Saterdag 06 April 2013

Sepasang Mata #4 (part ending)

Dua minggu kemudian..

Pertanyaan itu belum mendapatkan jawaban yang jelas, sedangkan aku masih menutup diri pada Adit. Berulang kali ia menghubungiku lewat semua media sosial dan juga telfon namun aku tak juga meresponnya.
Aku ingat kata kata Rama kemarin ‘setau gue Adit emang punya adik cowok dan mungkin seumuran sama kita, tapi itu juga udah lama meninggal! Gue gak tau siapa nama adik nya adit itu, adit sendiri juga gak mau cerita soal itu’ apa mungkin wahyu yang dimaksud oleh Rama? Entahlah.
“Mit, lo kenapa sih akhir akhir ini nutup diri sama Adit? Kasian dia khawatir sama lo!” Ujar rere dengan mimik wajah yang kesal. Aku menoleh kearahnya dan itu hanya sekejap, lalu aku melanjutkan lamunanku.
“heh, elo tuh kenapa sih? Kata Adit terakhir kali kalian ketemu lo pulang gitu aja dan ada satu bingkai dirumah adit yang pecah? Lo tuh kenapa sih?” sambung Rere, sepertinya kali ini Rere sudah gemas dengan tingkah ku yang mengacuhkannya. Ia menarikku ketaman belakang kampus. Disini memang tempat favorite kami berdua jika sedang ada masalah.
“masih belom mau cerita? Oke fine! Gue bakal nunggu sampe lo bener bener gak kuat nahan beban lo mit! Gue kenal lo gak Cuma sehari ya Cameria Alison Pramita!” bentaknya, yah dia tau jika kami sudah sampai ditempat ini tak akan ada yang bisa kami rahasiakan.
“pas lo pergi ninggalin gue ditaman kompleks sendirian, gue ketemu Adit. Dia ngajakin gue kerumahnya! Disana gue liat foto itu Re, foto keluarga Adit! Dan lo tau apa yang gue liat? Gue liat foto Wahyu!! Foto orang yang selama ini gue cari, orang yang slalu gue tangisin tiap malem, orang yang bikin gue merasa bersalah karena sikap gue dulu!” Ucapku membuka jawaban, Rere menatapku iba, mataku sudah terasa panas. Air mata sudah membanjiri pelupuk mataku.
“lo tau? Gue takut buat ada dirumah itu, gue takut saat itu juga Wahyu dateng! Gue mutusin buat pulang tanpa pamit, dan gue mutusin buat nanyain siapa sebenarnya Adit ke Rama. Rama bilang Adit emang punya adik cowok dan itu udah lama meninggal!” pungkasku mengakhiri semua cerita yang diinginkan Rere. Yah dan air mata ini menetes tanpa meminta ijin, Rere memelukku untuk sekedar menguatkan perasaanku.
“Mita? Gimana lo bisa tau yang sebenarnya, siapa Adit dan dimana Wahyu kalo lo gak nanya ke yang bersangkutan. Satu satunya orang yang bisa ngasih lo jawaban ya Cuma dia!”
“lo bener Re, gue harus ketemu sama Adit! Karena Cuma dia yang bisa ngejelasin semuanya ke gue!!” Ucapku sambil melepas pelukan Rere. Aku tau, dengan menghindari Adit hanya menjauhkan jawaban dari semua pertanyaanku.

##

Malam ini kuputuskan untuk datang kerumah Adit, yah kali ini aku sendiri. Aku sengaja tidak mengikut campurkan Rere ataupun Rama dengan masalahku kali ini.
“Mita? Syukurlah kamu mau nemuin aku lagi! Aku khawatir semenjak kejadian itu.” Ujar Adit sambil memlelukku dan kali ini ia memakai kata aku-kamu, entah mengapa aku merasakan perasaan nyaman dan hangat lebih saat Wahyu memelukku dulu.
“gue gak papa kok dit, maaf ya atas sikap gue kemarin!” Jawabku sambil melepaskan pelukan itu. Aku dan Adit duduk bersebelahan, aku bingung harus memulai dari mana.
“lalu ada apa mit kesini? Gak ngabarin dulu lagi. Untung aku ada dirumah!”
“gue kesini ada perlu sama lo dit. Gue mau bertanya soal..”
“Wahyu?” potong Adit cepat, aku menyernyitkan dahiku. Tau darimana Adit?
“Rama udah cerita sama aku soal pertanyaan kamu ke dia. Dia adikku, dulu selepas ia lulus sekolah ia berlibur ketempat nenekku, kebetulan aku juga kuliah disana. Dia adikku satu satu nya Mit, karena udah lama pisah akhirnya setelah seminggu dia tinggal bersama, dia mengajakku berjalan jalan keliling kota surabaya, ia menyetir mobil dengan kecepatan yang tinggi. Sampai akhirnya kami kecelakaan, aku terluka parah, mataku terkena serpihan kaca mobil yang hancur. Sementara Tristan ia terpental kebahu jalan dan akhirnya meninggal saat kami dilarikan kerumah sakit,sementara aku koma selama dua minggu!” Papar Adit, ia menghela nafas dan berulang kali menahan perasaan sesak itu.
“aku buta karena pecahan kaca itu mengenai kornea mataku, ternyata saat itu dokter memutuskan untuk mengoperasi mataku. Dan kebetulan kornea mata Wahyu cocok untukku. Aku tau, setiap kamu melihat mataku, kamu selalu melihat mata Wahyu! Dan aku sadar itu Mita. Seandainya saja dulu aku tak mengiyakan ajakan Wahyu untuk pergi, mungkin saja ia masih bersama kamu disini Mit!” Ujar Adit lagi, dan kali ini ia menangis. Tapi ia buru buru menghapus air mata yang keluar dipelupuk matanya.
“aku mau kamu ikut aku Mit, ada titipan dari Wahyu untuk kamu sebelum ia pergi!” Ujar Adit lalu menggandengku menuju kamarnya. Ia memberiku satu kotak berukuran sedang, aku membuka kotak itu. isinya foto foto kami berdua, surat surat yang ia tulis saat aku memutuskan hubungan percintaan kami.
“bagaimana lo tau kalo yang dimaksud Wahyu itu gue?” tanyaku pada Adit.
 
 
“dit! Gue patah hati nih!” Ucap Tristan lalu masuk kekamar kakaknya dan merebahkan tubuhnya dikasur empuk itu.
“kenapa lo? Mita?”
“iya nih! Sebenarnya pas sebelum pengumuman kita lulus dia mutusin hubungan kita. Padahal tuh ya gue sayaaaaaang bangeeet sama dia!”
“yah kalo dianya gak sayang sama lo gimana bro?”
“bro, boleh gue titip ini ke elo? Tolong banget suatu saat kalo gue meninggal lo kasih ini ke mita! Semua data dia ada dikotak ini”
“heh lo ngomong apa sih, udah ya mending lo cuci kaki terus tidur!”
“gue mau jalan jalan dit! Temenin gue yuk!”
“gak ah tan! Lo gak liat udah malem gini!”
“please Dit! Permintaan terakhir gue nih!”
“oke buat adik kecil gue apa sih yang nggak!”
“adik kecil? Sialan lu bro! Gue tunggu dibawah cepeetan!!”

“itu ucapan terakhir Wahyu ke aku Mit, saat aku sembuh aku mulai baca semua dikotak ini. Biodata kamu dan yang lainnya, aku iri sama Wahyu dia bisa dapetin cewek sempurna kayak kamu. Maafin aku ya Mit, aku baru sempet ngasih pemberian terakhir dari Wahyu!” Ujar Adit, ia tertunduk lesu. Aku tau ada penyesalan tersendiri saat ia mengucapkan kata kata itu. aku memegang kedua pundaknya dan tersenyum.
“mungkin emang ini udah takdir dari tuhan Dit, gue gak nyalahin elo kok! Justru mungkin ini jawaban atas semua pertanyaan pertanyaan gue buat Wahyu. Oh iya boleh gue minta tolong satu hal?”
“apa Mit? Selagi aku bisa aku akan bantu kamu”
“lo mau kan anter gue ke makam Wahyu? Gue mau minta maaf sama semua kesalahan gue dulu.”
“baiklah. Kapanpun kamu mau berangkat kesana , aku siap anter kamu!”
“makasih ya dit, yah seenggaknya jawaban ini udah cukup bikin gue tenang dan gak bertanya tanya dimana Wahyu berada. Kalo gitu gue balik dulu ya Dit, dan ini kotaknya gue bawa ya?”
“aku anter ya Mit? Udah malem juga, gak baik kamu pulang sendiri” Tawar Adit, aku hanya mengangguk mengiyakan.

**

Hari ini kebetulan kampus sedang libur setelah ujian akhir semester. Aku dan Adit memutuskan untuk pergi kesurabaya bersama Rere dan juga Rama. Aku teringat semua surat surat yang Wahyu tulis untukku, dan surat terakhir yang ia tuliskan itu semacam surat wasiat. Disitu ia lebih banyak membahas soal aku dan Adit, dia banyak membicarakan tentang kepribadian adit. Yah entahlah apa maksud nya ia seperti itu.
“Mit kamu gak papa?” Tanya Adit saat kami sudah duduk dipesawat menuju surabaya. Aku hanya menggeleng.
“Mita phobia ketinggian Dit! Dia emang suka gitu kalo naik pesawat!!” celetuk Rere, aku menatap tajam kearahnya. Aku memang phobia ketinggian dan itu Cuma keluargaku dan Rere yang tau.
“eh, gue keceplosan Mit! Duh nih mulut emang gak bisa direm!”Omel Rere sambil memegangi Mulutnya, Rama hanya tertawa sambil mencubit hidung kekasihnya.
“tenang aja ya Mit, ada aku kok! Aku gak bakal biarin kamu takut!” Ucap Adit sambil mengusap kepalaku. Lagi lagi perasaan nyaman itu datang tanpa permisi . yatuhan apa memang aku sudah terbiasa dengan Adit? Apa memang Adit sudah menggantikan semua posisi Wahyu dihatiku? Apa memang ini cinta? Aku takut ini hanya sebuah pelarian dari suatu kekecewaan .
Perjalanan ke surabaya menempuh waktu 3 jam, dari bandara kami naik jemputan dari keluarga adit. Sampai disurabaya aku tak langsung mengajak Adit untuk berziarah ke makam Wahyu, aku membiarkan mereka untuk beristirahat. Rumah yang sederhana ini terlihat sangat nyaman dan asri, karena banyak sekali tanaman tanaman disekitar pekarangan rumah ini. Baru saja masuk aku melihat sebuah foto keluarga besar Adit, tentu saja ada Wahyu. Menurut Adit foto itu diambil tiga hari sebelum Wahyu meninggal. Dan itu juga Wahyu yang mendesak dengan alasan kenang kenangan sebelum ia pergi.
“Mit? Lo perhatiin gak sih sikap adit ke lo tuh berubah?” Rere membuka pembicaraan saat kami sedang beristirahat dikamar yg disediakan adit.
“berubah gimana sih maksud nya? Gue gak ngerti deh!”
“lo mikir deh, kata kata nya dia ke elo aja pake aku-kamu. Emang lo gak suka ya sama dia?”
“apaan sih lo Re, gak jelas! Udah ah gue mau mandi dulu, geraaah!!”
“Mitaaaaaaa!!!!”Ujar­ Rere gemas, aku hanya melambaikan tangan tak peduli membuat Rere gemas dan melemparkan bantal kearahku. Apa benar ya ucapan Rere barusan, apa iya aku suka sama Adit? Atau adit yang suka sama gue? Ihh kok jadi ngelantur sih? Ckck -, brukk .
“Mita? Aduh lo tuh jalan gak liat liat, ada gua aja sampe gak ngeh!” Omel Rama, yah aku baru saja menabrak ia sampai terjatuh.
“maaf maaf ram, lo juga bukannya ngindarin gue!”
“lo nya aja tuh, ngapain sih abis mandi malah ngelamun, ngelamun jorok lo ya!”
“sembarangan lo ah! Gue tuh lagi mikirin Ad...”
“Adit? Waah!”
“apaan sih lo Ram! Rese!!” Ucapku lalu pergi meninggalkan Rama yang masih sibuk menggodaku, bodohnya aku kenapa mesti keceplosan tentang Adit.
~*
Hari ini hari ketiga aku berada disurabaya. Dan hari ini aku akan berziarah ke makam Wahyu setelah dari kemarin aku mempersiapkan mental untuk bertemu wahyu diperistirahatan terkhirnya.
“kamu udah siap Mit?” Tanya Adit, aku berjalan disebelahnya menuju makam Wahyu. Rere dan Rama mengikuti kami dari belakang.
“siap Dit, gue gak mau menunda lagi. Dan gue emang harus berdamai sama kenyataan!” Jawabku sambil tersenyum kecut. Aku sampai disebuah pusara masih terbaca tulisan nama dibatu nisan itu

Wahyu putra sudiro
bin
prasetyo sudiro
lahir : 28 january 1992
wafat : 13 july 2012

Aku berjongkok didepan pusara itu bersama Adit sementara Rere dan Rama sepertinya berdiri agak menjauh. Tak lupa ku panjatkan doa untuk Wahyu, yah semoga doa ini bisa bermanfaat baginya.
“Yu, kamu apa kabar? Maaf ya aku baru sempat dateng kesini. Selama ini aku masih dan terus nyari kamu, aku ingin minta maaf sama kesalahan ku dulu yang pernah menyia nyiakan kamu, yang pernah gak percaya sama cinta tulus dari kamu, selama ini aku slalu mengingat kamu. Sampai akhirnya aku bertemu Adit, sepasang mata yang ada di Adit mengingatkan ku tentang tatapan mata kamu dulu. Mata yang slalu memancarkan kehangatan dan kesejukan, sampai akhirnya aku tau semua tentang kamu dan adit. Sejujurnya aku kecewa, karena aku gak bisa meminta maaf langsung sama kamu, takdir tuhan berkata lain. Semoga saja kamu bahagia disana ya yu. Aku akan slalu mendoakanmu dari sini!”
“Yu, ini kan yang lo mau? Liat gue nemuin Mita dan bawa Mita kesini? Gue udah penuhin janji gue dulu sebelum lo pergi. Dan sesuai surat yang pernah lo tulis buat gue. Gue akan jagain Mita gimana pun keadaannya. Gue akan jadi malaikat pelindung buat Mita, dan yang perlu lo tau saat ini gue ngelakuin ini bukan Cuma permintaan lo. Tapi karena gue benar benar cinta sama Mita, cewek tomboy yang lo bilang jutek, yang lo bilang takut cacing dan yang phobia sama ketinggian. Mungkin ini saatnya gue yang ngejaga Mita!” pungkas Adit, ia menarikku kedalam pelukan tubuhnya. Hangat! Dan kali ini aku baru sadar, bahwa aku juga mencintai Adit, bukan karena mata Wahyu yang kini ia pakai, bukan karena surat itu tapi ini perasaan yang datang dari hati. Mungkin memang tuhan sudah menyiapkan Adit untuk menjadi pengganti Wahyu, mungkin dia memang jodohku, dan melalui sepasang mata itu aku tau yang sebenarnya dan aku dapat menemukan kebahagiaanku.
Tiba tiba saja semilir angin dingin datang, aku dan adit tau kini Wahyu berada disekitar kami. Dan mungkin juga ia tersenyum bahagia melihat aku dan adit bersatu seperti yang ia inginkan.

~tamat~

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking