sms. Kadang ia mengajakku skype.an hingga larut malam. Guyonan luchu juga gombalan khas nya pun tak lupa ia luncurkan padaku, itu yang membuatku agak merasa nyaman saat bersamanya. Sama seperti aku nyaman dengan dia .
Apa Adit orang yang tuhan kirim untuk menggantikan posisinya, agar aku tak mengharapkannya lagi, apa benar kali ini Adit orang yang tuhan maksud untukku? Tapi bagaimana dengan dia , bagaimana kalo aku bertemu lagi dengan dia tuhan?
Tiniit..tiniit..
Bunyi hp membuyarkan lamunanku, ku ambil hp itu dan melihatnya ada sebuah bm dari Adit, dia selalu saja tau kalo aku sedang memikirkannya.
aditya (work)
Hei cantik, lagi apa? Udah makan? Jangan lupa makan ya!
Tiap saat itulah yang ia kirimkan padaku, bosan? Entah kenapa pertanyaan itu justru membuatku semakin nyaman dengannya. Aku segera membalas bm nya, kalau tidak ia akan menceramahiku lewat telfon.
“Mitaaa.. ada Rere dibawah tuh!” Teriak bundaku dari pintu luar.
“iya bunda Mita turun kok!” Jawabku, hah si Rere pasti mau menggodaku lagi seperti kemarin.
“ada apa lagi Re?” tanyaku jutek lalu duduk di sebelahnya “tumben gak sama Rama?” sambungku lagi.
“lagi berantem! Mau ngajak lo beli ice cream diujung komplek!”
“berantem? Pasti masalah sepele deh! Yaudah bentar gue ambil jaket dulu!” tadinya sih aku mau menolak, Cuma sepertinya Rere memang lagi badmood. Aku mengiyakan ajakannya, Daripada liat dia nangis nangis gak jelas.
“oke sekarang cerita!” perintahku pada Rere, tapi sepertinya Rere sengaja mengacuhkan pertanyaanku.
“Serena Swift! Gak usah belaga budek deh, cepetan cerita!” bentakku.
“bete! Rama ngebatalin acara jalan jalan kita hari ini. Dia mau nyari kado buat sepupunya!”
“kapan sih re ngebuang sifat lo yang itu? Kasian rama, kan kalian juga hampir tiap hari ketemu. Kasih lah dia waktu senggang buat kepeerluannya!”
“tapi Mit, kan gue bisa nemenin dia nyari kado. Lo gak liat ya gue udah serapih ini dan dia baru ngabarin! Siapa coba yang gak kesel!” Jawab Rere lagi, kali ini wajahnya benar benar kelihatan marah dan kecewa, yah memang rama mungkin keterlaluan. Kulihat Rere sudah rapih dengan dress berwarna coklat dan juga heels yang senada dengan dress dan dompet tangannya.
“udah ah gue badmood, pengen pulang!” Sambungnya lagi, dan pergi meninggalkan ku yang masih setia dengan ice cream yang kami beli tadi, aku duduk ditaman komplek menikmati semilir angin sore ini.
“Mita?” tiba tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dan memanggil namaku, suara itu sepertinya tak asing ditelingaku. Aku menoleh kearah suara itu, samar samar dejavu itu mulai datang, wajah itu seperti wajahnya.
“Mita.. hello? Elo kenapa?” Ucap suara itu, dan kini benar benar menyadarkanku.
“Adit? Kok disini?”Tanyaku, kali ini aku sadar dia bukanlah bayangan itu. Dia Adit.
“rumah gue disekitar komplek ini Mit, elo ngapain disini? Tadi elo nyebut nama siapa?”
“lagi nyari angin aja. Ehh bukan, gue kira temen gue dulu. Ternyata elo” Jawabku sambil nyengir kuda, yah kekecewaan ini muncul lagi!
“oh temen lo! Gue kira pacar lo, eh ikut kerumah gue yuk!”
“kerumah lo? Ngapain?”
“gak akan macem macem kok! Udah gak usah kelamaan mikir!” Ujarnya secara paksa, ia juga menarik tanganku. Perlakuannya terhadapku sama persis seperti perlakuan dia dulu. Sebenarnya siapa Adit, kenapa perlakuannya ini semakin mengingatkan ku padanya.
Kami berhenti disebuah rumah minimalis bercat abu abu didominasi dengan soft cream pada dindingnya, taman didepan rumahnya dibentuk macam macam tanaman.
“yuk masuk Mit, anggap aja rumah sendiri”
“sepi banget sih dit, orang tua lo kemana?”
“jam segini mereka masih dikantor Mit, eh iya bentar ya gue mau ganti baju dulu! Lo mau minum apa?”
“apa aja deh Dit, yang penting dingin haha!” Jawabku, Adit mengacak pelan rambutku lalu pergi kedapur. aku menyapu pandanganku sekeliling ruangan ini, ada satu benda yang menarik perhatianku. Sebuah foto keluarga sepertinya, aku melihat foto itu disebuah figura kecil yang ada dimeja. Dan praaang bingkai yang sedang ku lihat jatuh begitu saja, dan kali ini aku tak sanggup menerima kenyataan itu. Aku berlari pulang meninggalkan rumah itu. Bahkan tanpa permisi pada sang pemilik rumah.

Aku masih tak percaya dengan apa yang ku lihat hari ini, sebenarnya aku merasa bersalah karena meninggalkan rumah adit tanpa permisi, bagaimana jika Adit khawatir dengan kepergianku itu. Tapi foto itu membuatku harus pergi dari rumah adit! Tunggu, bukankah aku harusnya tetap berada disana dan mencari dia ? kenapa aku malah kaget dengan kenyataan ini. Aku harus bertanya siapa adit, dan aku tau harus kemana.

“Mita? Kok kesini gak bilang sih?” Tanya sang pemilik rumah, yah dia Rama. Aku memutuskan untuk menanyakan soal Adit kepada Rama yang notabene nya sahabat Adit.
“ada hal penting yang mau gue tanyain ke elo Ram, dan ini soal Adit!”
“Adit? Oke kita bicara didalam!” Ajak Rama, aku memulai pertanyaan pertanyaan itu, yah berharap ada benang merah yang dapat ku pahami dari Adit tentang dia.

~http://gunadarma.ac.id/

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking