Woensdag 19 Junie 2013

Mak Comblang Terjebak Cinta

Semilir angin sepoi-sepoi membuatku terhanyut dalam indahnya suasana sore hari ini, beban hidupku seakan menghilang tertiup oleh angin. “Ingin rasanya suasana hari ini ngak berlalu meninggalkanku sampai kapanpun. Andai saja semua khayalanku itu jadi kenyataan, mungkin hidupku ini akan sempurna banget. He…he…he” gumamku dalam hati. Tapi seandainya semua khayalan bisa jadi kenyataan pasti hidup ini garing banget, ngak seru deh.
“Oh… iya aku lupa, aku kan punya janji sama klien baru aku. Mudah-mudahan rencanaku untuk comblangin dia berhasil, supaya isi dompet bisa tebal lagi”. ucap si ratu mak comblang sambil ketawa cengengesan. Dengan lihainya si ratu mak comblangpun beraksi dan mengatur rencana sebaik mungkin supaya target dia untuk comblangin temannya bisa berhasil dengan cepat.
“Nal… kamu memang benar-benar mak comblang paling top deh” ucap tami pada nala dengan bangga. “Memang ada apa tam?” tanya nala dengan heran. “Aduh masa sih si ratu mak comblang ngak tau kalau si putri tami ini sudah jadian sama pangeran alif”. “Serius tam…emang kapan kamu jadiannya?” tanya nala penasaran. “Hem… baru jalan satu minggu sih, sori yah kalau ngasi kabarnya terlambat, soalnya aku lagi sibuk pacaran sama pangeran alif~ku tercinta”. jawab tami dengan wajah tersipu malu. “Pantas saja satu minggu belakangan ini kamu ngak ada kabarnya sampai-sampai tu batang hidung ngak nongol-nongol didepanku. He…he” ledek nala pada tami.
“Melihat orang lain bisa bahagia, nala jadi bangga dengan apa yang telah ia perbuat. Tapi apakah dengan semua itu aku akan bahagia?” ucapku dalam hati sambil menyaksikan muda-mudi yang lagi asyik pacaran berkat bantuannya. “Aku tidak yakin apakah aku juga bisa bahagia seperti mereka sekarang?” tanyaku dalam hati. “Aku heran kenapa aku bisa bantu orang lain untuk bahagia dan menemukan cintanya sedangkan aku sendiri ngak bisa menemukan cintaku sendiri. Huuuuu… aduh mikir apa sih aku, ini kan sudah menjadi pekerjaan aku”.
Tak terasa matahari sudah tenggelam dan bersembunyi dari peraduannya. Suara jangkrik pun menghiasi dinginnya malam yang tidak begitu sepi bagiku, soalnya di rumah sedang ramai karena keluarga besar aku lagi ngumpul. Maklum malam minggu jadi mereka pada buat acara di rumah deh.
“Nal… HP kamu bunyi tuh!” ucap kak mila dengan nada jengkel, mungkin karena suara HP aku yang dari tadi bunyi melulu tapi tidak aku hiraukan karena lagi malas angkat telpon aja. “Ingin rasanya tu HP aku banting biar ngak bunyi lagi, soalnya mengganggu banget. Tapi kalau dibanting rusak dong” pikirku dalam hati. dengan terpaksa aku angkat tu telpon.
“Halo… bisa bicara dengan nala?” “oh… iya saya sendiri” balas nala dibalik telepon. “Memang ini siapa dan ada keperluan apa yah?” “Masa lupa sama teman sendiri, aku rani teman SMP kamu dulu”. “Oh… rani yang si ratu gosip itu yah?” tanya nala dengan meledek. “Ih… nala bisa aja deh. Oh… iya nal, dengar-dengar info katanya kamu jadi biro jasa mak comblang yah? mau dong aku di comblangin” pinta rani pada nala dengan sedikit meledek. “Hem…gimana yah? OK deh, tapi jangan sekarang yah soalnya aku belum punya target nih buat dicomblangin sama kamu. Kalau aku sudah dapat target aku kabarin deh, ok si ratu gosip” ledek nala sambil mengakhiri percakapannya dengan rani.
Seperti biasa yang dilakukan nala ketika sedang duduk santai di serambi rumah sambil memandangi langit yang biru dan merasakan sejuknya angin sepoi-sepoi di sore hari. Ya… apalagi kalau bukan menghayal, menghayalkan pekerjaan tetap nala setiap sore. Apalagi cuacanya mendukung pasti khayalannya aneh-aneh saja. Tiba-tiba nala dikagetkan oleh bunyi handphonenya sendiri dan tanpa basa basi langsung aja itu handphone di angkat tanpa melihat siapa yang sedang menelponnya. “Halo… adek jadi kan tuk pergi bareng kakak?” suara dibalik handphone dengan nada bertanya pada nala. “Hem… ni siapa yah?” tanya nala balik. “Kok kamu nanya, apa kamu ngak save nomornya kakak? ini kan aku bima…” jawabnya dengan lantang. “Oh… kayaknya kakak salah sambung deh soalnya aku ngak punya teman yang namanya bima. Btw dah dulu yah soalnya masih ada yang ingin saya kerjakan. Assalamualaikum…” jawab nala sambil menutup telponnya.
Berulang-ulang HP nala berbunyi dengan nomor pemanggil yang sama dengan yang tadi sore dia temani cerita di telpon yang kayaknya salah sambung. Nala sih malas nanggapin telpon yang ngak jelas tapi ngak ada salahnya di angkat, mungkin bisa jadi lahan bisnis kedepannya, pikir nala sambil mengedipkan mata, pertanda ia mendapat ide yang bagus. Sejak percakapannya di telpon dengan kak bima, nala mulai akrab dan tak jarang nala sering jalan berdua dengan kak bima.
“Kak bima, begini aku punya teman cewek, dia itu cantik loh. Mau tidak kalau aku comblangin kakak dengan temanku itu?” tanya nala sambil maksa-maksa pada kak bima. “Memang dia mau kenalan sama cowok jelek kayak aku?” tanya bima dengan muka yang ngak yakin. “Siapa bilang kakak itu jelek, kakak gagah loh. Aku saja naksir sama kakak, eh…sori cuma bercanda”. ledek nala pada kak bima. Akhirnya percakapan antara nala dan bima pun berakhir saat keduanya harus pulang ke rumah masing-masing karena malam telah menjemput.
Nala yang awalnya memohon-mohon pada kak bima untuk dicomblangin sama temannya yang bernama rani itu pun tanpa sadar mengetahui kalau sebenarnya ia sudah jatuh cinta pada kak bima. Ia tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, tanpa sengaja dia sudah menyakiti dirinya sendiri karena menyerahkan orang yang dicintainya pada cewek lain. Nala baru sadar ketika bima dan rani sudah resmi jadi pasangan kekasih, sejak itu hidup nala hampa lagi tanpa perhatian dari kak bima yang selama ini selalu ada di saat nala sedang sedih ataupun senang. “Dasar nala bodoh… tulalit… telmi, kenapa sih bisa-bisanya aku comblangin dia dengan cewek lain. Huuuuuu”, gumam nala pada dirinya sendiri.
Sejak kejadian itu nala kapok jadi mak comblang, ia takut terjebak cinta lagi padahal klien-klienya pada ngantri untuk mendapatkan bantuan khusus dari nala si ratu mak comblang itu. Tapi hidup nala berjalan seperti biasanya lagi kok, nala yakin suatu saat nanti ada peri mak comblang yang siap membantu nala untuk menemukan pangeran nala yang sesungguhnya, pikir nala dalam lamunannya di tengah siang bolong saat itu.
Sumber : Google
Cerpen Karangan: Damayanti Childiesh
Facebook: Damayanti Childiesh

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking