“Mit,cepetan loe pegang tangan gue! Sebelum semuanya terlambat,” Ikmal terus membujuk Mita.
“Gue takut Mal,”rengek Mita.
“Please
Mit,kali ini percaya sama gue,” dengan tegas Ikmal meyakinkan Mita.
Mita akhirnya pelan-pelan menuruti perkataan Ikmal,namun keraguan masih
terbesit dibenaknya. Andai saja kalau orang itu Rio,mungkin Mita tidak
akan pernah meragukannya. Mita tipikal orang yang tidak mudah percaya
dengan orang lain tak peduli sedekat apa orang itu dengannya. Karna
belajar dari pengalaman sang Mama yang membuat Mita enggan membuka diri
dan terbiasa hidup mandiri karna ia tidak mau di pandang sebelah mata.
Namun jauh di lubuk hatinya,Mita tidak jauh berbeda dengan kebanyakan
perempuan karna sejatinya jiwa Mita rapuh semenjak Mamanya meninggal.
Tapi Rio selalu ada untuk Mita.
“Loe ga papa kan
Mit?” hati Ikmal lega ketika Mita berhasil ia selamatkan. Hampir saja
Mita terpeleset ke jurang namun ada ranting pohon untuk menahan tubuhnya
dan untung saja Ikmal dengan cepat datang untuk menolongnya.
“Makasih
Mal,” Mita spontan memeluk Ikmal. Dengan rasa heran,Ikmal membalas
pelukan Mita. Karna tak seperti biasanya Mita sembarangan memeluk orang
jika orang itu benar-benar berarti dalam hidupnya.
-Mungkin ini
cuma tanda ucapan makasih aja,gue ga boleh berasumsi sesuatu hal yang ga
pasti- hati Ikmal mencoba menepis apa yang sedang tersirat di
pikirannya saat ini.
“Iya Mit,gue engga mau kehilangan loe untuk kedua kalinya,”Ikmal tanpa sadar kelepasan.
“Kedua kalinya?” Mita merasa aneh dengan ucapan Ikmal barusan.
“Udah
lupain aja. Lain kali kalo jalan hati-hati ya,udah mau sore nih kita
pulang yuk. Rio pasti udah khawatir sama loe,” ajak Ikmal yang disertai
anggukan Mita.
“Mita......kamu kenapa? baju kamu kotor begini,kamu ga apa-apa kan?” tanya Rio bertubi-tubi dengan nada khawatir.
“Tadi hampir aja Mita jatuh ke jurang,” Ikmal angkat bicara.
“Apa yang dibilang Ikmal bener Mit?”Rio mencari kepastian.
“Iya
sayang,tadi hampir aja aku kepleset jatuh ke jurang tapi untung ada
Ikmal yang menolong aku,” jelas Mita sedikit sungkan karna ia tahu sifat
Rio yang sensitif.
“Lain kali kamu ga boleh teledor ya,apalagi sampai menyangkut keselamatan nyawa kamu,” pinta Rio mendekap Mita dengan hangat.
Mita duduk disebuah bangku didepan Vila sambil memainkan gitar kesayangannya.
“Belum tidur Mit?” tanya Ikmal tiba-tiba datang dan duduk disebelahnya.
“Loe liatnya gue masih melek apa udah merem,” jawab Mita dengan cueknya.
“Gue seneng liat loe yang dulu,jauh berbeda sebelum loe tunangan sama Rio,” Ikmal menatap Mita penuh arti.
“Perasaan loe aja kali,gue masih sama seperti Mita yang dulu kok,” Mita mencoba menepis tatapan Ikmal.
“Loe beda Mit,gue bisa merasakan perubahan itu. Mulai dari sikap loe,cara berfikir loe dan itu semua karna Rio,” desak Ikmal.
“Kalo iya emang kenapa? apa salahnya gue berubah demi orang yang gue cintai,” balas Mita tersenyum hambar.
“Gue engga suka,gue lebih suka liat loe yang dulu. Mita yang apa adanya,”Ikmal beranjak pergi dari hadapan Mita.
“Ternyata
cuma Ikmal yang bisa ngerti gue,dia lebih tau tentang gue daripada
Rio. Rio bahkan terlalu sibuk dengan sikap protektifnya yang ga penting
itu. Ikmal juga selalu ada disaat gue butuh bantuan,dia berbeda dengan
Rio,” Mita merenung ditengah sunyinya malam.
“Apa dulu gue udah salah ambil keputusan?” sesal Mita.
“Tapi
ga mungkin gue menyesali apa yang udah menjadi jalan hidup gue,toh gue
sama Rio selama ini lancar-lancar aja. Apa emang pikiran gue aja yang
kejauhan,tapi emang ga bisa dipungkiri kalau gue lebih nyaman berada di
dekat Ikmal daripada Rio,” renung Mita untuk kesekian kalinya.
“Eh, Ikmal !” reflek Mita ketika seseorang tiba-tiba menepuk pundak Mita dan membuyarkan semua lamunannya.
“Rio ?! aku kira.......,”lanjut Mita menggaruk kepalanya.
“Oh aku ganggu lamunan kamu ya Mit? ya udah aku pergi deh,”Rio tersenyum maklum.
“Tunggu Yo,kamu temenin aku disini ya,” pinta Mita meraih tangan Rio. Rio pun duduk di samping Mita.
“Mita......perempuan ga pantes duduk seperti itu,”Rio mulai berkomentar melihat posisi duduk Mita.
“Tapi enakan kalo gini Yo,” rengek Mita dengan manja.
“Mita,meskipun
gaya kamu masquline seperti ini tapi inget kamu ini perempuan harus
punya sopan santun,” dengan sabarnya Rio menasehati Mita.
"Iya deh,"ucap Mita pasrah kemudian menurunkan satu kakinya.
-Heuh,capek
juga kalo punya calon suami protektif,bawel,banyak ngatur pula. Tapi
anehnya,kenapa gue cuma nurut aja ya. Kalo di pikir-pikir seneng juga
dapet perhatian dari Rio- batin Mita cengar-cengir.
“Kok nyengir sendiri sih,terpesona sama aku ya?” goda Rio merangkul Mita.
“Apa sih,ternyata bisa genit juga ya,” ledek Mita sedikit salting. Rio pun merangkul Mita dan menaruh kepalanya di pundak Mita.
“I LOVE U Mit,” ungkap Rio mengecup pipi Mita. Hati Mita bergetar hebat.
“I LOVE U too Rio,” balas Mita yang juga mengecup pipi Rio. Malam itu menjadi malam teromantis bagi mereka berdua.
Keesokan harinya.
“Sayang,bangun
yuk udah jam 4 pagi. Kita sholat shubuh berjamaah yuk,” bujuk Rio
dengan sabarnya. Ya memang,kini Rio lah yang bertanggung jawab
sepenuhnya atas Mita termasuk yang membiayai hidup Mita. Karna sejak 2
tahun yang lalu,Mita hidup sebatang kara.
“Bentar sayang,2 jam lagi ya?” rengek Mita dibalik selimutnya.
“Kalau 2 jam lagi keburu pagi dong,ga baik kalau menunda-nunda hal yang baik,” Rio masih saja bersabar.
“Iya deh,” ucap Mita akhirnya menurut.
Di halaman belakang Vila.
“Hai Mit,” sapa Ikmal mengejutkan Mita.
“Hoby banget loe ngagetin gue,” protes Mita.
“Gue cinta sama loe,” tanpa basa-basi Ikmal mengungkapkannya.
“A...pa??” Mita tidak pernah menduga sebelumnya.
“Iya,loe mau kan jadi cewek gue?” tegas Ikmal.
“Loe udah engga waras ya? Gue ini punya Rio,loe lupa ya kalo gue udah tunangan sama Rio?” Mita menggelengkan kepalanya.
“Gue
tau Mit,gue rela kok loe dua'in. Selama ini gue liat loe ga pernah
sedikitpun bahagia disamping Rio,” Ikmal menarik kesimpulan.
“Udah Mal! Loe pikir,gue ini cewek apa'an? Lagian tau apa sih loe tentang hidup gue?” Mita mulai emosi.
“Gue tau,loe sebenernya juga cinta kan sama gue?” Ikmal terus mendesak Mita.
Mita hanya terdiam membisu entah mulutnya sangat sulit untuk merangkai kata-kata.
Ikmal memeluk erat Mita dan sepertinya Mita tidak bisa menolak pelukan erat Ikmal hingga akhirnya Mita membalas pelukan itu.
Tanpa
mereka berdua sadari,Rio berdiri di ambang pintu dan mendengarkan
semuanya termasuk melihat Ikmal dan Mita berpelukan mesra. Betapa
sakitnya hati Rio melihat kenyataan itu. Penilaian Rio kepada Mita
selama ini ternyata salah besar. Rio pikir selama ini Mita sudah bisa
mencintainya dengan tulus,namun kenyataan berkata lain.
Hari itu,Rio seharian mengurung diri di kamar. Kebiasaan yang selalu Rio lakukan setiap ada masalah.
Mita pun merasa aneh dengan Rio,Mita tau kalau Rio pasti sedang ada masalah.
Malam harinya.
“Ketuk ga yah? Tapi kalo ga diketuk.....aduh,ketuk aja deh,” Mita penuh dengan keraguan.
“Makan malam yuk Yo,dari tadi siang kamu kan belum makan,” bujuk Mita penuh perhatian.
Namun tak ada respon sedikitpun dari Rio.
“Aku bawa'in makanannya ke kamar yah?” bujuk Mita lagi.
Tapi tetap saja tak ada respon apa-apa.
“Kamu marah ya sama aku?” ucap Mita pelan hampir putus asa.
“Apa kamu lagi ada masalah? share dong sama aku,aku ini tunangan kamu,” Mita hampir menitikkan air matanya dengan sikap Rio.
“Aku ga butuh kamu Mit,mending kamu makan sama Ikmal aja,” ucap Rio akhirnya dengan nada ketus.
“Aku
ga ngerti kenapa kamu berubah seperti ini,semalem kamu tuh ga sedingin
ini sama aku. Tolong jelasin ke aku Yo,” pinta Mita dengan air mata
membasahi pipi.
“Ga ada yang perlu dijelasin Mit,karna kamu juga udah tau semuanya,” jawab Rio dengan dinginnya.
“Oke,kalau
itu mau kamu. Aku engga akan ganggu kamu lagi. Tapi ada satu hal yang
perlu kamu tau, Aku cinta kamu Rio,” ucap Mita dengan tulus. Kali ini
hati Mita yang berbicara. Tanpa Mita sadari sedikit demi sedikit cinta
itu tumbuh di hati Mita,tentunya cinta itu hanya untuk Rio.
-Maafin
aku Mit,aku harus mengambil keputusan ini demi kebaikan kita berdua
dan tentunya semua ini demi kebahagiaan kamu Mit. Aku engga mau egois
dengan mengorbankan kebahagiaan kamu hanya demi kebahagiaanku - renung
Rio malam itu.
Keesokan harinya
“Pagi Mit,” sapa Ikmal yang sedang duduk di meja makan.
“Sarapan bareng yuk,” lanjut Ikmal mengunyah roti tawarnya.
Tapi Mita tak mempedulikan Ikmal. Kedua matanya hanya terfokus memandangi pintu kamar Rio.
“Mal,Rio belum keluar kamar yah?” tanya Mita sedikit khawatir.
“Hloh,Rio
baru aja keluar tuh tapi bawa koper besar. Gue tanya mau kemana tapi
malah diem aja terus nyelonong pergi gitu aja,” jelas Ikmal.
“Apa !! Jangan-jangan........” tanpa pikir panjang Mita langsung berlari menuju halaman depan karna terdengar suara mesin mobil.
“Rio....!!” teriak Mita.
“Buka pintunya Yo ! Buka !!” pinta Mita mencoba menggedor-gedor kaca pintu mobil Rio.
Rio tak mempedulikan Mita.
“Rio,tolong
jangan gini'in aku! Kamu turun ,kamu jelasin ke aku apa alasan kamu
mau pergi ninggalin aku!” Mita menahan kepergian Rio.
Akhirnya Rio pun luluh,membuka pelan pintu mobilnya dan langsung memeluk Mita dengan erat.
“Maafin
aku sayang,mungkin ini sudah menjadi takdir kita berdua. Aku harus
pergi sayang,ini semua aku lakuin demi kebahagian kamu. Aku engga mau
jadi penghalang antara kamu dan Ikmal,” terang Rio panjang lebar.
“Aku
ga bisa hidup tanpa kamu,aku udah terlalu bergantung sama kamu Yo.
Yang aku cinta cuma kamu bukan Ikmal,” titik demi titik air mata mulai
bergulir dipipi Mita. Mita memang perempuan yang tegar namun di sisi
lain,Mita membutuhkan figur seorang lelaki yang bisa menjadi imamnya
sekaligus melindunginya.
“Tapi Mit,aku engga bisa seperti
dulu lagi. Aku sadar selama ini aku terlalu protektif sama kamu,”
ungkap Rio mengelus-elus punggung Mita.
“Aku salah sama
kamu,betapa bodohnya aku selama ini udah menyia-nyiakan cinta dan
perhatian yang begitu tulus yang kamu berikan kepadaku. Aku lemah tanpa
kamu Yo. Tolong kasih aku kesempatan untuk menempati ruang di hati
kamu lagi.Ijinkan aku untuk memiliki cinta kamu Yo,”pinta Mita yang
semakin mempererat pelukannya tak ingin Rio lepas dari pelukannya lagi.
“Aku percaya sama kamu Mit,dan ijinkan aku untuk memiliki kamu seumur hidupku,”pinta Rio dengan nada serius.
“Maksud kamu?”Mita melepaskan pelukannya.
“Aku mau kamu jadi istri aku Mit,”Rio menggenggam erat tangan Mita.
“A..ku……,”jawab Mita dengan terbata-terbata.
Tiba-tiba……………
“Braakkkk…..”rasanya
tubuhku terpental dengan keras,sampe mau copot nih badan. Tak ku
sangka,ternyata aku jatuh ke lantai dari tempat tidurku yang membuat
semua mimpiku terhenti.
“Ah….ternyata cuma mimpi ditengah siang bolong,”ujarku melihat jam dinding yang tepat menunjukkan pukul 15.00 WIB.
“Kenapa
sayang?”tanya Rio tergesa-gesa membuka pintu kamarku tanpa mengetuknya
terlebih dahulu. Aku pun bergegas berdiri dari lantai dan langsung
memeluk Rio yang masih berdiri di ambang pintu.
“Kamu kenapa Mit?”tanya Rio dengan lembutnya.
“Aku engga mau kamu pergi ninggalin aku,”jelasku terisak di pundak Rio.
“Engga pernah sedikitpun terlintas di pikiranku untuk pergi dari kamu,”jelas Rio yang membuatku sedikit tenang.
“Seberapa penting aku di hidup kamu?”tanyaku penuh selidik.
“Tak terhingga,”jawab Rio pasti,yang membuatku semakin tenang.
-Ya,seharusnya
aku tidak perlu meragukan cinta Rio lagi. Dan…..Ikmal,hanyalah akan
menjadi secuil kenanganku di masa lalu. Setidaknya,Ikmal lah yang
mengajariku tentang arti sebuah cinta namun itu semua tidak cukup untuk
membuatku bersamanya karna kini aku telah memutuskan untuk melabuhkan
cintaku di hati Rio. Karna menurutku Rio adalah orang yang tepat
untukku. Dan inilah keputusanku……..sedikitpun aku tak akan pernah
menyakiti hati Rio lagi. Karna cinta Rio terlalu berharga untuk aku
sia-siakan- batinku di balik dekapan hangat Rio.
Tamat
by : Linda Eka
Sumber : Facebook Linda Respati Kasih
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking